Setelah kembali ke kamar dengan keadaan kesal, Rania memilih duduk di bale yang tersedia di depan kamarnya. Ia benar-benar kesal dengan sikap Derren, seperti tidak pernah belajar untuk memahami dirinya. Segala sesuatu selalu saja dimudahkan tanpa ingin tahu apa yang Rania rasakan. Salahnya juga, harusnya ia tidak pernah berharap banyak pada pria itu atau menggantungkan harapan tinggi pada sosok suami. “Aku pikir tidak akan serumit ini memahami isi kepalanya. Tapi sepertinya aku salah, Derren Narawangsa tetap saja pria yang menyebalkan seperti awal pertemuan kami,” gumam Rania kesal. Menghilangkan rasa kesalnya, Rania membuka ponsel miliknya dan mendapati beberapa pesan yang masuk. Ada pesan dari Sally yang membuat Rania penasaran. Setelah membukanya, ternyata iparnya mengirimkan sebuah v