Sesal 1

1031 Kata
Mereka berdua terengah kelelahan. Berkelahi tadi membuang cukup banyak tenaga. Lebam - lebam di sekitar area mata dan bibir membuat mereka mengernyit sakit. Tapi mereka masih memandang tajam satu sama lain. Tidak ada yang mau kalah. Pak Saipul membawa mereka berdua ke ruangan Pak Sultan. Mereka berdua pun disidang habis - habisan oleh Pak Sultan dan Pak Saipul. Banyak sekali siswi mengintip dari balik pintu ruang kepala sekolah ini. Mina yang berada pada posisi paling depan, merasa terhimpit karena didorong oleh siswi - siswi di belakang. Mina meringis saat seseorang membuat keningnya terantuk pintu. Tapi Mina tidak menyerah. Ia terus bertahan di sana. Mina terlihat sangat terpukul saat tahu mereka berkelahi tadi. Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Kian dan Yongki duduk berjejer di kursi layaknya seorang terdakwa kasus kriminal. Memang mereka baru saja melakukan tindak kriminal, bukan? Sebenarnya Pak Sultan tak tega melihat kedua muridnya lebam - lebam seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka sudah salah dengan berkelahi begitu. Makanya mereka harus diberi teguran. "Bapak selama ini sudah diam, berusaha tidak kenyih. Kalian ikut teater pun tidak Bapak tegur. Padahal kalian sudah kelas 12. Kalian tahu sendiri, kan, bahwa semua anak kelas 12 sudah tidak boleh mengikuti kegiatan apa pun?" Raut Pak Sultan terlihat benar - benar kecewa. "Bapak berusaha diam saat para Guru bertanya. Mereka menghakimi Bapak karena sudah bertindak tidak tegas pada kalian. Mereka bilang Bapak tidak adil. Mereka bilang Bapak tidak patuh pada aturan. Ada juga yang bilang Bapak justru mempertaruhkan nasib kelulusan kalian. Kalau sudah kelas 12, bukannya seharusnya banyak belajar! Bukannya ikut teater musikal. "Tapi Bapak menjawab mereka dengan sabar. Bapak bilang pada mereka bahwa kalian berdua adalah murid kebanggaan sekolah. Dan sekolah belum pernah memberi hadiah yang berarti untuk kalian. Makanya Bapak mengizinkan kalian ikut. Mungkin itu bisa dianggap sebagai hadiah kami pada kalian. Juga untuk alasan mempertaruhkan kelulusan, Bapak jawab pada mereka bahwa kalian tidak mungkin tidak lulus. Bahkan tanpa belajar saja kalian sudah berprestasi." Pak Sultan lagi - lagi menghela napas kecewa. "Tapi apa yang Bapak dapat untuk itu semua? Kalian malah seperti ini!" Kian dan Yongki menunduk. Mereka kini menyesal. Mereka merasa bersalah. Tapi mereka tadi, kan, sedang sama - sama emosi. Siapa, sih, yang tidak akan emosi bila berada di posisi mereka? Sudah lama berusaha demi mendapatkan peran di teater, dengan tujuan masing - masing, tapi juri malah bertindak tidak tegas. "Bapak tahu hubungan kalian kurang baik sejak dulu. Tapi kalian itu senior di sekolah ini. Apalagi kalian adalah senior yang banyak dikenal seluruh kalangan. Tanpa kalian sadari, banyak siswa ataupun siswi yang meniru tindak - tanduk kalian. Mereka mulai mau belajar karena ingin seperti kalian. Tapi sekarang bagaimana? Apa kalian ingin para murid di sini mengikuti adegan saling memukul tadi?" Tidak ada jawaban. Pak Saipul juga memilih untuk diam. Kepala Sekolah lebih berhak dalam hal ini. Ia hanya bertugas mendampingi. "Bapak tidak marah pada kalian. Bapak hanya ... sangat kecewa," lanjut Pak Sultan. Ia berusaha menangakan diri sendiri dan juga berusaha memahami. Ia tahu latar belakang dua murid di hadapannya ini. Mereka berdua sudah dihadapkan dengan masalah keluarga yang cukup pelik sejak masih kecil. "Sekarang Bapak mau kalian berdamai. Apa tidak bosan bersaing terus?" Yongki dan Kian saling berpandangan. Kilatan tajam pada mata mereka — sisa perkelahian tadi — masih tersisa. Meskipun sudah banyak berkurang. "Ayo berjabat tangan!" Yongki dan Kian berusaha menyembunyikan amarah masing - masing. Mereka tak tega melihat ekspresi tulus Pak Sultan. Akhirnya mereka pun berjabat tangan sekilas. "Nah ... begitu, kan, lebih baik. Tapi demi keadilan, kalian harus tetap dihukum. Hukumannya tidak akan Bapak beritahukan sekarang. Karena kalian harus ke UKS dulu untuk diobati. Silakan!" Pak Sultan memberi gestur pada mereka untuk keluar dari ruangan ini, dan segera pergi ke UKS. "Terima kasih, Pak!" ucap Kian dan Yongki hampir bersamaan. Pintu ruangan ini agak sedikit sulit dibuka. Disebabkan karena banyaknya siswi yang bergerombol di luarnya. Setelah ada celah sedikit, Kian segera keluar. Diikuti oleh Yongki. Berbeda dengan Kian yang menurut untuk segera ke UKS, Yongki malah berlari ke arah yang berlawanan. Ia berjalan tertatih, seperti menahan sakit. Semuanya menatap heran ke arahnya. Kenapa dia? Mina berusaha memanggil Yongki, tapi ia sudah terlanjur jauh. "Haish, kenapa anak itu?" Mina mencak-mencak menatap Yongki yang semakin menjauh. Mina beralih menatap Kian. Ia menggeleng heran lagi. "Lo, tuh, ya. Hari gini masih musim apa berantem - berantem kayak gitu? Ayo ke UKS!" omel Mina. Kian mencebik karena kelakuan Mina itu. Toh tidak disuruh pun ia memang akan pergi ke sana. Tapi ia sedang malas menjawab karena bibirnya sakit. Siswi yang bergerombol tadi membiarkan Kian melenggang dengan Mina menuju ke UKS. Mereka sudah cukup miris menatap wajah Kian. Mungkin Kian butuh waktu dan tempat untuk istirahat. Mereka juga tidak punya keberanian seperti Mina yang terlihat selalu biasa saja pada Kian dan Yongki. Akhirnya mereka memutuskan untuk bubar dan menunggu update berita selanjutnya. Setelah Kian diobati, Mina mulai bicara padanya. Sesuatu yang ingin dibicarakannya sejak pagi. Tapi ia juga masih belum berhenti panik karena masalah saling memukul tadi. Makanya ia agak sulit mengawali pembicaraan dengan baik. ~~~~~TMRE - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~ Masya Allah Tabarakallah.        Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Theatre Musical: Roll Egg. Mau tahu kenapa dikasih judul Theatre Musical: Roll Egg? Ikutin terus ceritanya, ya.         Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.   Mereka adalah:          1. LUA Lounge [ Komplit ]                   2. Behind That Face [ Komplit ]              3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]              4. The Gone Twin [ Komplit ]         5. My Sick Partner [ Komplit ]        6. Tokyo Banana [ Komplit ]                7. Melahirkan Anak setan [ Komplit ]         8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]          9. Asmara Samara [ Komplit ]        10. Murmuring [ On - Going ]        11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]        12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]        13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]        14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]         Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.       Cukup 1 kali aja ya pencetnya.    Terima kasih. Selamat membaca.         -- T B C --          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN