Tin tin tin. Arya membunyikan klakson mobilnya dengan tak sabar. Pria itu semakin marah tatkala gadis itu tidak datang untuk membukakan pintu untuknya. Membuat pikiran demi pikiran buruk semakin menguasai otak Arya. Pria itu dengan tergesa mematikan mesin mobilnya lalu keluar. Dengan langkah cepat dan hampir berlari pria itu menuju ke rumah itu. Ia harus segera menemukan gadis yang menjadi tawanannya. Duk duk duk! Pria itu mengetuk pintu dengan kasar bahkan terkesan seperti tengah memukulinya. Ia juga berteriak memanggil nama gadis itu. Namun, seberapa kuat ia memukul, seberapa keras ia berteriak, tak seorang pun datang membukakan pintu untuknya. Bahkan keadaan di dalam rumah begitu sunyi, tak ada suara sedikit pun dari dalam sana. Ia meraih ponsel dan mencoba menelepon. Terdengar suar