"Mereka masih menunggu dengan harapan cepat kembali."
****
Hari sudah semakin malam lagi, tapi tidak ada keluarga mereka yang akan datang. Perasaan Angelina semakin khawatir bagaimana kalau suami Dan anaknya tidak kembali.
"Mami kenapa muter-muter aja?" tanya Estel yang melihat Maminya seperti gosokan kesana-kemari.
"Enggak papa. Kamu jagain adik kamu dulu, ya," ucap Maminya.
"Mami lagi mikirin Papi ya sama Kakak yang enggak pulang juga. Emangnya mereka ke mana sih, Mi? Apa mereka—"
"Estel cukup jangan mikirin yang aneh-aneh," potong Maminya dengan cepat. Walaupun pikirannya juga berfikir ke sana tapi Angelina yakin kalau mereka masih hidup.
"Iya, Mii," jawab Estel lagi berjalan ke dalam kamar untuk menjaga adiknya lagi.
"Estel, Mami mau pergi dulu kamu jagain adek kamu ya jangan pernah kamu tinggalin," ucap Maminya. Estel lalu berbalik Dan menengok ke arah Maminya dia menghentikkan jalannya.
"Ke mana, Mi? Estel mau ikut."
"Enggak usah, Stel kamu di rumah aja. Mami nanti akan kembali lagi. Sekalian Mami cari makan untuk esok kalau Papi kamu belum pulang juga."
"Tapi, Mi. Kalau ada monster itu Estel takut."
"Jangan pernah ke luar rumah kalau, Mami enggak ada kamu tutup pintu atas itu selalu ya." Estel sebenernya tidak setuju tapi mau bagaimana lagi, perintah orang tuanya hanya bisa dia lakukan.
"Iya, Mi."
"Inget ya, Estel jangan ke luar selama Mami enggak ada Dan jangan tinggalin adik kamu juga." Estel mengangguk.
"Mami ke luar sendiri?" tanya Estel lagi.
"Iya, tidak ada siapapun sekarang. Papi Dan Kakak kamu juga belum pulang. Pokoknya Estel di rumah jaga adik jangan sampai nangis ya. Mami akan segera kembali. Kalau adik nangis Estel bisa kasih s**u yang ada di botol kalau habis kasih air minum putih aja ya." Estel mengangguk patuh.
"Mami pergi dulu."
"Hati-hati, Mi. Cepat kembali aku takut." Angelina tersenyum dia berjalan ke arah anaknya mengecup seluruh wajah anaknya. Dia akan kembali secepatnya. Semoga saja dia bisa bertemu dengan Suami Dan Anaknya.
Angelina lalu segera pergi. Estel mengamati Maminya yang naik tangga lalu ke luar dari sana. Dia ingin ikut dia takut hanya berdua dengan adiknya dia tidak mau menjadi penyebab adiknya terjadi sesuatu lagi seperti kakaknya. Estel masuk ke dalam kamar lagi. Adiknya sudah bangun ternyata. Dengan mata terbuka dan wajah yang lucu dia melihat adiknya dengan gemas.
"Kapan ya Dek kita bisa kayak dulu lagi. Kenapa sekarang dunia terasa menyeramkan," ucap Estel kepada Adiknya yang entah mengerti atau tidak.
"Kak Violine sudah pergi. Papi sama Kak Steven belum pulang juga. Sekarang, Mami yang enggak ada. Semoga aja mereka kembali dengan cepat ya, Dek," lanjut Estel. Rasa kantuk menyerang Estel membuatnya terbaring di sisi adiknya. Dia menepuk paham adiknya supaya adiknya tertidur juga. Rasa kantuk perlahan-lahan membuat matanya semakin terpejam.
.....
Di sisi lain Angelina berjalan ke sana kemari mencari makanan untuk anak-anaknya. Sembari mencari suami Dan anak pertamanya. Entah ke mana mereka tapi membuat Angelina sangat khawatir. Tidak mungkin suaminya terekam karena Angelina yakin suami Dan anaknya akan selalu saling melindungi satu sama lain.
"Harry di mana kalian. Steven ayolah kalian pasti belum mati. Mami tidak siap jika harus kehilangan kalian," ucap Angelina berjalan pelan-pelan.
Menyusuri setiap semak-semak yang tinggi. Melihat ke sana kemari agar tidak ada satupun yang membahayakanya. Dia akan kembali karena Estel Dan bayinya di rumah sendiri.
....
"Pi, kayaknya hujannya sudah reda ayo kita pulang saja. Mami pasti khawatir kalau kita tidak pulang juga," ucap Steven.
"Kalian kenapa buru-buru? Tunggu aja dulu. Atau menginaplah di sini dulu," ucap Jeromy lagi.
"Maaf, nak. Kami harus segera pulang keluarga kami pasti menunggu di rumah dengan cemas. Lain kali kami akan ke sini lagi untuk bersilaturrahmi."
"Kalian yakin?" tanya Kakek Tono gantian.
"Iya, kek. Sebelumnya makasih banyak sudah membantu saya Dan anak saya maaf kalau saya tadi sempat berfikiran buruk dengan kalian," ucap Harry tidak enak. Padahal dia sudah dibantu tapi malah mencurigai. Tapi, dia juga tidak salah apalagi di saat seperti ini banyak orang yang sulit untuk dipercaya. Tapi, mereka sepertinya orang baik.
"Kalian hati-hati ya. Jangan sampai tertangkap manusia aneh itu."
"Baik, Kek."
"Tunggu dulu, Pi. Kek aku mau tanya apa manusia aneh itu tahu kalau ada monster tersebut?" tanya Steven lagi.
"Ya mungkin mereka tahu. Tapi, mereka seakan tidak peduli entahlah Kakek juga tidak paham."
"Aku malah berfikiran seperti ini. Kita ke tempat kubu manusia aneh itu. Lalu kita alihkan perhatian mereka, setelah itu kita berteriak keras agar mereka menjadi mangsanya, gimana?" tanya Steven lagi. Steven berfikir demikian karena berharap tidak menambah banyak kejadian lagi yang semakin membahayakan. Monster itu belum tahu cara membunuhnya. Tapi, dia ingat kala manusia aneh yang sebelum pingsan dia lihat tercabik-cabik oleh monster mengerikan itu.
"Ide kamu Bagus, Stev. Tapi, apa tidak berbahaya. Kalau kita malah mencari masalah. Iya, kalau semunya habis di makan monster kalau ada yang tersisa Dan manusia aneh itu malah memburu kita bagimana?" tanya Jeromy lagi.
"Hem ... Bener juga ya. Yaudah kita fikirkan nanti lagi saja. Nanti hari semakin malam ayo, Pi kita pulang. Aku takut terjadi sesuatu dengan mereka atau mereka khawatir menunggu kita pulang."
"Iya, lebih baik kami pulang dulu ya. Ada istri dan anak-anak saya yang menunggu saya di rumah," ucap Harry lagi. Harry dan anaknya bangkit dari duduk. Dia berjalan ke arah pintu ditemani Tono Dan juga Jeromy menuju ke depan.
"Kalian sesekali boleh kok ke rumah kita gantian," ucap Steven.
"Iya nanti aku ke tempat mu ya. Aku ingin melihat keadaan rumah kalian," jawab Jeromy.
"Iya."
"Kek, Jeromy saya dan Steven pamit pulang dulu. Terimakasih atas tumpangan Dan tempat tinggalnya. Makasih juga sudah membantu kita," ucap Harry Pamit.
"Sama-sama kalian hati-hati ya selama perjalanan."
"Iya, Kek,"jawab mereka berdua bersamaan. Setelah itu Harry dan Steven berjalan pulang. Seperti biasa mereka pulang tanpa alas kaki, dengan keadaan menyeker entah rasa kaki mereka sudah sekasar apa semenjak monster itu muncul Dan jarang atau hampir tidak pernah menggunakan sendal.
"Papi, tahu arah jalan kita pulang?" tanya Steven.
"Enggak yakin juga sih, Papi. Tapi, yaudahlah kita ikutin aja dulu jalannya," ucap Harry dia juga tidak tahu arah jalan pulang. Tapi, dia hanya mengikuti jalan saja. Semoga saja mereka bisa sampai rumah. Harry berjalan dengan menggandeng Steven takut kalau terjadi sesuatu mereka tidak saling berdekatan. Makanya dia sekarang saling menjaga satu sama lain
.....
Angelina berjalan dia menemukan seseorang juga berjalan sendiri. Lebih baik dia menghampirinya siapa tahu memang orang itu tahu keberadaan suaminya.
"Hey...." ucap Angelina kepada orang itu. Orang itu berhenti berjalan tapi hanya memandang Angelina dengan tatapan yang sangat tajam. Tapi, hanya diam saja.
"Maaf mengganggu kalian tahu tidak ada seorang laki-laki dewasa bersama seorang anak laki-laki tinggi mereka tidak terlalu jauh," ucap Angelina. Orang itu masih terdiam. Tapi, sedetik.kemudian dia mengangguk. Angelina kira anggukan itu tanda mereka mengetahui keberadaan suami Dan anaknya. Padahal, sama sekali tidak. Angelina salah bertemu dengan orang. Dia harus bertemu dengan manusia aneh itu, salahnya lagi Angelina berjalan mengikuti manusia itu.
"Di mana masih jauh?" tanya Angelina lagi. Manusia itu hanya mengangguk. Tapi, Angelina jadi merasakan perasaan tidak enak. Saat mereka berjalan berdua bertemu dengan orang lain lagi. Angelina nyaris muntah saat mencium bau anyir darah.
Matanya membulat kala melihat di tangan orang itu adalah sebuah kepala manusia dengan rambut panjang. Sepertinya kepala wanita. Lalu, tangan dan kaki yang dipegang oleh lainnya.
"Kalian siapa sebenarnya kenapa kalian membawa kepala manusia?" tanya Angelina lagi. Tapi, tidak ada jawaban. Angelina memilih untuk pergi dari sana.
Langkahnya dihentikan dengan orang yang tadi mencegahnya, "Minggir saya mau pergi." Kedua orang itu tidak menjawab lantas menarik kedua tangan Angelina membuat Angelina terseret ke belakang. Jangan bilang mereka ini adalah manusia aneh yang memakan daging manusia seperti yang dikatakan anaknya Steven.
"Lepas," ucap Angelina tanpa sadar bersuara agak keras. Sedetik kemudian dia mendengar ada suara mirip monster yang biasanya. Dia tetap meronta melepaskan diri.
"Lepas kalian mau bawa saya ke mana." Pertanyaan Angelina tidak dijawab oleh manusia aneh itu. Karena memang manusia aneh itu tidak akan mengeluarkan suara. Atau memang belum entahlah.
Angelina dijatuhkan oleh dua orang manusia yang tadi menyeretnya. Angelina hendak langsung bangkit tapi didorong lagi oleh kedua makhluk hidup. Perasaan takut campur aduk rasanya dia seperti hendak mati sekarang. Tidak, Angelina tidak boleh mati. Estel Dan Eveline masih menunggunya di rumah.
"Lepasin...." Di dorong lagi Angeline ke tanah. Dadanya terasa sakit tapi Angelina terus meronta agar dia bisa lari. Manusia-manusia itu mengeluarkan pisaunya, mengasah pisaunya sejenak. Kemudian dua orang lainnya menggenggam tangan Angelina.
"Jangan jangan bunuh aku. Aku tidak mungkin meninggalkan anakku di rumah. Kalian jangan bunuh aku biarkan aku bebas," ucap Angelina lagi. Tapi, orang itu seakan tidak menggubrisnya. Saat salah satu dari mereka sudah dekat dengan Angelina. Angelina melihat kesempatan, dia menendang selakangan laki-laki itu, membuat mereka meringis tapi tetap saja tidak mengeluarkan suara. Manusia aneh lainnya menampar Pipi Angelina.
"Lepasin saya mohon," ucap Angelina dengan pelan. Manusia aneh itu tetap menyiksa Angelina sampai sudut bibir Angelina berdarah. Angelina ingin melawan tapi tenaganya tidak sebanding dengan empat manusia yang ada sekarang. Terlebih Angelina ingin teriak tapi takut monster itu datang. Dia bingung harus bagaimana sekarang. Tidak mungkin dia mati dengan sia-sia di sini. Semoga ada seseorang yang membantunya.
...
Steven dan Harry sudah bertemu dengan sungai dengan air terjun yang deras. Ini sungai yang biasanya mereka ambil ikan.
"Kayaknya kita sudah benar, Pi. Ayo kita pulang dengan segera."
"Iya, Stev. Tapi, kita ambil beberapa ikan saja dulu, untuk di rumah takutnya Mami kamu tidak mungkin ke luar selama Papi tidak ada bahan makanan mungkin juga sudah habis. Lebih baik, kita cari dulu makanan."
"Iya bener, Pi."
"Yaudah, Papi ambil ikan kamu cari beberapa sayuran yang bisa di makan ataupun umbi-umbian."
"Baik, Pi," jawab Steven. Harry turun ke sungai itu sedangkan Steven mencari makanan lain untuk mereka.
Steven menyusuri rumput-rumput ilalang yang tinggi. Mendapat ada sebuah cherry dia ambil saja. Semua yang bisa di makan Steven ambil.
Hingga semakin lumayan jauh dari Papinya dia mendengar sebuah suara. Dia menajamkan pendengarannya lalu mengikuti arah suara itu.
Sampai suara itu kian dekat, Steven membuka rumput ilalang itu. Betapa kagetnya dia saat melihat Maminya sedang dihabisi oleh manusia aneh itu. Steven menjatuhkan semua makanan yang dia bawa. Tanpa pikir panjang dia menghampiri Maminya.
"Mami...."
....
Angelina sudah pasrah saat mereka terus menghabisi Angelina. Tubuhnya sudah lemas dia tidak tahu harus membalas dengan cara apa lagi. Terlalu lemas untuk membalas tangannya sudah sangat sakit untuk digerakkan. Hingga pandangannya perlahan-lahan pun buram.
"Mami...." Seketika mendengar suara anaknya dia langsung membuka matanya lagi.
"Stev...." Steven berlari ke Maminya.
"Steven kamu pergi aja."
"Enggak, Mami aku enggak bakal ninggalin, Mami." Seakan manusia aneh itu malah terlihat senang mendapat dua mangsa sekaligus.
"Kamu pergi aja, Steven adikmu di rumah sendiri kamu harus selamatkan mereka saja."
"Tidak, Mi kita akan pulang bersama." Steven mengambil kayu untuk melawan mereka. Kekuatan Angelina perlahan-lahan pulih. Dia harus membantu anaknya agar mereka bisa pulang selamat. Sebenarnya dia bingung di mana suaminya. Tapi, dia pikirkan nanti saja. Dia akan menghabisi manusia aneh tersebut.
"Stev kamu hati-hati," ucap Angelina kepada anaknya yang terdorong hingga terjatuh.
"Iya, Mi." Tapi Steven tidak menyerah dia lanjut.menyerang orang tersebut. Steven tidak sengaja menginjak sesuatu. Alangkah terkejutnya dia saat menginjak kepala manusia. Dia ingin teriak tapi Angelina dengan sigap menutup mulut Steven. Kalau mereka teriak bukan hanya mati Fi tangan manusia aneh pasti mereka akan mati oleh monster yang lebih menyeramkan itu.
"Stev lupakan apa yang barusan kamu lihat ayo kita habisi mereka. Kamu fokus!" ucap Maminya menggeretak.
"Iya, Mi," jawab Steven berusaha melupakan apa yang dia lihat barusan. Walaupun difikirannya terbayang itu. Tidak dia tidak boleh lengah.
.....
Harry sudah menangkap beberapa ikan cukup untuk mereka makan. Dia naik lagi ke sungai untuk mencari anaknya. Kenapa anaknya tidak ada suaranya ke mana dia.
"Steven kamu di mana?" panggil Harry. Suara air terjun sangat deras jadi dia bisa teriak memanggil anaknya, karena tidak akan terdengar.
"Stev kamu di mana?" panggil Harry lagi. Harry jadi panik saat anaknya tidak ada. Dengan membawa ikannya itu dia.langsung mencari keberadaan anaknya.
Harry mendapat petunjuk burung-burung itu terbang dari arah barat. Atau mungkin terjadi sesuatu di sana. Harry langsung berjalan ke sana dengan segera. Dia takut terjadi sesuatu dengan anaknya. Apalagi sudah lumayan lama.
....
Tbc ... Jangan lupa untuk selalu tinggalkan Jejak kalian berupa vote and commennya ya...