10-Tired

1219 Kata
Happy reading :) Setelah memastikan Annelise memakan sarapannya, Bisma segera membuat janji dengan seseorang untuk bertemu. Bisma mengatakan pada Annelise akan membeli beberapa vitamin untuk Annelise agar kesehatannya tak terganggu karena menangis dan bersedih tanpa henti 2 hari ini. Dan disinilah Bisma sekarang. Di sebuah cafe' elite di dekat apartemen Annelise. Seorang pria berpakaian santai menghampiri meja Bisma dan segera duduk di hadapannya "maaf membuat anda menunggu, Pak" "its okay. jadi bagaimana ? kau sudah menemukan apa yang membuat Annelise begitu marah padaku, Jason ?" tanya Bisma langsung ke intinya. Ia tak suka berbasa-basi karena itu hanya buang waktu. Pria bernama Jason itu menatap Bisma dengan serius "saya tidak tahu pasti apa yang terjadi Pak. Tapi saya ingat terakhir kali saya melihat nona Annelise sedikit aneh saat pulang dari pesta itu" "pesta ? pesta apa ?" "pesta mantan pacar temannya" "oh... Vanya. aneh bagaimana maksudmu ?" "dia terlihat marah setelah keluar dari gedung hotel pesta itu di adakan, Pak" jelas Jason. Bisma mengangguk "apa dia bertengkar dengan seseorang disana ? apa terjadi keributan atau semacamnya dengan Vanya dan mantan pacarnya ?" "saya kurang tahu Pak, karena saya tidak punya akses masuk saat itu" "hm, baiklah. Tetap cari tahu-... Jason" "ya Pak ?" "dimana pesta itu di adakan ?" Jason mengernyit, ia segera membuka ponselnya untuk melihat catatannya mengenai semua kegiatan Annelise "Rabu, 20 agustus 2017 di The Hammerstain Ballroom. Nona Annelise tiba pukul 07.15 dan keluar dari hotel itu pukul 08.05 dengan baju yang sama juga tas masih sama. Nona Annelise juga bersama Vanya- Pak !" Jason terkejut ketika Bisma tiba-tiba berdiri dengan kasar dan langsung pergi dari cafe itu. * * * Bisma memasuki sebuah rumah mewah yang sangat jarang ia datangi. Tanpa permisi, pria itu langsung menyusuri rumah itu untuk menemukan seseorang. "Angel !!" teriak Bisma dari lantai bawah. Tak mendapat sahutan, Bisma kemudian berlari menaiki anak tangga menuju kamar gadis yang ia cari. "Angelica !!" Bisma menggedor pintu kamar adik sepupunya. Masih tak ada respon. Bisma membuka pintu kamar Angel begitu saja karena Bisma hapal sekali Angel tak pernah mengunci pintu kamar dimanapun dia tidur. Di rumahnya sekalipun. Bisma berkacak pinggang melihat adik kesayangannya itu masih meringkuk di balik selimut. Bisma ikut naik ke atas ranjang lalu menyibak kasar selimutnya "Angel bangun !" "heishhh kak Bisma kenapa pagi-pagi sekali sudah ada disini !?" kesal Angel tetap memeluk gulingnya dan menghindar dari Bisma. Bisma menarik-narik Angel agar segera bangun "ini masalah hidup dan matiku Angel ! bangun sekarang dan ikut aku !" Ponsel Bisma berdering, membuat Bisma menghentikan aksinya dan merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Annelise. "ha-yakk !!" Bisma terkejut ketika tiba-tiba Angel merebut ponselnya. "oh hallo Annelise, kamu tunangan kak Bisma ?" Angel terus menghindar dari Bisma yang mencoba mengambil kembali ponselnya. "Angel ! kembalikan sekarang atau kau akan sangat menyesal !?" "kak Bisma, sakit ! jangan menindihku !" "kembalikan ponselku !" "oke oke, tapi turun dari ranjangku sekarang ! kak Bisma sangat mengganggu !" Bisma kemudian turun dari ranjang dan mengulurkan tangannya untuk meminta ponselnya. Angel menyerahkan ponsel Bisma dengan kesal. Bisma melihat ponselnya dan panggilan dari Annelise sudah berakhir. "b******k !!" Bisma mengumpat jengkel dan mencoba kembali menghubungi Annelise. Tak di angkat "sialan kau Angel. Annelise pasti salah paham lagi !!" "kak Bisma kenapa sih datang-datang marah sama Angel. aku kan gak tahu apa-apa" "ganti baju. kamu ikut aku sekarang" "kemana ?" "cepat Angel ! jangan membuatku sampai habis kesabaran !" "iya iya. aku mandi seb- "tidak perlu. 5 menit, ku tunggu di mobil" Bisma keluar dari kamar Angel dengan membanting pintu. * * * Annelise yang bosan hanya berdiam diri di apartemen setelah di tinggal Bisma yang akan membelikannya vitamin pun ingin pergi jalan-jalan sebentar. Sudah 1 jam Bisma belum kembali juga. Padahal Annelise yakin Bisma tak pergi jauh dari apartemennya karena di sekitar sini apotek sangat mudah di jumpai. Hari ini ia membolos kuliah lagi. Mungkin besok Annelise akan mulai masuk. Annelise menghubungi nomor Bisma untuk meminta izin agar nanti Bisma tak bingung ketika tak menemukannya di apartemen walau Annelise tahu ia selalu di awasi oleh orang-orang Bisma yang ntah siapa itu. "ha-yakk !!" Annelise tersentak ketika mendengar suara Bisma yang membentak dari seberang sana. "Bisma" panggil Annelise pelan. Suara ribut juga terdengar. "oh hallo Annelise, kamu tunangan kak Bisma ?" Annelise terkejut ketika mendengar suara perempuan di seberang sana "ya, kau siapa ? kenapa- "Angel ! kembalikan sekarang atau kau akan sangat menyesal !?" Suara Bisma terdengar marah dari seberang. "kak Bisma, sakit ! Jangan menindihku !" Annelise masih mendengarkan mereka. Suara kasak-kusuk di seberang sana juga terdengar sangat jelas. Annelise memejamkan matanya. Mencoba meredam perasaan ngilu yang tiba-tiba merambat ke ulu hatinya. "kembalikan ponselku !" "oke oke, tapi turun dari ranjangku sekarang ! kak Bisma sangat mengganggu !" "ran-jang ?" gumam Annelise. Annelise melihat layar ponselnya sebentar lalu mematikan sambungan telephone. Annelise merebahkan tubuhnya. Kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri. Suara ponsel yang berdering tak Annelise anggap ada karena tahu sekali siapa yang sedang menghubunginya. "aku bodoh sekali ya" ia bergumam pelan. Ponselnya tak berhenti berdering. Annelise meraihnya. Menerima panggilan dari Bisma kemudian bangkit menuju lemari "hallo" "baby, please stay still. i'll come to you as fast as i can" "hm" sahut Annelise malas dengan memakai jaketnya. "Annelise" "aku mendengarmu" "aku akan menjelaskan semuanya" "lain kali saja. aku harus keluar sekarang" "tidak Annelise, jangan salah paham" "aku tidak sedang salah paham. Jangan khawatir" "kamu salah paham baby, tetap disana dan aku akan menjelaskannya" "apapun yang akan kau jelaskan, aku akan percaya dan kita akan tetap menikah. jangan khawatir dengan nama baikmu" "persetan dengan nama baik !! kau tak mengerti maksudku huh !?" "hm" hanya itu jawaban Annelise. Ia menjepit ponselnya dengan bahu agar menempel dengan telinganya sembari memakai sepatu. "Annelise, dia Angel-" "aku tahu. kau menyebut namanya tadi" jawab Annelise kalem. "jangan memotong !" ucap Bisma tajam. Annelise hanya diam. Malas berdebat lagi dengan Bisma. "Angel adalah adikku. kita tidak ada hubungan macam-macam. Aku datang ke rumahnya karena aku yakin kemarin kamu marah melihat aku bersama Angel di pesta itu kan ? aku akan mengajak Angel bertemu denganmu agar menjelaskan semuanya padamu" "ya dia adikmu. aku percaya" ucap Annelise mencoba santai. "sudah ?" "tidak tidak baby. kau belum percaya padaku aku tahu itu. Aku serius. Aku tidak mempermainkanmu Annelise. aku bersumpah" Tak ada sahutan karena Annelise sudah keluar dari apartemennya dengan sengaja meninggalkan ponselnya yang masih terhubung dengan Bisma. "Annelise, baby. kamu masih disana ? sial !!" * * * Annelise memejamkan matanya. Ia tak peduli kemana bus ini akan membawanya. Annelise hanya ingin sedikit tenang sebelum kembali bertemu dengan Bisma dan membahas hal-hal memuakkan. Annelise sangat jarang pergi dengan bus karena Bisma sangat melarangnya. Jika saja Annelise dulu tak memberikan negosiasi, mungkin sekarang ia akan terus pergi dengan di antar sopir yang Bisma sediakan untuknya. Annelise bahkan sekarang tak bisa membedakan dirinya sebuah boneka atau seorang balita di mata Bisma. Annelise tahu sejauh apapun ia pergi, Bisma akan bisa menemukannya. Saat ini pun Annelise yakin orang suruhan Bisma sedang mengikutinya. Ntah dari deretan mobil atau motor di belakang bus ini atau mungkin juga salah satu penumpang bus ini. Annelise tak peduli lagi akan hal itu. Ia hanya sedang butuh menenangkan pikirannya. Annelise tak main-main dengan ucapannya tadi. Bagaimanapun Bisma akan memperlakukannya, Annelise akan tetap menikah dengan Bisma. Mungkin cinta adalah alasan bodoh tapi itulah Annelise sekarang. Wanita bodoh yang termakan cinta meski ia ragu bisa bahagia dengan cinta itu. Alasan kedua yang tak bisa di ganggu gugat adalah, Annelise tak punya pilihan. Mau tak mau, suka tak suka pada akhirnya Annelise akan tetap menikah dengan Bisma. Bisma akan melakukan segala cara untuk membuatnya mengatakan ya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN