Episode 7 bab 48

1700 Kata
Setelah badai pasti akan muncul pelangi. Itulah yang selalu dinantikan oleh semua orang yang sedang dalam masalah. Namun, kadang manusia lupa jika setelah pelangi, badai bisa saja kembali datang. Begitu juga dengan Aileen. Seharian ini dia terlalu sibuk tertawa hingga lupa jika masalah bisa saja datang dan menghancurkan kebahagiaannya. Aileen menarik napasnya dengan pelan ketika rombongan ayahnya datang dan menghentikan taksi yang Aileen tumpangi. “Apa yang akan terjadi setelah ini?” Tanya Adeline dengan raut ketakutan. Ada sekitar sepuluh orang dengan pakaian hitam yang datang dan menarik Aileen untuk keluar dari taksi. Aileen mengikuti semua kemauan mereka, tidak ada perlawanan ataupun penolakan apapun. Namun, Adeline melakukan hal yang berbeda. Adiknya itu tidak suka tubuhnya disentuh oleh orang lain secara sembarangan, dia berusaha memberontak dan melepaskan dirinya. Pada akhirnya, bagaimanapun cara mereka memberontak, baik Aileen maupun Adeline akan tetap dipaksa untuk masuk ke dalam mobil. “Tenanglah Adeline, jangan melawan mereka. Kita perempuan, sementara mereka adalah pengawal yang terlatih. Tidak ada gunanya kamu berusaha memberontak..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen memicingkan matanya, dia menatap dua orang pengawal yang duduk di kursi mobil bagian depan. Sepertinya mereka bukanlah pengawal yang biasa Aileen temui. Tunggu dulu, apakah mereka benar-benar pengawal ayahnya? Oh sial, Aileen tidak memastikan identitas mereka sebelum masuk ke dalam mobi. “Dengarkan aku baik-baik tapi usahakan untuk tidak menunjukkan reaksi apapun..” Kata Aileen dengan suara yang sangat pelan. Adeline menolehkan kepalanya, adiknya itu tampak ketakutan untuk beberapa saat. Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Adeline tidak boleh terlihat ketakutan, dia harus tetap santai. Aileen tahu kalau Adeline belum pernah mengalami siatuasi seperti ini.. tapi, apapun yang terjadi meerka harus tetap tenang. “Ada apa?” Tanya Adeline sambil menatap Aileen. “Sepertinya mereka bukan pengawal suruhan Papa. Memang benar jika beberapa dari mereka adalah pengawal yang kita kenal, tapi sepertinya mereka tidak datang atas perintah Papa” Kata Aileen dengan tenang. Adeline memelototkan matanya. Dia terlihat sangat ketakutan saat ini. Aileen menghembuskan napas dengan pelan. Tidak, mereka tidak boleh terlihat ketakutan. Beberapa tahun yang lalu, Aileen pernah mengalami satu peristiwa yang tidak menyenangkan. Sekelompok orang tiba-tiba saja datang dan menculiknya selama beberapa hari. Saat itu Aileen masih berada di sekolah menengah atas. Aileen diculik oleh saingan politik ayahnya. Untung saja dalam tiga hari Aileen akhirnya ditemukan dan diselamatkan. Sepertinya sekarang Aileen akan kembali mengalami hal yang sama. “Bagaimana ini, Aileen? Aku sangat takut..” Kata Adeline. Adeline terlihat akan menangis, tapi Aileen menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ketika sedang menghadapi hal seperti ini, mereka tidak boleh terlihat lemah. “Tenanglah.. aku ada bersamamu.. kita akan keluar dari mobil ini dan segera menyelamatkan diri” Kata Aileen. “Nona, kita tidak akan lewat jalan yang biasanya karena sedang ada beberapa masalah di jalan tersebut. Kita akan memutar melewati jalan yang sedikit lebiih jauh” Kata sopir. Aileen menganggukkan kepalanya dengan tenang. Dugaannya memang benar. Mereka tidak akan pulang ke rumah, mereka akan pergi ke tempat yang lain. “Kita akan melewati jalan yang mana?” Tanya Aileen. Adeline mengganggam tangan Aileen dengan erat. Adiknya tampak sangat ketakutan saat ini. “Kami akan mencari jalan yang paling dekat, Nona..” Kata sopir itu. Aileen mencoba memutar otaknya. Dia harus memikirkan cara untuk bisa keluar dari mobil ini. Aileen melihat ke arah sekitarnya, tampak ada dua mobil lainnya yang mengikuti mobil ini dari belakang. Apa yang harus dia lakukan sekarang? “Aku sangat ingin membuang air kecil, bisakah kalian menghentikan mobilnya sejenak? Aku tidak bisa menahan lagi..” Kata Aileen dengan tenang. “Kita akan segera sampai di rumah, Nona” Kata pengawal yang duduk di samping sopir. Aileen menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak bisa. Aku tidak bisa menahan lagi.. tolong berhenti sejenak dan biarkan aku mencari toilet..” Kata Aileen. Adeline mendongakkan kepalanya, dia menatap Aileen dengan pandangan khawatir. Sejujurnya Aileen tidak berharap banyak pada cara yang satu ini, tapi ternyata mobil yang mereka tumpangi akhirnya mendarat di depan salah satu supermarket yang cukup besar. Aileen tersenyum ke arah Adeline. Mereka akan segera terlepas dari pada pengawal palsu ini. “Nona Adeline tidak perlu turun, biarkan saya yang mengantar Nona Aileen” Kata salah satu pengawal ketika melihat Adeline turun dari mobil. “Kenapa kamu melarang adikku? Memangnya tidak boleh jika dia juga ingin buang air kecil?” Tanya Aileen dengan wajah yang dia buat segalak mungkin. Aileen menarik tangan Adeline dengan cepat lalu dia segera mengajak adiknya untuk berlari menghindari kejaran para pengawal yang mulai menyadari rencana Aileen. “Jangan berhenti, Adeline!” Kata Aileen sambil terus menarik tangan Adeline. Aileen tahu kalau kekuatan berlarinya tidak akan sepadang dengan para pengawal tadi. Tapi, Aileen ingin tetap mencoba. Dia tetap berlari sekalipun tahu jika akhirnya dia akan kembali tertangkap. Aileen hanya menunggu satu keajaiban dimana akan ada seseorang yang datang ketika dia sedang sangat membutuhkan bantuan. Hingga.. satu hal tiba-tiba membuat Aileen menghentikan langkahnya. Kakinya mulai lemas, dan ketika Aileen menundukkan kepalanya, dia melihat aliran darah yang membasahi celananya. Aileen menolehkan kepalanya ke belakang, dia menatap satu orang pengawal yang sedang mengacungka pistolnya. Pistol itu dilengkapi oleh peredam suara yang bagus sehingga tidak ada suara apapun yang keluar. Aileen tersenyum singkat. Ternyata ini adalah rencana yang sangat buruk. “Aileen!” Adeline tampak sangat terkejut ketika dia melihat Aileen terjatuh di atas trotoar. Beberapa pejalan kaki yang lewat menatap Aileen dan Adeline sejenak tapi selanjutnya mereka kembali melangkahkan kakinya dengan santai seakan tidak ada apapun yang terjadi. Orang-orang di kota ini tidak ada yang peduli dengan keadaan di sekitar mereka. Aileen sedang duduk dengan darah yang mengalir dari kakinya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau membantu. “Larilah, Adeline! Cari bantuan dan segera temukan aku!” Kata Aileen sambil mendorong Adeline. Aileen melihat segerombolan pengawal yang mulai berlari ke arahnya. Adeline hanya punya sedikit waktu. Di depan sana ada jalan kecil di balik gedung apartemen, Adeline bisa bersembunyi di sana sampai situasi benar-benar aman. “Tidak!” Kata Adeline dengan histeris. “Cepat lari dan cari bantuan, Adeline!” Aileen kembali mendorong Adeline tapi adiknya tetap saja duduk di sampingnya sambil menangis. Aileen menahan sakit yang luar biasa karena kakinya baru saja tertembak. Dia tidak akan bisa kembali berlari dengan keadaan seperti ini. Hanya Adeline saja satu-satunya harapan yang Aileen miliki. “Tidak.. aku tidak akan meninggalkanmu” Kata Adeline. Terlambat, para pengawal itu sudah datang dan kembali menangkap Aileen. Aileen menutup matanya dengan pasrah. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.. “Jangan coba-coba berlari atau kami akan menembak tepat di kepalamu” Kata pengawal yang menyeret tangan Aileen dengan keras. Aileen tidak bisa berjalan karena kakinya sangat sakit, oleh sebab itu pengawal itu hanya menyeret tubuh Aileen untuk dibawa kembali ke dalam mobil. Aileen menatap Adeline yang tampak menangis dengan keras. Adiknya itu terus memberontak sambil berteriak meminta pertolongan kepada pejalan kaki yang lewat di sekitar mereka. Iya, tidak ada yang menolong mereka. Sama sekali tidak ada. Mereka hanya menatap Adeline lalu mengabaikannya begitu saja. “Tenanglah, Adeline..” Kata Aileen dengan pelan. Aileen tidak bisa melakukan perlawanan apapun karena saat ini kakinya sedang sangat sakit. Aileen sadar kalau luka di kakinya bukanlah luka sembarangan. Luka tembakan ini tidak akan sembuh dengan mudah. Aileen menarik napasnya dengan pelan. Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? *** Aileen kehilangan kesadarannya ketika dia diseret masuk ke dalam mobil dan dilemparkan begitu saja ke tempat duduk. Aileen tidak tahu apa yang terjadi selama dia pingsan, tapi begitu matanya terbuka, Aileen sedang duduk di dalam ruangan gelap dengan tangan dan kaki yang terikat. Aileen menundukkan kepalanya, dia melihat ke arah luka yang ada di kakinya. Luka itu sudah tidak lagi mengeluarkan darah, kakinya diperban dengan rapi dan sekarang hanya rasa nyeri saja yang tersisa. Aileen menatap ke sekelilingnya, dia ingat jika Adeline juga diculik bersama dengannya. Dimana adiknya itu? “Ah, jadi kamu sudah bangun? Bagaimana dengan kakimu? Apakah masih terasa sakit?” Aileen menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Dia mencoba untuk menemukan seseorang yang sedang berbicara dengannya. Tidak, tidak ada siapapun di sini. Aileen sudah berusaha keras untuk mencari, tapi sosok yang berbicara tadi tidak juga dia temukan. “Siapa kamu?” Aileen bertanya dengan suara bergetar. Sejujurnya Aileen telah berusaha keras untuk mengendalikan dirinya. Dia harus tetap tenang, tidak boleh terlihat seperti orang yang sedang ketakutan. Tapi, ketika Aileen tahu jika orang-orang yang menculik dirinya tidak segan menembaknya dengan pistol, Aileen tidak bisa menahan rasa takutnya lagi. “Kamu tidak perlu banyak bicara saat ini. Lebih baik diam dan segera tidur. Ini sudah malam, besok kamu akan bertemu dengan seseorang yang penting.. ini akan menjadi pertemuan yang mengejutkan..” Kata orang itu. Aileen menggelengkan kepalanya. Tidak, Aileen tidak bisa tidur di tempat ini. Apa yang harus Aileen lakukan untuk bisa melepaskan dirinya? “Dimana Adeline? Apakah dia baik-baik saja?” Tanya Aileen dengan cepat. “Sejujurnya kami tidak diminta untuk membawa Adeline ke sini. Tapi kami tidak ingin mengambil risiko, Adeline sudah melihat wajah kami.. jadi dia juga harus dibawa ke sini..” Kata orang itu. Aileen mengepalkan tangannya. Apa yang mereka inginkan? Kenapa mereka membawa Aileen ke tempat ini? “Siapa yang menyuruhmu? Kenapa kalian melakukan ini kepadaku?” Tanya Aileen dengan pelan. “Itu bukan hal yang patut untuk kamu tanyakan, Nona” Aileen tidak tahu lagi harus melakukan apa. “Lepaskan Adeline, jangan menyakiti adikku. Kalian boleh melakukan apapun kepadaku..” Kata Aileen dengan pasrah. Aileen menutup matanya sejenak, dia tidak boleh meneteskan air matanya. “Itu tidak akan terjadi. Sudahlah, aku ke sini hanya untuk menyapa saja. Sebaiknya kamu segera tidur, Aileen..” Setelah itu terdengar suara langkah seseorang yang semakin jauh. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Aileen harus melepaskan diri dari semua ini. Aileen menggerakkan kakinya dengan pelan. Ya ampun, rasanya sangat menyakitkan. Aileen tidak akan bisa berlari dengan kaki yang terluka seperti ini. Jangankan berlari, berjalan saja akan terasa sangat sulit untuk dilakukan. Sepertinya malam ini Aileen memang harus menginap di tempat ini. Mungkin besok ayahnya akan menyadari jika Aileen dan Adeline menghilang. Orang tuanya menyelamatkan Aileen dari tragedi penculikan beberapa tahun yang lalu, mereka juga pasti akan menyelamatkan Aileen kali ini. Semoga Adeline baik-baik saja. Adiknya itu terlihat sangat ketakutan ketika dia melihat luka di kaki Aileen. Sekarang Aileen tidak bisa menenangkan Adeline, tapi semoga adiknya itu dalam keadaan baik.              
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN