Hasrat keinginan besar yang tak terpuaskan datang kepada diri Liandra. Saat dia berniat untuk melangkah maju ke langkah berikutnya untuk mengeranyangi bagian tubuh Lisha, tiba-tiba terganggu oleh suara Revano dari balik kursi kemudi.
"Tuan, kami telah mencapai mansion Permata."
Mansion Permata adalah mansion milik Reza. Mansion yang tidak seberapa besar dibanding dengan mansion miliknya.
Lian menggigit bibir Lisha gemas dan sedikit kasar. Kemudian dengan lembut melepaskannya, "Kita kembali ke mansion ku!" nadanya penuh dengan ketidaksenangan dan tekanan. Lian mendesis seperti ular karena merasakan panas di sekujur tubuhnya padahal AC masih menyala dengan suhu seperti biasanya.
"Baik Tuan." meskipun Revano tidak berani mengintip apa yang dilakukan oleh mereka berdua. Tetapi dia cukup pintar untuk memahami apa yang terjadi di jok mobil bagian belakang.
"Terima kasih untuk kebisingannya." ucap Revano dalam hatinya
"Nona Talisha adalah pacar tuan Reza. Bagaimana bisa tuan Liandra..." pikiran Revano kini bertanya-tanya. Karena dirinya terus mendengar suara b******u. Bahkan suara mereka terdengar intens, saling mendesah erotis membuat Revano ingin sekali Keluar dari dalam mobil sekarang juga. Atau berharap tuli saja untuk sementara waktu. Jadi dia tidak akan bisa mendengar kebisingan apa yang Tuannya dan Nona Talisha lakukan.
Mobil itu melaju dan segera tiba di Mansion megah milik Liandra. Membelah jalanan yang sepi dibelahan kota di Negara New York. Lian membawa Lisha ke mansion pribadi yang tak sembarang orang dapat masuk ke dalamnya. Bahkan saat pertemuan Liandra dan Talisha untuk pertama kalinya pun Reza membawa Lisha ke kantor milik Liandra.
Lian membantu Lisha keluar dari mobil dan membawanya masuk kedalam mansion miliknya. Lian memeluk pinggang Lisha dengan posesif. Membantunya berjalan ke arah lift dan membawanya ke kamar tidur utama. Kamar tidur miliknya yang bahkan dia tidak pernah membiarkan siapapun masuk ke dalamnya, kecuali para maid yang ia suruh untuk membersihkan kamarnya. Namun sekarang entah dorongan dari setan mana Liandra malah membawa wanita asing kedalam kamarnya. Lian pernah bersumpah siapapun wanita yang ia bawa ke kamar utama akan ia jadikan pendamping hidupnya, bagaimanapun caranya.
Lisha merasa sangat lelah karena mengalami hari yang sangat sibuk. Dari mulai sibuk karena pekerjaannya sampai sibuk menguatkan hati karena perselingkuhan yang dibuat oleh sahabatnya sendiri. Saat ia melihat ranjang di depannya dia berniat, menenggelamkan kepalanya diatas bantal empuk sampai pagi menjelang. Namun, Lian mencegahnya karena dia perlu memuaskan hasratnya yang membara pada Lisha.
"Sialan, aku tidak bisa menahannya lagi Talisha dan kau harus menyelesaikan apa yang telah kau mulai." Liandra menggeram tertahan sembari berbisik tepat ditelinga Lisha dan sesekali menjilat bahkan pria itu juga menggigit daun telinga Lisha, membuat Lisha membuka mulutnya dan mendesah secara tak beraturan.
Ciumannya turun ke leher jenjang milik Lisha yang tak terbalut sehelai kain, karena baju yang dipakai Lisha sangatlah minim dan mengekspos hampir seluruh tubuh bagian atasnya. Liandra mendaratkan sebuah kecupan basah di sekitar leher jenjang Lisha dan sesekali menjilatinya dengan lidah yang tak bertulang yang membuat tubuh Lisha merasakan sensasi geli dan juga nikmat untuk yang pertama kalinya. Lisha tak henti-hentinya mendesah tatkala lidah Liandra terus saja menari di ceruk leher jenjangnya. Dan perlakuan Lian membuat tubuh ringkih Lisha terasa seperti terbakar api, panas menjalar ke seluruh tubuhnya.
Mereka sama-sama tenggelam dalam gairah malam yang telah mereka ciptakan. Desahan demi desahan lolos dari bibir keduanya tatkala sensasi menggelitik yang kian menjalar ke seluruh tubuh mereka. Dan sedetik kemudian kenikmatan itu menguap dengan menjadi kenikmatan yang sungguh luar biasa, kenikmatan yang tak pernah mereka rasakan selama ini.
"Kita selesaikan kenikmatan ini sayang" Liandra berucap sambil membuka satu persatu baju yang dikenakan oleh Lisha. Dia nampak pasrah saja. Selain alkohol yang mendominasi akal pikirannya, ia juga sudah jatuh dalam pelukan singa, mana bisa dia keluar begitu saja. Tak peduli lagi dengan mahkota yang sudah ia jaga selama ini, yang ia perlukan sekarang ini hanyalah pelampiasan dari kemarahannya pada Reza.
Liandra menyeringai puas tatkala ia melihat dengan jelas kabut gairah yang tercetak di mata hazel milik Lisha. Malam ini akan menjadi malam terindah yang pernah ada dalam hidup Lian karena malam ini ia akan melihat Lisha terbelenggu dan terikat dengannya. Dengan begitu maka tak akan ada orang yang dapat mengambilnya dan selamanya Lisha akan menjadi milik Liandra William. Ia berjanji mulai malam ini Liandra akan mengklaim bahwa Lisha adalah miliknya, sepertinya pelabuhan terakhir hatinya akan ia jatuhkan pada Lisha.
"Kau milikku Lisha!" Liandra berkata penuh penegasan. Dia melepaskan jas kantor kehormatannya dan melemparnya ke sembarang arah. Lisha hanya bisa menunggu apa yang akan pria itu perbuat pada-nya, tubuhnya menegang kala Liandra berhasil meloloskan kemejanya dan menampilkan badan bagian atasnya yang sangat berotot dan kekar.
Malam panjang akan mereka lalui bersama dengan lenguhan dan desahan kenikmatan. Gairah seakan membuat ruangan tersebut menjadi sangat panas padahal AC sudah menyala, "Kau akan selalu mengingat semua sentuhan ku pada tubuhmu Talisha" Liandra berkata kembali, menaiki ranjang dan hal itu seketika membuat tubuh Lisha menegang.
"Oh Lian. I'm Virgin"
Mendengar pernyataan dari seorang wanita yang masih mabuk membuat Liandra menghentikan aksinya. Namun hanya beberapa saat saja setelah ia tersenyum kecil ke arah Lisha, ah lebih tepatnya seperti seringai.
**
Lian membiarkan Lisha bernafas. Dia merebahkan tubuhnya untuk terlentang di samping Lisha yang juga sedang tidur terlentang menatap langit-langit kamar yang terdapat banyak hiasan.
"Maafkan aku Mr. Liandra" lirih Lisha, suaranya sangat kecil bahkan hampir tidak terdengar jika Lian tidak tepat berada di sampingnya.
Bukannya menjawab Liandra malah beranjak dari ranjang, bertelanjang badan dan berjalan pelan ke arah kamar mandi menghiraukan Lisha yang masih tidur terlentang dengan mata terpejam. Gemercik air terdengar dari arah kamar mandi menandakan bahwa Lian sedang mandi. Jika saja Lisha memiliki kekuatan untuk berjalan, maka sekarang ia sudah kabur dari kamar ini. Namun efek alkohol dan pertempurannya dengan Lian membuat dirinya merasakan amat sangat lelah. Lisha terlelap di ranjang empuk milik Lian tanpa sehelai benangpun.
Lima belas menit kemudian, Lian sudah keluar dari kamar mandi lengkap dengan piyama tidurnya. Dia melirik ke arah kasur lalu menemukan Lisha yang sudah terlelap dengan wajah damai, tubuh telanjang Lisha di sembunyikan di dalam selimut milik Lian, dia tersenyum berjalan perlahan lalu duduk di sisian ranjang disamping Lisha, karena posisi Lisha tertidur berada di tengah ranjang.
"Harusnya aku yang meminta maaf padamu, dear." ujarnya sambil tersenyum. Lalu dia ikut merebahkan tubuhnya di samping Lisha, tangannya terulur untuk memeluk pinggang Lisha sampai ke perut dengan erat. Lian menenggelamkan kepala Lisha ke dadanya dan tangannya menjadi bantalan untuk Lisha.
Lian tidak mengambil pikir untuk masalah ini, dia juga ikut tertidur dengan nyenyak menyusul Lisha ke alam mimpi. Tak peduli dengan mantannya Lisha yang notabene adalah anak tiri kakeknya, Reza. Dari dulu apa yang dia inginkan akan selalu menjadi miliknya begitupun juga dengan menginginkan Lisha akan sangat mudah baginya. Tidak ada hal yang tidak mungkin untuknya, mengingat jika uang nya akan mempu membeli semua yang dia inginkan.
'Kakek maafkan aku'