Chapter 7: Hari Pertama Kerja

1191 Kata
Ini adalah hari pertama Yuri bekerja. Dia duduk bersama-sama tiga orang lainnya di dalam satu ruang rapat. Chan datang paling terakhir dan ikut bergabung. Bagian rekrutmen segera memproses kartu karyawan sekaligus sebagai kartu akses ruangan, lalu membagikan laptop. Mereka mengikuti sesi pengenalan perusahaan. Setelah mereka ditunjukkan tempat kerja masing-masing, seluruh orang baru dibawa keliling untuk mengetahui area kantor sambil diperkenalkan kepada karyawan lainnya.   Yuri melirik Chan sekilas. Pria itu melirik balik padanya sambil tersenyum menggoda. Setelah seluruh rangkaian acara selesai, Yuri kembali ke tempat kerjanya. Bagian internal audit memiliki area yang tertutup dan terkunci. Ada password yang perlu dimasukkan ke mesin pengunci di depan pintu.   “Yuri, ini jadwal investigasi lapangan untuk audit operasional. Nanti kamu bisa bekerjasama dengan Chris untuk proses auditnya. Jadwalnya sudah ada. Kalian bisa mulai dari mengecek area gudang,” kata Hans, Internal Audit Department Head.   “Apakah saya bisa mengakses dokumentasi audit dari tahun-tahun sebelumnya? Saya ingin mempelajarinya terlebih dahulu,” kata Yuri.   “Oke, kamu bisa akses filenya di sharing folder internal audit. Nanti Chris akan membukakan akses data untuk kamu,” jawab Hans.   “Terima kasih. Apabila saya menemukan sesuatu apa yang perlu saya lakukan?” tanya Yuri.   “Ada format laporan yang bisa kamu isi jika ada temuan lapangan. Untuk teknik audit dan tata cara melakukan tindak lanjut, kamu bisa baca di buku panduan yang sudah saya email barusan. Jika ada pertanyaan lain, kamu bisa tanya saya atau Chris,” kata Hans.   “Baik, Pak. Terima kasih. Akan saya pelajari terlebih dahulu,” kata Yuri bersikap sopan.   Chris segera menghampiri Yuri dan memberikan dokumen yang diperlukan. Dia pendiam dan hanya bicara seperlunya.   “Yuri, sebaiknya kamu pelajari dengan cepat semua dokumen ini. Akses ke sharing folder sudah kubukakan. Passwordnya ada di emailmu. Susun daftar pertanyaanmu, jadi kalau bertanya bisa langsung sekaligus. Aku tidak suka diganggu bila sedang kerja,” kata Chris menjelaskan dengan efisien.   “Baik, “Pak Chris. Saya mengerti. Terima kasih atas bantuannya,” kata Yuri.   “Panggil Chris saja. Aku sedang ada deadline, jadi mungkin aku tidak bisa mendampingimu terus-terusan. Pelajari dulu saja dokumen itu. Mungkin besok atau lusa, jika deadline projectku sudah selesai, kita bisa punya waktu untuk bahas project kita bersama,” kata Chris berusaha tersenyum.   “Terima kasih, Chris. Jika ada yang bisa kubantu katakana saja. Aku juga tidak ingin merepotkan,” jawab Yuri dengan hormat.   “Siap-siap bekerja keras dan begadang. Jaga kesehatan. Atasan kita sangat penuntut, dan kita harus bisa menyelesaikan pekerjaan yang diminta tanpa bisa berkata tidak. Kutinggal dulu,” kata Chris.   Yuri mulai membaca dokumen panduan dan mempelajari proses kerja sebagai internal auditor. Dengan segera dia mendapatkan akses untuk membuka file-file lama hasil temuan audit yang sebelumnya. Yuri berharap dapat segera menemukan temuan audit yang dimaksud Rosalia tanpa menimbulkan kecurigaan.   Di bagian IT, Chan dengan segera diperkenalkan dengan Tim IT. Dia duduk di satu area bersama tim IT Security lainnya. Meja kerja Chan hanya diberi sekat pendek dengan rekan kerjanya. Hal ini mempermudah dirinya untuk mengetahui kemampuan dari rekan-rekannya.   Area Supporting Function berada di lantai yang sama, termasuk bagian IT dan Internal Audit. Yuri dan Chan berada di lantai yang sama dan area yang berdekatan. Tidak jauh dari mereka ada area umum untuk karyawan duduk santai membuat kopi atau makan siang bersama.   Eric Setiawan, Head of IT Security System, atasan langsung Chan, menempati kubikal individual yang lebih nyaman. Belakang kursinya adalah dinding, sehingga otomatis layar laptopnya menghadap dinding. Jadi agak sulit bagi Chan jika ingin mengintip login dan password milik Eric.   Data dan sistem penting dalam perusahaan ini dilindungi di dalam jaringan internal perusahaan. Untuk bisa mengaksesnya, karyawan harus melakukannya di kantor dengan menggunakan jaringan yang disediakan kantor. Untuk bisa mengaksesnya dari luar, Chan perlu mendapatkan akses login dan password yang dimiliki oleh Eric.   Ada dua cara untuk mengetahui akses login dan password Eric. Cara pertama, mengintip ketika Eric memasukkan password. Yang kedua, melakukan brute force attack hingga mendapatkan password Eric secara paksa.   Chan memutuskan untuk mengetahui Eric secara personal terlebih dahulu. Dia tidak boleh bergerak terlalu gegabah.   “Hai, Chan. Aku ingin menjelaskan proses kerja kita. Karena kita berada di area IT security, tentu kita mendapatkan akses keamanan lebih dari pihak lain. Namun kamu tentu tahu bahwa kita harus mampu menjaga rahasia terhadap pihak lain, meskipun itu teman kita sendiri. Paham?”   “Ya, Saya faham Pak.”   “Saya tahu kamu lulusan luar negeri. Jadi, saya cukup berharap banyak padamu,” kata Eric.   “Terima kasih, Pak. Saya berusaha untuk bisa dijadikan karyawan tetap di sini. Mohon bimbingannya selama tiga bulan masa percobaan saya,” jawab Chan sopan.   “Kemampuanmu sangat impresif dari catatan edukasi maupun hasil job test. Semoga kamu betah dan bisa mengikuti ritme kerja di sini. Sekarang kita mulai sesi pengarahan teknis untukmu,” kata Eric.   Chan mengangguk.   Eric mengubah sudut laptopnya dan mengetikkan password di sana. Dia tidak memberi celah bagi Chan untuk mengintip password yang diketik di laptopnya.   Chan berusaha mengintip namun Eric mengerling dan menatap tajam ke arahnya. Chan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menurunkan kecurigaan Eric. Terlalu cepat untuk mencari musuh di hari pertama.   Setelah mendapatkan pengarahan dari Eric, Chan kembali ke tempat duduknya. Di sebelahnya, Socrates, sesama IT Security System Officer, sudah menunggunya. Dia diminta Eric untuk membantu Chan sebagai buddy coach selama masa percobaan.   “Sudah diberi tugas?” tanya Socrates berbasa basi.   “Ya, sudah. Masih tahap awal untuk pengenalan dan adaptasi sistem kerja,” jawab Chan.   “Eric menuntut kita kerja mandiri dan bekerja dengan cepat. Tuntutannya terhadap kualitas kerja sangat tinggi. Kuharap kamu bisa bertahan ketika dia sedang bad mood,” kata Socrates memberi peringatan halus bahwa bos mereka bukanlah orang yang mudah didekati.   “Ya, aku akan mengingatnya. Kelihatannya dia sangat tertutup dan menjaga jarak ya? Apa ini termasuk dalam tuntutan pekerjaan atau memang karakternya seperti itu?” tanya Chan sekilas.   “Eric menekankan kita untuk menjaga jarak dengan semua bagian untuk menjaga profesionalitas kerja. Cukup wajar, karena kita bekerja di bagian IT Security. Tapi kurasa, hal itu bukan berarti kita tidak boleh berteman, kan? Kita juga perlu bekerjasama dengan bagian lain untuk mensukseskan pekerjaan kita,” kata Socrates.   “Ya, itu benar. Baiklah, aku akan berusaha untuk bersikap professional sesuai permintaan Eric,” sahut Chan.   “Kamu sudah pernah bekerja di bidang ini sebelumnya?” tanya Socrates.   Chan menggeleng. “Aku sempat magang di beberapa tempat. Tapi untuk benar-benar bekerja di perusahaan sebagai IT Officer, ini pengalaman pertama.”   “Welcome onboard, newbie. Aku sudah bekerja di bidang ini sekitar tiga tahun. Mungkin aku bisa membagikan beberapa tips kerja untukmu,” kata Socrates sedikit menyombongkan dirinya.   “Dengan senang hati. Oya, kita dapat kopi gratis di sini?” tanya Chan.   “Ya, di lounge karyawan ada snack dan kopi gratis. Kamu bisa ambil sesukanya. Pagi-pagi juga disediakan sarapan. Tapi ya, siapa cepat dia dapat,” jawab Socrates sambil menyesap coffee latte miliknya.   “Wah, menyenangkan. Kalau gitu, aku ambil kopi sebentar di lounge,” kata Chan menyeringai senang.   Ketika Chan bergegas ke lounge untuk mengambil kopi di mesin kopi, dia melihat Yuri baru saja selesai membuat kopi di mesin itu. Chan mengenali punggung Yuri. Dia bergegas menghampiri Yuri.   “Yuri, aku juga mau kopi. Ajarkan aku caranya!” bisik Chan di dekat telinga Yuri.   Telinga Yuri langsung memerah mendengar suara seksi Chan mendadak terdengar di telinganya. Tanpa sengaja dia berbalik dengan terkejut dan menumpahkan sebagian kopi panas di mugnya, menyiprat di d**a Chan.   “Aduh, panas!” pekik Chan meringis. Dia menatap kemejanya yang kotor dengan jengkel.   “Ma… maafkan aku! Aku tidak sengaja!” seru Yuri merasa bersalah.  *** Bantu Author masukin ke library MY SEXY IT GUY (ENGLISH) karena lagi lomba, terima kasih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN