Intro dari lagu The Scientist mulai terdengar. Karena Bu Anjani sangat penasaran dengan suara Kian — mengingat Bu Anjani tak pernah tahu jika ternyata Kian bisa menyanyi — ia pun memilih Kian untuk menyanyi duluan.
"Kian masuk!"
Suara bass lembut milik Kian mulai mengalun. Satu tangannya memegang handphone untuk membaca lirik lagunya.
Come up to meet you, tell you I ' m sorry
You don ' t know how lovely you are
I had to find you, tell you I need you
Tell you I ' ll set you apart ....
Bu Anjani terlihat takjub dengan suara Kian. Sungguh ia tidak menyangka Kian bisa menyanyi.
"Yongki, masuk!"
Suara barithone nan dalam milik Yongki mengalun menggantikan suara Kian.
Tell me your secrets and ask me your questions
Oh let ' s go back to the start
Running in circles, coming in tails
Heads on a science apart ....
"Kian, silakan!"
Nobody said it was easy
It ' s such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be this hard
Oh, take me back to the start
Tanpa diminta, Yongki menambahkan improviasi untuk mengiringi dan mengisi musik yang mengalun.
"Yongki, masuk!"
I was just guessing at numbers and figures
Pulling your puzzles apart
Questions of science, science and progress
Do not speak as loud as my heart
"Kian sekarang!"
Tell me you love me, come back and haunt me
Oh and I rush to the start
Running in circles, chasing our tails
Coming back as we are
"Silakan menyanyi bersama!"
Nobody said it was easy
Oh it ' s such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard
I ' m going back to the start
Suara Kian dan Yongki berpadu indah dalam alunan musik. Mereka dengan harmoni menyanyi dengan suara satu dan suara dua, supaya nyanyian mereka tidak tumpang tindih, sehingga tetap bisa didengar dengan jelas, mana suara Kian, mana suara Yongki.
Yongki yang suaranya lebih berat otomatis menyanyikan suara satu. Sementara Kian yang bisa mencapai nada lebih tinggi, mengambil suara dua. Sama sekali tak ada keegoisan dalam cara menyanyi mereka, justru keduanya terdengar saling mengisi satu sama lain.
Bu Anjani sudah tahu tentang teknik vokal Yongki yang sudah matang. Namun ia tak tahu jika ternyata ada murid lain yang memiliki kemampuan vokal yang setara dengan Yongki. Hanya aja warna suara mereka berbeda. Kalau begini ceritanya, mungkin nanti juri akan kesulitan untuk memilih keduanya. Belum lagi jika sudah ditambah latihan dari peserta yang lain nanti.
Tak hanya Bu Anjani yang terkesima melihat penampilan duet Kian dan Yongki, Mina yang sedang memegang kamera, masih tak percaya dirinya baru saja melihat penampilan live kelas dunia. Dan mereka yang menyanyi adalah teman sekelasnya. Tangannya sampai bergetar tadi. Entah bagaimana hasil rekamannya nanti.
Ingin rasanya Mina mencuri hasil rekaman ini nanti. Mina akan mengirim video itu pada vokalis Coldplay. Karena Mina merasa, Chris Martin harus melihat dan tahu, jika lagunya pernah di - cover sebagus ini.
"Woah, bagus sekali!" Bu Anjani memberikan standing ovation pada Yongki dan Kian. Peserta yang lain juga ikut bertepuk tangan. Mengesampingkan rasa kesal mereka pada Yongki sejenak.
"Dengan kemampuan vokal seperti itu, kalian seharusnya sudah memperlihatkan semuanya semenjak dulu. Ibu harap, setelah lulus nanti, kalian akan memanfaatkan bakat yang kalian miliki sebaik mungkin!"
Kian dan Yongki kembali duduk. Tak ada yang tahu, mereka sedang saling sangat membenci satu sama lain saat ini.
Mereka sama - sama merebutkan posisi itu. Mereka sama - sama merasa harus menang.
~~~~~ TMRE - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~
Pulang sekolah, Yongki segera menuju flat kecil yang disewanya. Ia tinggal di sana sejak pergi dari rumah. Yongki menyempatkan diri untuk makan lalu minum obat. Selesai menuntaskan kewajibannya, Yongki segera ganti baju untuk berangkat kerja. Ya. Yongki memang bekerja part time di sebuah café untuk bertahan hidup sementara waktu.
Saat keluar dari rumah dulu, ia hanya membawa uang yang ada di dompet. Jumlahnya sama sekali tak banyak. Digabung dengan saldo rekeningnya, hanya cukup untuk menyewa flat ini selama sebulan.
Langkah Yongki terasa ringan melewati ruko demi ruko yang ada. Tadi bosnya menelepon bahwa café dibuka lebih lambat hari ini karena ada sedikit perbaikan di bagian dapur. Makanya Yongki tak perlu terburu - buru seperti biasanya.
Mata Yongki menatap sebuah ruko yang memiliki desain apik. Nuansanya khas Jepang dengan stiker pohon Sakura di setiap inchi dindingnya. Jujur, tiap kali lewat ini, Yongki tak terlalu memperhatikan keadaan sekitar. Karena biasanya ia berangkat dengan sangat terburu - buru.
Setelah memperhatikan lebih dekat, Yongki akhirnya tahu jika tempat indah ini adalah sebuah bakery. Di dalam sana terdapat sebuah etalase besar berisi berbagai roti yang indah dan lucu.
Sepertinya bakery ini tak hanya melayani take away, karena di dalamnya juga terdapat banyak tempat duduk.
Seperti ada yang mengarahkan, Yongki mengalihkan pandangan pada bagian kasir bakery. Yongki terpaku menatap seseorang yang berdiri di balik meja kasir. Yongki terus mengamatinya, meyakinkan bahwa penglihatannya tak salah.
Sudah 13 tahun berlalu, tapi ... ia bahkan tidak berubah. Hanya tubuhnya saja yang bertambah tinggi. Mata, hidung, bibir ... semuanya masih terlihat sama.
Yongki memberanikan diri untuk masuk ke dalam bakery.
Seseorang yang tengah diperhatikan oleh Yongki segera menyambutnya. Mempersilakannya masuk dengan ramah.
Tapi Yongki malah asyik terdiam di tempatnya semula. Ia tetap menatap seseorang di meja kasir itu lekat. Sementara seseorang yang dipandangnya justru merasa bingung.
Namun kalau boleh jujur, pemuda itu sebenarnya juga merasa aneh. Ia merasa ... tidak asing dengan wajah seseorang yang tengah menatapnya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pemuda itu setelah yakin bahwa seseorang yang datang ini mungkin tidak akan membeli. Jadi, mungkin ia sedang butuh bantuan.
Yongki tertegun mendengar suaranya. Tak hanya fisik, bahkan suara mereka pun mirip -- suara Yongki dan si Penjaga Kasir.
Air mata Yongki lolos begitu saja. Ia tak menyangka bahwa Tuhan akan mempertemukan mereka kembali, dengan cara seperti ini.
Seorang wanita paruh baya terlihat menuruni tangga. Ia berjalan anggun menghampiri meja kasir. Awalnya ia tersenyum pada si Penjaga Kasir, tapi melihat bagaimana pemuda itu kebingungan, si Wanita segera mencari tahu ada apa gerangan. Si Wanita mengikuti arah pandang si Penjaga Kasir.
Dalam sekali melihat, wanita itu langsung tahu siapa seseorang yang tengah berdiri mematung di depan meja kasir. Iapun tak kuasa menahan air matanya.
"Mom," gumam Yongki pelan.
Wanita itu berjalan mendekati Yongki. Kedua tangannya mengulur, menyentuh pipi tirus putra pertamanya.
Tanpa menunggu lebih lama, ia segera merengkuh tubuh putranya dalam pelukan. Memeluknya seerat yang ia bisa. Isakan demi isakan terdengar. Akhirnya Tuhan telah menjawab doa - doanya selama ini.
~~~~~ TMRE - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~
Rasa canggung yang besar, membuat mereka berdua hanya duduk dalam diam. Sesekali Yongki tersenyum pada Jeje. Tapi Jeje sering tak membalas senyumnya. Yongki berusaha memaklumi. Karena sepertinya anak itu kurang begitu mengingat dirinya. Yongki bisa paham. Karena saat itu Jeje benar - benar masih kecil.
Mom datang membawa tiga cangkir teh hangat. Ia meletakkan nampannya di meja dan membagikan teh itu pada kedua putranya dan untuknya sendiri. Lagi - lagi ia tersenyum. Ia senang sekali karena akhirnya bertemu Yongki lagi. Tapi jujur, ia agak sulit memulai pembicaraan. Selain karena rasa canggung, juga karena ... rasanya masih belum bisa percaya. Ia takut ini hanya mimpi.
"Bagimana kabar ayahmu, Nak?" tanya Mom akhirnya.
Yongki terdiam sejenak. Ia berusaha menyusun kata-kata agar Mom tak terlalu terguncang nantinya. "Terakhir Yongki bertemu Dad, beliau sangat sehat, Mom!"
Mom mengernyit. "Terakhir ...?"
Yongki mengangguk. "Sebenarnya ... Yongki pergi dari rumah."
Mom tak bisa menutupi keterkejutannya. "T - tapi ... kenapa, Nak?"
"Karena Yongki ingin bertemu, Mom dan Jeje lagi. Dad masih belum berubah. Beliau nggak pernah sekalipun mengizinkan Yongki untuk berbicara mengenai Mom dan Jeje. Apalagi bertemu. Itu sebabnya Yongki pergi."
Yongki dengan sukses mengungkapkan alasannya. Meskipun ada satu alasan lain yang sedang ia tutupi. Alasan yang mungkin jika diucapkan, akan merusak indahnya pertemuan mereka ini.
Mom menatap Yongki nanar. Pasti Yongki sudah banyak melalui masa - masa sulit. Ia kembali merasa bersalah karena waktu itu tak bisa membawa serta Yongki. Di dalam lubuk hatinya, ia masih ingin tetap bersama dengan mantan suaminya. Ia ingin rujuk dan mengulang semuanya dari awal. Ia ingin lebih berhati - hati agar suaminya tak menuduhnya macam-macam. Dengan begitu, pasti Yongki dan Jeje tak harus bernasib seperti sekarang.
"Lalu sekarang kamu tinggal di mana, Nak?"
"Nggak jauh dari sini. Dan aku ... benar - benar nggak nyangka bahwa ternyata Mom dan Jeje ada di sini. Padahal setiap hari aku lewat sini untuk pergi kerja part time. Seharusnya dari kemarin - kemarin aku sudah datang. Supaya kita bisa bertemu lebih cepat."
Mom terkikik mendengar penjelasan Yongki. "Yang penting sekarang kita sudah bertemu, Sayang." Mom mengelus surai Yongki. Ekspresinya berubah sedikit masam. "Tapi ada apa dengan rambut kamu ini?"
Yongki terbahak cukup keras. Ia jadi salah tingkah sendiri. Dia sampai menggaruk rambutnya yang tak gatal sama sekali. Bingung harus menjawab apa.
"Je, jangan diem aja, dong! Tanya apa ... gitu ke Mas Yongki!" Mom berusaha membujuk anak bungsunya.
Yongki menangkap siratan keraguan di wajah Jeje. Nalurinya sebagai seorang kakak, mengatakan bahwa dirinya lah yang harus memulai pembicaraan. "Kayaknya kamu beneran nggak inget sama sekali sama aku!" ucap Yongki dengan nada bercanda.
"S - sebenarnya ... aku emang sama sekali nggak inget. Meskipun Mom sering bercerita bahwa aku punya seorang Kakak, tapi aku sama sekali nggak ingat wajahmu. Hanya saja, waktu pertama melihatmu tadi, aku seperti pernah melihat di suatu tempat. Tentu aja, karena ternyata kamu adalah kakakku!"
Yongki tertawa renyah mendengarkan penjelasan adiknya. Cukup takjub bahwa Jeje ternyata bisa berbicara sepanjang lebar itu.
"Jeje itu agak pemalu. Tapi kalau udah ngomong, ya gitu ... panjang banget!" jelas Mom seraya mengimbangi tawa Yongki.
Dalam hati, Yongki sangat berterimakasih pada Mom karena sudah membantu mencairkan kecanggungannya dengan Jeje.
"Kamu sekolah di mana sekarang?" Yongki melanjutkan pertanyaannya.
"Aku di SMA 6. Mas?"
"Oh, SMA 6? Itu, kan, nggak jauh dari SMA - ku. Aku sekolah di SMA 4," ucap Yongki takjub. Benar - benar tak bisa dipercaya. Ternyata mereka sedekat itu selama ini.
Mom ikut - ikutan antusias. Di wajahnya terpatri ekspresi bangga seorang Ibu pada anaknya. "Benar kamu sekolah di SMA 4, Nak? Ya Allah, kamu pasti anak yang cerdas, ya!"
"Hehe. Biasa aja, kok, Mom."
"Tapi Mom sungguh bangga tahu kamu sekolah di sana. Jeje dulu sebenarnya Mom suruh untuk masuk sana juga. Tapi NEM - nya nggak cukup."
"Nggak apa - apa, Mom. Sebenarnya sekolah di mana - mana itu sama. Tergantung muridnya mau belajar atau nggak."
Mom lagi - lagi menyentuh surai Yongki. "Kamu tumbuh menjadi anak yang bijak dan dewasa, Nak! Mom benar - benar bangga."
Yongki tersenyum senang mendengarnya. Ia terlihat lucu dengan matanya yang hanya tinggal segaris saat tersenyum seperti itu.
Yongki sungguh bahagia. Di akhir hidupnya, Tuhan memberinya jalan yang mulus dalam segala hal; meraih impiannya, melakukan hal yang ia suka, dan juga bertemu dengan Mom dan Jeje.
Bolehkah Yongki sedikit serakah? Bolehkan ia meminta sedikit waktu lebih untuk menikmati kebahagiaannya ini?
~~~~~TMRE - Sheilanda Khoirunnisa~~~~~
Masya Allah Tabarakallah.
Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Theatre Musical: Roll Egg. Mau tahu kenapa dikasih judul Theatre Musical: Roll Egg? Ikutin terus ceritanya, ya.
Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.
Mereka adalah:
1. LUA Lounge [ Komplit ]
2. Behind That Face [ Komplit ]
3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]
4. The Gone Twin [ Komplit ]
5. My Sick Partner [ Komplit ]
6. Tokyo Banana [ Komplit ]
7. Melahirkan Anak setan [ Komplit ]
8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]
9. Asmara Samara [ Komplit ]
10. Murmuring [ On - Going ]
11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]
12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]
13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]
14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]
Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.
Cukup 1 kali aja ya pencetnya.
Terima kasih. Selamat membaca.
-- T B C --