07-He is Crazy

1382 Kata
Happy reading :) Bisma yang sudah sangat emosi menarik Annelise keluar dari lift dan menyeret gadis itu ke apartemennya sendiri. Bisma membuka pintu dengan password yang sangat ia hapal kemudian kembali menarik Annelise masuk. Tak mengindahkan permintaan gadis itu yang ingin di lepaskan, Bisma segera menghempas tubuh Annelise ke atas ranjang. Saat Annelise akan bangkit dan menghindar, Bisma segera mendorong bahunya sampai Bisma menindihnya "tarik lagi ucapanmu yang ingin pernikahan kita di batalkan atau kau akan sangat menyesal Annelise" ucap Bisma penuh penekanan. Tatapannya benar-benar menggelap di selimuti amarah. Annelise memalingkan wajahnya, muak menatap pria itu. "jawab aku !!" bentak Bisma hingga Annelise tersentak, tapi itu sama sekali tak meruntuhkan pertahanan Annelise. Annelise tetap diam dengan wajah berpaling. "Annelise" Bisma meraih dagu gadis itu agar menatapnya "kau tak ingin menikah denganku, benar ?" "aku-sangat-tidak-ingin-menikah-dengan-pria-b******k-sepertimu" Annelise menekan ucapannya tak kalah marah. Bisma menyeringai "baiklah, kau akan menyesal karena tahu bagaimana Bisma Karisma yang b******k sebenarnya" Bisma mencium paksa bibir Annelise yang terus meronta dari cengkraman Bisma. Kedua tangan Annelise yang sedari tadi mencoba mendorong tubuhnya kini tak bisa berbuat apa-apa lagi setelah Bisma menariknya ke atas dan menahan pergelangannya dengan satu tangan. Sedangkan satu lagi masih menguasai rahang Annelise agar tak bisa menolak ciumannya. "bastard" umpatan Annelise terdengar di sela ciuman Bisma. Bisma beralih ke leher Annelise. "lepaskan aku b******k !!" Annelise tetap bergerak sebisanya. Air matanya mengalir saat ia merasa sedang di lecehkan. Bisma tersenyum sinis menatap Annelise dan mengusap air mata gadis itu. Annelise langsung menghindarkan wajahnya dari tangan Bisma yang menyentuh pipinya. Bisma tertawa sinis melihat raut benci sekaligus takut Annelise "kau masih ingin aku melakukannya ?" "lepaskan !!" bentak Annelise. "katakan kau mau menikah denganku sayang" "tidak akan !!" Bisma membuka satu kancing blouse yang Annelise kenakan "masih tidak ingin ?" tanya Bisma menyeringai. Annelise menangis menatap Bisma yang terlihat b***t di matanya saat ini. Bukan Bisma tunangannya yang selalu menatapnya dengan cinta. Tak mendapat jawaban, Bisma membuka kancing kedua blouse Annelise. "please. let me- "i just wanna marry you baby" ucap Bisma dengan tatapan yang berubah sendu karena Annelise terus memohon padanya untuk di lepaskan dan tak ingin menikah dengan Bisma. "Bisma, please- "please marry me baby" Bisma kembali memotong. Bisma mengusap pipi Annelise dengan sayang "aku tidak ingin melakukan ini, jadi tolong jangan buatku harus melakukan ini sayang" Bisma mengecup kening Annelise. Tak terlihat lagi amarahnya tergantikan tatapan memohon bercampur luka. "will you marry me ?" tanya Bisma lagi. Annelise menatap Bisma dan hanya diam. Ia tampak goyah dengan tatapan sendu tunangannya. Bisma melepaskan tangan Annelise yang di tahan di atas kepala gadis itu lantas mengusap pipinya dengan sayang "will you ?" tanya Bisma semakin lembut. Annelise bingung. "Annelise" Akhirnya Annelise memilih mengangguk pelan. Bisma tersenyum dan mengecup kening Annelise lebih lama "aku mencintaimu" "minggir" ucap Annelise begitu dingin dan mendorong Bisma agar menyingkir. Bisma mengalah dan bangkit dari atas Annelise. "kau bisa pergi sekarang" Bisma memeluk Annelise yang terduduk di ranjang "kau tahu aku mengawasimu 24 jam. jadi jangan melakukan sesuatu yang tidak kusukai sayang" ucapan Bisma di akhiri dengan kecupan hangat di kepalanya "aku pergi" pamit Bisma dan mengusap kepala Annelise sebelum keluar dari kamar gadis itu. Sampai suara pintu apartemennya yang tertutup, baru terdengar isak tangis Annelise.  Menurutnya penghianatan adalah hal tak termaafkan dalam sebuah hubungan. Jika Bisma begitu menginginkannya kenapa dia malah bersama wanita lain juga ? Tapi jika Bisma tidak mencintainya, Annelise yakin kini kehormatannya sudah tak bisa di jaga lagi. Annelise bingung. Bisma menghianatinya juga menjaganya. "jahat !" gumam Annelise sembari menggigit bantalnya gemas. * * * Bisma tak bisa berkonsentrasi saat bekerja hari ini karena pertengkarannya dengan Annelise tadi. Bisma takut Annelise melakukan sesuatu di luar dugaan yang membahayakan nyawanya. Bagaimanapun Annelise juga wanita normal yang bisa frustasi dan bertindak bodoh. Dan Bisma tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada wanita tercintanya. Layar laptopnya menampilkan keadaan tenang di depan apartemen Annelise yang tersambung dengan cctv yang Bisma pasang di depan apartemen Annelise. Cctv itu terpasang tepat di atas pintu apartemen depan apartemen Annelise. Annelise juga tak pernah tahu jika satu keluarga apartemen depan apartemennya adalah orang-orang yang selama ini mengawasinya. Seorang Ayah, Ibu dan anak laki-laki. Mereka semua bekerja untuk Bisma. "kamu sedang apa baby ?" tanya Bisma menyentuh gambar pintu apartemen Annelise "kau baik-baik saja kan ?" Bisma kemudian meraih ponselnya karena sudah tak tahan untuk tidak menghubungi Annelise. Bisma yakin telephonenya juga tak akan di angkat. Benar, suara bib berkali-kali hingga suara seorang operator membuat Bisma mendesah kecewa. "oh sialan ! aku tak bisa hanya berdiam diri seperti ini" Bisma menyambar kunci mobilnya dan segera meninggalkan semua kesibukannya di kantor untuk memastikan keadaan tunangannya. * * * Bisma masuk ke apartemen Annelise dan mencari keberadaannya. Bisma segera masuk ke kamar Annelise yang tak pernah di kunci karena Annelise tinggal sendiri. Lagipula hanya Bisma dan Ibunya yang tahu password apartemennya. Annelise yang tadi sedang melamun di sofa kamarnya tersentak kaget ketika pintu kamarnya tiba-tiba di buka dengan kasar. Tentu saja Annelise tadi tak mendengar saat Bisma masuk ke apartemennya karena ia sibuk melamun. Bisma mendesah lega melihat fisik Annelise baik-baik saja. Tapi tidak dengan perasaannya. Hal itu tergambar jelas dari aliran sungai kecil di kedua pipi Annelise.  Annelise memalingkan wajahnya dari Bisma yang berjalan pelan mendekatinya. Annelise duduk dengan memeluk lututnya yang ikut naik ke sofa sedangkan Bisma berdiri di sebelahnya karena Annelise berpaling. "kenapa kau terus menangis baby ? apa sebenarnya yang membuatmu sebegitu marah padaku ? aku benar-benar tak mengerti" Bisma bertanya dengan lembut sembari menyisir rambut Annelise dengan jemari panjangnya. Annelise memilih diam. Ia berpikir Bisma hanya sedang pura-pura bodoh dengan mempertanyakan masalah mereka. "Annelise, kau tak bisa terus mendiamiku seperti ini. Bahkan aku yakin kau tak punya alasan kuat untuk marah padaku. Katakan saja padaku kenapa kau ingin kita membatalkan pernikahan" "diamlah" ucap Annelise begitu dingin dan tajam. Tak peduli jika amarah Bisma akan terpancing lagi karena ini. Bisma menghela napasnya, meraih bahu Annelise dan membawa tubuh itu ke dekapannya "aku sungguh minta maaf jika melakukan sesuatu yang membuatmu marah, tapi- Annelise menarik diri. Tak ingin Bisma terus memeluknya seperti itu "pergilah. aku tak ingin melihat wajahmu saat ini" "aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Aku khawatir sejak tadi. Aku takut kau melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kau lakukan sayang" Annelise mendongak, menatap manik sendu milik Bisma "hidupku terlalu berharga hanya untuk pria sepertimu. Aku tidak akan melakukan tindakan sebodoh itu hanya karenamu. Aku masih punya otak untuk berpikir. pergilah. Sungguh aku muak jika terus melihat wajahmu dan mendengar suaramu" Annelise tahu perkataannya begitu kejam, tapi rasa sakit hatinya lebih mendominasi sekarang. Bisma mendesah berat "kau terus-terusan bersikap seolah aku sangat bersalah disini Annelise ! Bahkan aku tak tahu aku sudah melakukan apa padamu ! Terakhir komunikasi kita baik-baik saja saat kau minta izin ingin datang ke pesta apalah itu dengan Vanya. Lalu paginya kau mengumpatiku dan terus menangis ! mengatakan hal-hal konyol yang ntah benar atau tidak !! kau pikir kau siapa bisa melakukan ini padaku Annelise !!?" bentak Bisma hilang kesabaran. Annelise menenggelamkan wajahnya di antara lutut dan mulai terisak lagi "kau b******k Bisma" gumamnya di sela isakannya. Reflek Bisma meraih vas bunga di nakas sebelah sofa lalu melemparkannya begitu saja ke dinding hingga terdengar bunyi mengerikan disana "kau gila !? kau terus mengatakan aku b******k tanpa menjelaskan apa yang sudah ku lakukan padamu !! Apa yang ada di kepalamu Annelise !? kau tidak punya otak atau bagaimana !? kau terus mengumpatiku b******k tanpa alasan, kau tahu !?" Annelise semakin terisak di atas lututnya. Ini kemarahan terhebat yang pernah Bisma lakukan padanya. "b******k !! kau terus memancingku Annelise !!" "pergi !!" jerit Annelise akhirnya "aku tidak akan menikah denganmu !!" Bisma mengepalkan tangannya mendengar kalimat sialan itu kembali meluncur dari mulut Annelise. Ia tak habis pikir dengan ulah tunangannya ini. Bisma meraih lengan Annelise dengan kasar dan langsung menindihnya di atas sofa. Annelise meronta sebisanya. Menolak semua yang Bisma lakukan padanya. "katakan lagi dan aku takkan segan-segan membuatmu tak punya pilihan !" Bukankah Annelise memang tak di biarkan punya pilihan saat ini ? Annelise menatap Bisma sinis. Kedua tangannya yang ditahan Bisma mengepal kuat "kau memang terlahir b******k ! aku menyesal telah mengenalmu !" "kau tak ingin menarik ucapanmu Annelise sayang ?" "kau memang b******k Bisma Karisma" plakk Bisma menampar pipi mulus Annelise dengan keras hingga kini warna merah menyala tercetak jelas disana. Annelise tak ingin lagi menatap pria ini, ia hanya terisak pelan dengan wajah yang masih berpaling karena tamparan Bisma tadi. Annelise tersentak ketika kaosnya terdengar di robek. Bisma benar-benar sudah gila jika tega melakukan ini padanya. Thanks dukungannya guys
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN