Zombie 52 - Get Zombie
Setelah memeriksa dan memastikan Zombie sudah terbius penuh. Xavier baru meminta teman-temanmya untuk memborgol kaki dan tangan Zombie. Tidak lupa Xavier juga meminta menutup mulut Zombie menggunakan lakban. Xavier harus memastikan Zombie yang terbius itu benar-benar diamankan. Untuk antisipasi kalau-kalau Zombie itu tiba-tiba sadar selama perjalanan menuju rumah sakit Amehra.
"Berapa Zombie kita butuhkan?" Tanya Jessica.
"Untuk hari ini dua saja dulu, bahaya juga kalau terlalu banyak membawa Zombie yang terbius. Kita juga harus memastikan temapat yang kita tinggali aman dari Zombie," ujar Xavier.
"Oke, berati satu lagi. Ayo temen-temen. Masukan Zombie ini ke dalam mobil!" Seru Jessica penuh semangat. Sepetinya mood-nya naik setelah kemarin membuatkan jus dan sayur mayur untuk penghuni rumah sakit Amehra. Sudah lama Jessica tidak masak besar seperti itu. Rasanya jadi rindu masak bersama keluarganya. Ibunya pasti paling bawel kalau soal rasa. Meskipun sedikit asin atau kemanisan. Pasti ada saja yang di komentari. Jessica sangat merindukan hal itu. Semoga Xavier dan tim penelitian profesor Felix bisa segera menemukan vaksinya. Agar semuanya kembali normal seperti saat sebelum wabah ini di mulai.
"Kita jalan lagi saja. Setelah mendapatkan satu Zombie lagi. Kita langsung pulang saja. Tadi yang kita dapatkan Zombie lelaki. Sekarang kita coba cari Zombie perempuan. Kalau kalian menemukan Zombie lelaki dan membahayakan. Kalian bunuh saja," instruksi dari Xavier.
Xavier harus menembakan sepuluh ampul obat bius pada Zombie. Semoga saja dosis itu tidak terlalu tinggi. Kalau di suntikan pada manusia biasa. Bisa jadi manusia itu akan tewas, karena di suntikan bius dosis tinggi.
Sebelum menjalani operasi besar, misalnya bypass jantung, akan lebih dulu dibius total. Tujuannya adalah untuk membuat pasien tidak sadarkan diri, tidak bergerak, dan tidak merasakan sakit sama sekali agar prosedur tersebut berjalan lancar. Bius total, atau yang sering disebut anestesi umum, biasanya disuntikkan ke pembuluh darah atau dihirup lewat hidung dengan memakai masker khusus. rosedur bius total umumnya aman. Meski begitu, tetap ada risiko berbagai efek samping bius total terjadi setelah Anda sadar. Apa saja?
Berbagai efek samping bius total yang mungkin terjadi. Sebagian besar efek samping bius total akan pasien rasakan ketika sudah terbangun dari tidur. Efek samping bius biasanya bersifat ringan dan sementara, terjadi dalam waktu yang cukup singkat.
Berikut berbagai efek samping bius total yang mungkin terjadi, yaitu merasa bingung, linglung. Pasien akan merasa kebingungan dan linglung begitu pertama kali tersadar setelah dibius. Ini disebabkan oleh obat bius yang bekerja menghambat aktivitas otak yang bertanggung jawab terhadap kesadaran dan respon tubuh terhadap rasa sakit. Selain itu, pasien juga akan merasa ngantuk dan mengeluhkan pandangan kabur.
Kondisi ini biasanya berlangsung selama beberapa jam. Akan tetapi, efek samping ini bisa berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu pada orang lanjut usia.
Nyeri otot. Obat-obatan yang digunakan untuk melemaskan otot selama operasi dapat menyebabkan otot terasa nyeri saat bangun. Biasanya kondisi tidak akan berlangsung terlalu lama. Namun, jika nyeri memburuk pasien bisa segera menghubungi dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Mual dan muntah. Efek samping bius total yang satu ini biasanya terjadi untuk mencegah gerakan otot selama operasi. Mual dan muntah biasanya terjadi saat Anda terbangun setelah operasi dan bisa berlangsung selama 1 hingga 2 hari.
Menggigil. Obat-obatan bius total bisa mengacaukan kerja termometer alami tubuh sehingga menyebabkan suhu tubuh menurun. Selain itu, ruang operasi yang dingin juga ikut menyebabkan suhu tubuh makin menurun. Maka, tak jarang pasien akan menggigil setelah bangun dari operasi.
Sembelit dan retensi urin. Efek samping beberapa jenis obat bius memperlambat gerakan otot, termasuk otot-otot di saluran cerna dan saluran kemih untuk mengeluarkan limbah.
Karena itu, obat ini bisa menyebabkan sembelit dan kencing tidak tuntas (retensi urin) setelah operasi. Pasien mungkin juga merasa kesulitan untuk buang air kecil.
Sakit tenggorokan atau suara serak. Tabung yang dimasukkan ke tenggorokan selama proses operasi untuk membantu pasien bernapas dapat membuat tenggorokan pasien terasa sakit saat terbangun.
Rasa pusing akan menyerang saat pasien berdiri untuk pertama kalinya setelah pulih dari operasi. Minum cukup banyak air bisa membantu mengatasi rasa pusing yang pasien alami.
Gatal. Jika dokter menggunakan obat bius golongan opiat (o***m/opioid), kemungkinan besar pasien akan merasakan gatal di beberapa bagian tubuh sebagai efek obat tersebut.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan efek samping bius total. Berikut ini beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping saat menjalani anestesi umum, yaitu orang yang mengalami sleep apnea (henti napas saat tidur). Kejang. Masalah pada jantung, ginjal, dan paru-paru. Tekanan darah tinggi. Pecandu alkohol. Merokok. Memiliki riwayat buruk pada obat-obatan anestesi. Alergi obat, Diabetes dan Obesitas.
Biasanya, orang lansia lebih berisiko mengalami efek samping bius total dalam jangka waktu lebih lama dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Jangan sungkan untuk menanyakan efek samping dan risiko yang mungkin terjadi selama dan setelah pembiusan. Selain itu, usahakan untuk mengikuti berbagai petunjuk yang diberikan dokter sebelum operasi berlangsung, termasuk makanan dan obat-obatan yang perlu dihindari. Dengan mematuhi semua petunjuk dokter, pasien dapat menekan risiko terjadinya efek samping dari bius total.
Efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul dari obat anestesi. Tergantung dari besar kecilnya skala prosedur medis yang pasien butuhkan, dokter biasanya akan menyuntikkan obat anestesi untuk mematikan rasa sakit pada tubuh pasien selama operasi atau pembedahan. Tindakan anestesi dapat membuat seorang pasien kebal dari rasa sakit dan nyeri untuk sesaat, namun bukan berarti obat anastesi bebas risiko efek samping dan komplikasi setelah efek biusnya mereda.
Selama dalam pengaruh obat anestesi, Anda menjadi lebih tenang, tidak merasakan sakit, atau tertidur secara paksa. Anestesi juga berguna untuk mengatur kecepatan bernapas, tekanan dan aliran darah serta denyut dan irama jantung. Saat efek anestesi hilang sinyal saraf akan kembali ke otak sehingga kesadaran dan sensasi yang dialami tubuh kembali normal.
Efek samping obat anestesi dapat mulai muncul saat efek bius hilang. Terdapat banyak faktor yang bisa memicu peningkatan risiko seseorang mengalami efek samping dan dampak dari anestesi, seperti tingkat kesehatan dan kebugaran, serta pola makan dan gaya hidup. Risiko efek samping yang ditimbulkan juga bisa berbeda satu sama lain, tergantung dari jenis obat anestesi yang diterima pasien.
Efek samping dari anestesi umum. Anestesi umum dikenal juga sebagai bius total. Ini merupakan jenis obat anestesi yang menyebabkan pasien benar-benar tidak sadarkan sehingga dan tidak akan merasakan rasa sakit selama operasi. Efek obat ini memengaruhi kerja otak dan seluruh bagian tubuh lainnya.
Anestesi umum dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan obat anestesi ke dalam pembuluh darah vena ataupun dengan menggunakan aliran gas bius lewat pemasangan masker khusus. Jenis anestesi ini digunakan untuk operasi besar dengan mempertimbangkan keselamatan dan kenyamanan pasien.
Terdapat beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan dari anestesi umum antara lain. Reaksi alergi terhadap obat anestetik. Rasa mual dan muntah-muntah. Kerusakan gigi. Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia. Sakit kepala, nyeri punggung. Kegagalan fungsi sistem pernapasan Tersadar ditengah-tengah proses operasi.
Dampak komplikasi spesifik yang dapat ditimbulkan dari anestesi umum. Infeksi saluran pernapasan – dapat berupa infeksi pada laring, sakit tenggorokan hingga pneumonia. Hal ini dikarenakan penurunan kesadaran dapat menyebabkan saluran pernapasan tidak terlinggu. Terutama jika efek anestesi membuat pasien mual dan muntah dan cairan muntah masuk ke dalam paru-paru, dapat menyebabkan inflamasi dan infeksi di saluran pernapasan. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan berpuasa atau membatasi asupan beberapa jam sebelum operasi, dokter juga dapat memberikan obat dengan substansi metoclopramide untuk membantu mengosongkan lambung dan ranitidine untuk meningkatkan kadar pH lambung.
Kerusakan saraf tepi – merupakan jenis dampak yang dapat dialami jenis anestesi lainnya; anestesi regional dan lokal. Hal tersebut dapat terjadi karena proses operasi atau posisi tubuh yang menetap dan tidak bergerak dalam waktu yang lama. Bagian tubuh yang paling sering terkena dampak ini adalah lengan bagian atas dan pada kaki di sekitar lutut. Kerusakan saraf dapat dicegah dan diminimalisir dengan cara menghindari posisi tubuh pasien yang ekstrim dan menghambat aliran darah selama operasi.
Emboli – adalah hambatan aliran darah akibat adanya benda asing di dalam pembuluh darah termasuk penggumpalan darah dan udara. Emboli yang disebabkan oleh angina lebih mungkin pada tindakan operasi sistem saraf dan operasi di sekitar tulang pelvis. Risiko dari hal tersebut dapat diminimalisir dengan pemberian profilaksis thromboembolic deterrents (TEDS) dan low molecular weight heparin (LMWH).
Kematian – merupakan jenis komplikasi yang paling serius meskipun peluang terjadinya sangat kecil. Kematian akibat bius total merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari jenis operasi, tingkat kesehatan pasien dan penyakit penyerta atau kondisi lainnya yang dapat membahayakan proses operasi.
Efek samping dari anestesi regional. Anestesi regional adalah jenis obat anestesi yang berfokus pada kerja saraf dengan cara memblokir kerja saraf motorik, sensori maupun otonom. Anestesi regional dilakukan dengan sasaran saraf tulang belakang ataupun pada cairan cerebrospinal. Anestesi regional memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan anestesi umum, namun memiliki risiko terhadap kerusakan sistem saluran pernapasan.
Efek samping yang dapat ditimbulkan akibat anestesi regional. Rasa nyeri dan sakit kepala. Hipotensi. Penurunan suhu tubuh hingga hipotermia. Perdarahan. Keracunan bahan anestetik. Reaksi alergi. Infeksi tulang belakang. Infeksi selubung otak (meningitis). Kegagalan fungsi sistem pernapasan. Berikut beberapa dampak komplikasi spesifik yang dapat disebabkan anestesi regional
Total spinal block – merupakan istilah untuk pemblokiran sel saraf tepi yang disebabkan kelebihan dosis zat anestetik yang digunakan pada tulang belakang. Hal tersebut menyebabkan efek paralisis pada otot. Pemblokiran saraf juga dapat menyebabkan kegagalan sistem pernapasan saat pasien tidak sadarkan diri. Untuk mengatasi gangguan pernapasan kemungkinan diperlukan tindakan tambahan membuat saluran pernapasan dan ventilasi.
Hipotensi – penurunan tekanan darah merupakan dampak dari pemblokiran fungsi saraf simpatetik. Hal tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dengan cairan tambahan, namun hal tersebut perlu memperhatikan riwayat kesehatan jantung pasien.
Defisit neurologis – merupakan penurunan fungsi dari beberapa saraf yang terdapat pada tulang belakang yang dapat bersifat sementara ataupun permanen. Penyebab utamanya adalah kerusakan pada saraf tulang belakang yang mengakibatkan penurunan kerja saraf sensori dan penurunan kemampuan motorik tubuh.
Efek samping dari anestesi lokal. Anestesi lokal adalah jenis obat anestesi yang digunakan untuk operasi ringan yang melibatkan hanya sebagian kecil dari area permukaan tubuh. Anestesi lokal menyebabkan mati rasa pada bagian kecil tubuh dengan menyuntikan obat anestetik pada area yang akan dibedah untuk menghilangkan rasa sakit. Pasien akan tetap terjaga saat dilakukan bius lokal.
Tidak seperti jenis anestesi umum dan regional, jenis anestesi ini tidak memiliki dampak komplikasi, tetapi masih mungkin untuk menimbulkan beragam efek samping yaitu rasa sakit, berdarah, infeksi, kerusakan sebagian kecil saraf dan kematian sel.
Bius total saat operasi pada lansia meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Selama dua dekade terakhir, berbagai penyakit yang terjadi di usia lanjut semakin meningkat secara signifikan, namun jumlah pasien lanjut usia yang menjalani operasi secara bersamaan juga semakin meningkat. Ketika usia sudah lanjut, sudah tidak bisa disangkal lagi jika kondisi tubuh semakin mengalami penurunan. Dimulai dari bagian sendi, lalu ke penglihatan, dan kemudian ingatan.
Sering kali orang tua diharuskan untuk menjalani operasi besar di bagian sendi atau organ tubuh lainnya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Lantas, apa saja risiko operasi pada lansia? Simak penjelasannya berikut ini.
Efek anestesi (bius) sebelum operasi pada lansia. Sebelum dilakukan operasi, biasanya dokter spesialis anastesi akan melakukan tindakan pembiusan yang bertujuan untuk memblok rasa nyeri pasien dalam kurun waktu tertentu agar selama operasi pasien tidak merasakan sakit. Tindakan pembiusan atau anestesi ini bisa dilakukan dengan suntikan, semprotan, salep, ataupun pemberian gas yang harus dihirup pasien. Terdapat tiga jenis anestesi yaitu, anestesi lokal, anestesi sebagian, dan anestesi total.
Efek anestesi memang bersifat sementara dan umumnya tidak berbahaya pada kebanyakan pasien operasi. Namun, pada pasien lansia yang tubuhnya terus mengalami penurunan karena usia, mungkin akan bisa berdampak saat proses pemulihannya. Terlebih jika lansia tersebut diberi anestesi total yang langsung bekerja di bagian otak sehingga membuat pasien tidak sadarkan diri selama operasi.
Sebuah studi baru menemukan bahwa anestesi total, bila digunakan pada pasien lansia, dapat meningkatkan risiko demensia dan perkembangan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson atau Alzheimer.
Bius total saat operasi pada lansia meningkatkan risiko penurunan fungsi otak. Para peneliti telah mengidentifikasi penurunan fungsi kognitif awal setelah operasi – disebut postoperative cognitive dysfunction (POCD), yang menyebabkan demensia. POCD dikaitkan dengan munculnya reaksi neuroinflammatory di dalam otak. Reaksi ini membuat otak rusak dan menyebabkan degenerasi sel.
Degenerasi pada tingkat sel adalah pemicu demensia alias pikun. Bahkan secara tidak langsung bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif yang dapat menyebabkan kepikunan, kehilangan ingatan jangka panjang, kesulitan berbahasa, dan perilaku tidak menentu. Demensia bisa berkembang menjadi penyakit, seperti Alzheimer.
Penelitian tersebut melibatkan 9.294 lansia yang telah menjalani operasi antara tahun 1999 dan 2001. Sekitar sembilan persen dari peserta mengalami demensia setelah delapan tahun menjalani eksposur anestesi dan risiko meningkat sebanyak 15 persen untuk terkena penyakit Alzheimer. Khususnya, bagi pasien lansia yang menjalani anestesi total dan mengalami penurunan fungsi kognitif lebih mungkin mengalami gangguan neurodegeneratif.
Dari penelitian tersebut, para peneliti pun menyimpulkan bahwa pasien lansia yang mendapatkan anestesi total cenderung berisiko lebih besar untuk mengalami masalah neurologis daripada mereka yang menerima anestesi lokal.
Risiko operasi pada lansia meningkat saat usia pasien di atas 75 tahun. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kesembuhan dan komplikasi pasca operasi lebih banyak terjadi saat usia pasien 75 tahun. Pada usia 75 tahun fungsi otak telah menurun dengan sendirinya, terlebih jika pasien sudah mengalami penurunan fungsi kognitifnya. Hal tersebut bisa membuat pengembangan penyakit neurodegeneratif sangat mungkin terjadi.
Penyakit Alzheimer bisa menjadi penyebab awal kematian pada lansia yang berusia 75 tahun ke atas. Pasien bisa menjadi pelupa sehingga mereka seringnya pergi jauh dari rumah dan lupa jalan pulang karena mereka lupa di mana rumah mereka. Di saat seperti itu, mereka rentan mengalami kelaparan dan risiko penyakin paru-paru basah.
Pentingnya melakukan evaluasi sebelum lansia dioperasi. Peneliti telah menyimpulkan bahwa evaluasi sebelum operasi harus dilakukan pada orang tua untuk menentukan tindakan anestesi apa yang digunakan, terlebih jika memang diharuskan melakukan anestesi total. Demikian juga mengenai rencana tindakan selanjut pasca operasi untuk memastikan pengenalan penurunan fungsi kognitif dan demensia sehingga perawatan dapat segera dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan neurodegeneratif yang lebih serius.
Kenapa pasien harus berpuasa sebelum menjalani operasi? Apa yang terjadi, kalau kita mendadak bangun saat sedang dioperasi? Setelah operasi, berapa lama efek obat bius bertahan?
Obat bius akan diberikan ketika seseorang menjalani operasi. Ada banyak jenis obat bius dan hal ini memiliki efek samping yang berbeda-beda pada masing-masing pasien. Efek obat bius yang paling sering muncul adalah mual dan muntah serta badan lemas. Mungkin pasien penasaran, sampai kapan efek obat bius yang akan pasien alami setelah operasi berhasil dilakukan.
Berapa lama efek obat bius bertahan setelah operasi? Obat bius adalah obat yang digunakan untuk membuat pasien tenang, mengurangi rasa sakit, serta menurunkan kesadaran pasien selama tindakan medis berlangsung. Ada beberapa jenis obat bius (anestesi) yang biasanya digunakan, dan masing-masing bius memiliki efek samping serta durasi pengaruh yang berbeda pula. Hal ini biasanya disesuaikan dengan kondisi pasien, jenis tindakan medis yang dilakukan, serta penyakit yang pasien alami.
Selama operasi, pengaruh obat bius akan diperhitungkan sehingga kecil kemungkinan pasien untuk bangun di tengah operasi, meski hal ini masih mungkin terjadi. Obat bius biasanya diberikan melalui suntikan atau dengan gas yang berisi obat.
Sementara itu, pengaruh obat bius setelah operasi, biasanya juga tergantung dengan jenis anestesi yang dilakukan. Ada beberapa jenis anestesi yang biasanya dilakukan. Info lengkapnya bisa disimak di bawah ini.
Bius lokal, yaitu anestesi yang dilakukan hanya di sekitar area tubuh yang akan diberi tindakan saja. Jadi, efek obat bius ini hanya akan membuat baal salah satu bagian tubuh saja. Tindakan medis yang menggunakan bius lokal, biasanya adalah prosedur medis yang ringan dan memiliki durasi yang sebentar.
Karena itu, setelah tindakan medis telah selesai, tak lama kemudian sistem saraf di bagian tubuh yang sebelumnya dibius, akan kembali normal. Karena cukup ringan, Anda tidak akan mengalami pengaruh obat bius yang lama setelah tindakan medis selesai.
Bius regional ini terbagi menjadi dua, yaitu anestesi tulang belakang dan anestesi epidural. Kedua metode ini menyebabkan sebagian area tubuh mengalami baal (mati rasa), sehingga pasien bisa saja tersadar selama operasi dilakukan. Atau, bisa juga pasien diberikan obat tidur selama tindakan medis berlangsung. Saat bius ini diberikan, maka setengah bagian tubuh pasien akan baal dan mulai tidak merasakan sensasi apa pun.
Pengaruh obat bius jenis ini biasanya lebih lama ketimbang obat bius lokal. Untuk bius tulang belakang, pengaruhnya bisa mencapai 2 sampai 6 jam. Sementara, efek obat bius epidural bisa selama 2 sampai 3 hari setelah operasi.
Bila paisen diberikan obat bius tulang belakang atau epidural, maka sebelum kembali ke ruang rawat inap, pasien akan masuk ke ruang pemulihan dulu setelah operasi berlangsung. Hal ini untuk memantau kondisi kesehatan pasien pasca operasi dan menunggu pengaruh obat bius hilang.
Bius umum biasanya akan dilakukan jika operasi yang dilakukan adalah operasi yang cukup besar dan membutuhkan waktu yang lama. Namun, hal ini juga tergantung dengan bagian tubuh yang akan dioperasi serta penyakit yang diderita pasien.
Obat bius umum diberikan dengan dua cara, yaitu dengan memasukkan obat melalui pembuluh darah vena atau menggunakan masker yang berisi gas obat bius. Bila paisen direncanakan untuk diberikan bius umum, maka selama operasi dilakukan pasien tidak akan sadarkan diri dan seluruh tubuh pasien akan terasa baal, tak hanya sebagian saja.
Untuk efek obat bius umum ini, biasanya akan berlangsung lebih lama. Oleh karena itu, semua pasien yang diberikan bius umum selama operasi, akan masuk ke ruang pemulihan dulu selama beberapa waktu. Bahkan pengaruh obat bius ini akan terjadi dalam satu atau dua hari ke depan, tergantung dengan dosis yang diberikan.
Untuk mengetahui jenis anestesi mana yang baik untuk dilakukan, sebaiknya diskusikan hal ini dengan dokter menjelang jadwal operasi pasien.