Pengorbanan Shakira

1035 Kata
"Pak Polisi!" teriak Daffin memanggil beberapa kali sedari tadi. Saking dia sangat khawatir dengan keadaan lelaki yang ada di depannya terus meringis. Daffin sangat panik. Dia terus berteriak sekencang-kencangnya, hingga satu lelaki berseragam cokelat itu datang terburu-buru sambil menatap nyalang kepada Daffin. "Ada apa? Berisik sudah malam?!" "Pak, tolong lihat dia. Kayaknya sedang sakit," pinta Daffin sambil menunjuk ke arah jeruji besi yang ada di depan. Polisi tersebut menoleh ke belakang dan terhenyak saat mendapati salah satu narapidana yang baru masuk tadi siang sudah tergeletak tak sadarkan diri. "Ada apa ini?" tanya polisi itu kebingungan. Lekas polisi tersebut membuka pintu jeruji besi itu yang berkarat. Dia memanggil teman-temannya. Lima detik kemudian datang dua dengan memakai seragam yang sama langsung membopong tubuh lelaki yang sudah tak sadarkan diri. Sayup-sayup terdengar percakapan dua polisi yang Daffin dengar bahwa lelaki itu karena kepergok mencuri buah durian dan si pemilik kebun tak terima langsung menjurumuskan pencuri itu tanpa kekeluargaan. Daffin tercengang mendengarnya. Dia berdiri bergeming menatap nanar tubuh lelaki yang tadi merintih itu kini kini sudah tak tampak lagi dibawa oleh polisi menuju ke klinik terdekat, lalu Daffin balik badan dan kembali duduk sambil punggungnya disandarkan ke jeruji besi. Tatapannya sayu mendongak ke atas. Tiba-tiba saja perasaan teringat sang istri merasa tak enak. Di sisi lain. Di ranjang singgasananya Daffin dan Shakira. Kiini ternoda oleh nafsu Arwana yang saat ini sedang menikmati tubuh Shakira. Lelaki itu bergerilya kasar meremas bukit kembar dan mempermainkannya. Shakira terpejam tak mau melihat wajah brengseeknya Arwana. Air mata wanita itu luruh deras membasahi pipi dan jatuh ke bantal. Dia memalingkan wajah seketika itu juga di saat Arwana mulai beraksi menusukkan tornadonya. Bak lebah yang menemukan madu. Arwana semangat 45 dengan sumringah mulai berpetualang. "Nikmati saja," bisik Arwana. "Breeengsekk, aku ini kakak iparmu," ucap Shakira menangis tak bersuara. Saking sakit hati dan kecewa. Dia tak dapat menjaga kehormatan dirinya sebagai istri Daffin. Sejurus kemudian Shakira kembali berucap, "Kau harus tepati janjimu. Jika akan membebaskan suamiku." "Aku akan pegang janjiku," jawab Arwana terkekeh kecil. Desahan lelaki itu bak panah tajam beracun yang memelesat menyakiti hati Shakira. Arwana mempermainkan ceruk leher Shakira. Iya, harus bagaimana lagi. Shakira mengorbankan dirinya demi kebebasan Daffin. Wanita itu terpejam rapat dengan bibir yang mengatup. Dia tak mau terbuai oleh permainan Arwana. Namun, tetap saja lelaki itu tak peduli dengan perasaan Shakira. Permainan tetap berlanjut hingga sampai ke titik puncak. Lolongan desahaan Arwana lolos keluar dan tubuhnya ambruk ke atas tubuh Shakira. Wanita itu bergegas mendorong tubuh Arwana dengan susah payah. "Pergiiii!" usir Shakira sambil menangis. "Tenang, aku akan cepat pergi dari sini. Panas sekali tak AC." Arwana dengan arogannya langsung mengusap wajahnya yang penuh dengan butiran keringat. Lalu dia lekas berpakaian rapi. Arwana beranjak pergi tanpa menengok keadaan Shakira yang sangat terpukul dan depresi. Wanita itu memukuli bantal dan guling. Dia tak bisa menggerakkan kedua kakinya. Jika bisa mungkin sudah lari. "Argghhhhhhhhh ... tiddaaaaaakk!!" pekik Shakira. Wanita itu dengan susah payah membanting tubuhnya ke bawah dengan perasaan yang berkecamuk merutuk diri sendiri. Dia menyeret tubuhnya sendiri menggunakan tangan menuju kamar mandi ingin membersihkan diri dari noda dosa, dengan susah payah berusaha ke kamar mandi sambil menangis tersedu-sedu. Tiba di kamar mandi. Langsung Shakira mengambil gayung dan mengguyur sekujur tubuhnya. Dia usap-usap kasar sambil memaki dan mengumpat Arwana. Shakira duduk tertegun membayangkan kejadian yang merenggut kehormatannya. Dirinya pun kembali berulang kali meminta maaf kepada Daffin. "Maafkanku, Mas," lirihnya. Tangannya bergemetar memegang gayung. Tangisan Shakira pecah. Keesokan harinya. Saat Lisa memasuki halaman rumah Daffin. Dia merasa aneh menemukan dompet hitam yang teronggok di teras. Kemudian Lisa membuka dompet itu, dia terkejut. Ternyata milik Arwana yang terjatuh saking buru-buru meninggalkan rumah Daffin. Akhirnya lelaki itu melupakan dompet. Perasaan Lisa tak enak. Dia pun segera berlari kecil masuk ke rumah. Pintu tak dikunci. Lisa terbelalak. Lisa berlari kecil menuju kamar Daffin. "Shakiraaaaaaaa!!" Tampak Shakira tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Spontan Lisa berteriak sekencang mungkin dan menghambur memeluk Shakira. "Shakira, banguunn. Apa yang terjadi?" Lalu Lisa mengambil minyak kayu putih yang teronggok di meja. Lekas dia berikan minyak kayu putih itu ke hidung Shakira. Sesekali tangannya mengusap pipi Shakira dan lolos mulutnya memanggil. "Shakira, bangun." Tak berselang lama. Shakira membuka matanya perlahan dan langsung memeluk tubuh Lisa. "Ada apa ini? Arwana datang ke sini. Dia mau apa?" tanya Lisa. "Jangan bilang kepada Daffin." "Kenapa memangnya? Dia macam-macam sama kamu?" Shakira tak sanggup menjawab. Lidahnya kelu. Hanya air mata yang mewakili perasaannya saat ini. Lisa pun paham dengan melihat kondisi Shakira yang berantakan sekali dan wajah pucat. "Tuhaaan, kenapa berikan cobaan kepada Shakira dan Daffin?" Lisa langsung memeluk tubuh Shakira sambil meneteskan air mata. Dia tak bisa menyembunyikan perasaan sedih dan ibanya. Kehidupan Daffin saat ini benar-benar dalam cobaan yang bertubi-tubi. Banyak menelan pil pahit kehidupan, daripada menelan kebahagiaan. Hanya Lisa yang dapat merawat Shakira di saat Daffin di penjara. "Ini untukmu," ucap Lisa sambil menyodorkan makanan yang sudah dia masak. Hari ini wanita itu menjenguk keadaan Daffin bersama Shakira. Daffin dan Shakira saling memandang satu sama lain. Mata Shakira berkaca-kaca dan tangannya mengusap pipi sang suami. "Mas, kapan keluar? Aku tak tega melihatmu di sini." "Saya bisa menyelesaikannya karena saya tak salah." "Apakah harus kita sewa pengacara?" sambung Lisa. "Uang dari mana?" keluh Shakira sudah putus asa. Padahal saat ini dia sedang menunggu Arwana menepati janji. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada tanda-tanda Arwana akan mencabut kasus Daffin. "Tak usah," balas Daffin tersenyum simpul. Dia pun membelai rambut sang istri dengan lembut. "Bagaimana keadaanmu?" Lelaki itu mengalihkan pembicaraan agar Shakira tak membahas kebebasan. "Mas, aku ingin di sini saja bersamamu." Daffin terbelalak dan menggelengkan kepalanya. "Shakira, kamu jangan di sini. Ini bukan tempatmu." "Lantas kapan Mas keluar dari sini?" keluh Shakira. Tiba-tiba terdengar suara bariton yang membuat Daffin terbelalak. "Lelaki itu meninggal." Polisi tersebut datang tergopoh-gopoh menghampiri polisi yang sedang berdiri menjaga Daffin. "Meninggal kenapa?" "Dia mengalami serangan jantung," jawabnya. Sorot mata Daffin mendadak sendu. Dia meremas-remas punggung tangannya sendiri. Mengingat lelaki itu meringis kesakitan karena terluka. "Itu bukan serangan jantung," timpal Daffin. Lisa dan Shakira terbelalak. Menyimak penuturan Daffin yang langsung berdiri menatap nyalang kepada polisi yang bertugas menjaga. "Memangnya kamu tahu apa?" Polisi tersebut terkekeh kecil dan menepuk pundak Daffin. "Mas, tenang. Ada apa sebenarnya?" tanya Shakira sambil menarik tangan sang suami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN