Episode 5 Bab 31

1745 Kata
Aileen kembali menghapus air matanya. Dia masih merasa sesak setiap kali mengingat kejadian ketika helikopter milik Eros mulai mengudara. Pada zaman sekarang, manusia bisa pergi ke luar negeri menggunakan helikopter atau mobil terbang pribadi. Keizaro belum memiliki izin untuk mobilnya, jadi pemuda itu memilih untuk menggunakan helikopter. Pesawat terbang memang masih ada dan masih beroprasi. Tapi hanya orang dari kasta Platon saja yang menggunakan pesawat terbang sebagai kendaraan lintas negara. Saat ini, para orang kaya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi yang lebih praktis dan juga lebih nyaman. “Sudah, jangan menangis seperti itu.. bukankah Kak Keizaro berjanji jika kalian akan bertemu dua minggu lagi?” Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Sekalipun Keizaro akan kembali lagi ke sini dua minggu lagi, Aileen tetap saja merasa bersedih. “Jangan menangis seolah kamu satu-satunya orang yang kehilangan di sini. Aileen, aku sungguh muak denganmu!” Kata Aruna. Aileen mengernyitkan dahinya. Apa yang sedang dikatakan oleh Kakaknya? Kenapa dia membuat suasana hati Aileen jadi semakin kacau? “Diamlah, Aruna! Jangan membuat masalah!” Kata Adeline sambil memicingkan matanya. Aileen tidak ingin terlibat perdebatan dengan Kakaknya, jadi dia memilih untuk tetap diam. “Jangan menatapku seperti itu, Adeline! Kamu benar-benar tidak sopan..” Perempuan itu berbicara dengan kesal. Aileen memilih untuk mengalihkan tatapannya ke arah jendela. Aileen sungguh tidak tahan berada di dalam satu mobil dengan Kakaknya. Ah, Aileen melakukan kesalahan dengan mengizinkan Aruna ikut bersama mobilnya. “Aileen! Kenapa kamu menipuku seperti ini?!” Tanya Aruna sambil berteriak dengan kencang. Aileen menghembuskan napasnya. Apa yang sedang dilakukan oleh Kakaknya? Apakah dia tidak bisa duduk dengan tenang? “Ada apa lagi sekarang? Kenapa Kakak terus saja membuat keributan?” Tanya Aileen dengan kesal. “Itu karena kamu membuatku sangat kesal! Bagaimana mungkin kamu menipuku dengan meletakkan kardus sepatu dengan ukuran yang salah? Kamu membuat pengorbananku jadi sia-sia!” Kata Aruna. Aileen mengernyitkan dahinya. Untuk apa juga Aileen melakukan hal bodoh seperti itu? “Sudah aku katakan, itu bukan kardus milik Keizaro. Lagipula, kalau Kakak ingin tahu ukuran sepatunya, kenapa Kakak tidak bertanya kepadaku?” Tanya Aileen. Aruna memang sangat suka membuat masalah. Kakaknya itu pasti tidak akan hidup tanya membuat keributan. “Bagaimana mungkin aku bertanya kepadamu? Selama ini kamu selalu menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang menyebalkan!” Kata Aruna. Aileen memutar bola matanya. Kapan Aileen melakukan itu? “Apakah kamu tidak sadar jika kami semua menjadi menyebalkan karena kamu juga sangat menyebalkan?” Tanya Adeline dengan santai. Aileen menutup kedua telinganya. Rasanya dia bisa gila jika terus duduk di mobil ini. “Aileen, kata temanku, di dekat sini ada wisata alam yang menyenangkan. Sebuah jembatan kaca yang menghubungkan dua tebing. Apakah kamu tertarik untuk datang ke sana?” Tanya Adeline sambil menggoyang lengan Aileen. Aileen menggelengkan kepalanya. Aileen tidak ingin mengulur waktu untuk tetap berada di dalam mobil ini. Aileen ingin segera pulang. “Tebing? Apakah ada jurang di sana?” Tanya Aruna. Aileen mengernyitkan dahinya. Kenapa Aruna tertarik dengan pembicaraan Adeline? “Iya, ada jurang di sana. Jembatan itu dibangun di antara dua tebing yang curam. Di bawahnya ada jurang yang sangat dalam. Apakah kamu ingin terjun dari sana?” Tanya Adeline dengan santai. “Ayo mengunjungi tempat itu. Kita harus menyebrangi jembatan kaca itu” Kata Aruna. Aileen ingin memprotes, tapi Aruna sudah lebih dulu memerintahkan sopirnya untuk memutar arah. Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan ketika dia melihat Adeline yang tampak senang. Sudahlah, sepertinya sendirian di dalam kamar bukanlah ide bagus, Aileen membutuhkan udara segar setelah menangis. “Baiklah kita akan ke sana, tapi jangan lama-lama..” Kata Aileen pada akhirnya. “Ah, aku sangat menyayangimu, Aileen..” Kata Adeline sambil memeluk Aileen. Aileen tertawa lalu menganggukkan kepalanya. “Ya, dan aku sangat membenci kalian..” Aileen tersenyum samar. Sepertinya Aruna hanya terlalu gengsi untuk mengakui jika dia juga menyayangi saudaranya. *** Aileen menatap jembatan kaca yang ada di depannya dengan pandangan tidak percaya. Astaga, ini sangat indah.. “Apakah kita akan menyebrang ke ujung sana?” Tanya Aileen sambil menatap Adeline yang sibuk dengan kamera milik Aileen. Aileen menatap ujung jembatan yang sangat jauh dari pandangannya. Jembatan ini terbuat dari kaca, pasti akan sangat mengerikan jika mereka berdiri di tengah jembatan. “Apakah kamu takut?” Tanya Aruna yang melangkahkan kakinya dengan santai ke atas jembatan kaca. Aileen menatap Adeline yang masih sibuk mengambil foto. “Aku tidak takut, aku hanya sedang bertanya..” Kata Aileen sambil ikut melangkahkan kakinya. Aileen menghentikan langkahnya, kakinya bergetar ketika dia mulai melihat jurang yang ada di bawahnya. Astaga, apakah jembatan ini aman untuk dilalui? “Kenapa tempat ini sangat sepi?” Tanya Aileen sambil menatap Adeline yang berjalan di sampingnya dengan wajah ketakutan. Bagaimana mungkin Adeline terlihat sangat ketakutan seperti ini? Wajahnya memucat seiring dengan langkah kakinya yang bergetar. Aileen tidak bisa menahan tawanya. Adeline benar-benar terlihat menyedihkan. “Apa yang terjadi denganmu, Adeline? Apakah kamu ketakutan?” Tanya Aruna sambil tersenyum mengejek. “Kembalilah jika kamu merasa takut. Aku tidak ingin kamu pingsan di tengah jalan..” Kata Aileen sambil tersenyum. Adeline menggelengkan kepalanya dengan pelan. Adiknya itu memilih untuk duduk sambil melipat kakinya. Tampaknya Adeline merasa tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan mereka yang masih sangat jauh. Aileen tertawa sambil berusaha untuk membuat Adeline bangkit berdiri. Aileen tahu kalau Adeline tidak akan mampu sampai ke seberang, tapi setidaknya adiknya itu harus kembali ke ujung jembatan. Dia tidak bisa duduk di sini dengan raut ketakutan seperti itu. “Ayo kuantar kembali, Adeline..” Kata Aileen sambil tertawa. Melihat ekspresi Adeline yang tampak tersiksa memang sangat menyenangkan, tapi Aileen juga merasa kasihan dengan adiknya itu. Bagaimana jika Adeline pingsan di sini? “Biarkan dia kembali sendiri, Aileen. Ayo kita berjalan sampai ke seberang!” Kata Aruna sambil menatap Aileen. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Bagaimana mungkin Aileen membiarkan Adeline berjalan sendirian di saat seperti ini? Bagaimana jika Adeline kehilangan keseimbangan lalu jatuh dari jembatan? Tidak, Aileen tidak akan membiarkan hal itu terjadi. “Tunggu sebentar, aku akan mengantar Adeline lebih dulu” Kata Aileen sambil berusaha untuk membuat Adeline kembali berjalan. “Tidak, aku baik-baik saja. Jangan khawatir, teruskan saja perjalananmu” Kata Adeline sambil berjalan dengan pelan. Adiknya itu memegang pinggiran jembatan dengan sangat kuat seakan dia benar-benar ketakutan. Aileen kembali tertawa. Walaupun dalam keadaan seperti ini, Adeline tetap saja keras kepala. “Bagaimana kalau kamu terjauh?” Tanya Aileen sambil tetap menuntun langkah Adeline. “Jembatan ini memiliki pembatas. Aku tidak mungkin terjatuh, jangan khawatir. Lanjutkan saja perjalananmu, aku akan menunggu di ujung jembatan” Kata Adeline sambil melepaskan rangkulan tangan Aileen. Aileen mengendikkan bahunya. Sepertinya Adeline memang masih sanggup berjalan sendirian. “Baiklah kalau begitu..” Kata Aileen sambil berjalan ke tengah jembatan. Jujur saja Aileen juga merasa takut, tapi dia memilih untuk menguatkan dirinya. Aileen berjalan dengan cepat tanpa mau melihat ke bawah. Kakinya bisa lemas jika dia melihat ke arah jurang yang begitu dalam. Entah apa yang terjadi jika Aileen jatuh ke dalam sana. Aileen melewati Aruna yang tampak berjalan dengan pelan-pelan. Mereka sudah sampai di tengah jembatan sementara Adeline tampaknya juga akan segera sampai ke ujung. Ya, adiknya itu memang berjalan dengan sangat pelan. Dia terus memegang pinggir jembatan dan menyeret kakinya yang lemas. Ya ampun, baru kali ini Aileen melihat Adeline ketakutan hingga wajahnya memucat. “Apakah kamu bisa mengalahkan aku hingga ke ujung sana? Mari buat kesepakatan di sini. Jika aku menang, aku ingin kamu mengabulkan satu permintaanku dan jika kamu yang menang, aku akan mengabulkan satu permintaanmu” Kata Aruna. Aileen menolehkan kepalanya lalu menatap Aruna dengan pandangan kebingungan. Mereka akan melakukan permainan anak-anak? “Aku tidak tertarik untuk membuat kesepakatan denganmu. Kamu pasti tidak akan menepati janjimu kalau aku yang menang” Kata Aileen sambil kembali melangkahkan kakinya untuk mendahului Aruna. Aileen kembali mengernyitkan dahinya ketika dia melihat ada dua pemuda yang berdiri di ujung jembatan, salah satu dari mereka tampak berlari dengan cepat ke arah Aileen. Tunggu dulu.. pemuda itu terlihat seperti Eros. Apa.. apa yang mereka lakukan di sini? Semakin lama, Aileen semakin yakin jika pemuda yang tengah berlari ke arahnya adalah Eros. Masalahnya, kenapa Eros berlari dengan ekspresi ketakutan seperti itu? Aileen menolehkan kepalanya ke belakang, ingin memastikan apa yang terjadi di belakangnya. Namun, begitu Aileen berbalik arah, Aruna mendorong Aileen dengan sangat kuat hingga membuat Aileen terhimpit ke pembatas jembatan. Aileen menatap Kakaknya dengan pandangan tidak percaya. Oh Tuhan, apakah Aruna sedang berusaha untuk membunuh Aileen? Aileen meraih apapun yang bisa dia gunakan untuk menahan tubuhnya agar dia tidak terjatuh dari jembatan. Tapi dia tidak menemukan apapun. Hingga akhirnya, Aileen tidak bisa lagi menahan berat badannya sendiri. Tubuh Aileen keluar dari pembatas jembatan. Aileen menutup matanya, dia tahu kalau semuanya akan berakhir hanya dalam beberapa detik ke depan. Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Aileen tidak jatuh, tangannya diraih oleh Eros. Aileen menatap Eros dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana ini bisa terjadi? Aileen menolehkan kepalanya ke arah bawah. Astaga, Aileen pasti akan mati jika dia jatuh dari tempat ini. Sekarang, satu-satunya harapan Aileen hanya pada Eros. Jika Eros melepaskan tangannya, maka Aileen akan berakhir saat itu juga. Aileen tidak bisa memikirkan apapun lagi. Kalaupun dia tidak selamat, Aileen harap Eros tidak ikut terjatuh. “Eros..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen benar-benar kehilangan harapan untuk beberapa saat, apalagi pegangan tangan Eros semakin melemah. Tapi, sesaat setelah Aileen memanggil nama pemuda itu, sesuatu yang ajaib terjadi. Aileen tidak mengerti bagaimana caranya, tapi akhirnya Eros berhasil menarik Aileen. Pemuda itu menyelamatkan Aileen. Aileen menatap ke sekelilingnya dengan tubuh yang bergetar karena ketakutan. Saat ini, satu-satunya hal yang ada di pikirannya adalah memeluk Eros. Aileen memeluk Eros, menangis dengan histeris karena dia masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Aileen hampir saja mati. Dia hampir kehilangan nyawanya, tapi Eros datang di saat yang sangat tepat. Aileen terus menangis, dia tidak mampu mengatakan apapun saat ini. Bahkan, ketika Ethan dan Adeline berlari dengan cepat untuk mendekatinya, Aileen tetap menangis. “Jangan khawatir, Aileen.. jangan khawatir, aku ada di sini..” Kata Eros sambil mengecup puncak kepala Aileen. Aileen tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi begitu dia mendengarkan kalimat Eros, tangisannya seketika berhenti. Aileen tidak lagi merasa ketakutan. Justru, Aileen merasa sangat aman karena saat ini tangan Eros sedang melingkari tubuhnya. Eros seakan menjelaskan jika pemuda itu sedang menjaga dan melindunginya. Perlahan, Aileen membuka matanya. Dia tidak menemukan Aruna di sekelilingnya, tapi Adeline langsung memeluknya. Adiknya itu menangis dengan histeris. Untuk sesaat Adeline melupakan fakta jika dia sedang ketakutan, dia lebih takut kehilangan kakaknya. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Apa yang baru saja terjadi tidak akan bisa dia lupakan begitu saja.     
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN