♡Bagian 7♡

2229 Kata
Saking serunya Syifa menonton drama Korea di laptop Bayu, dia tidak menyadari sang empu sudah terjaga dari tadi. Bayu sudah bangun, tetapi masih dalam posisi tiduran. Dan matanya terus melihat ke arah Syifa yang sangat fokus dengan laptopnya. Menurutnya, Syifa not bad lah untuk dijadikan kekasih. Tapi satu alasan yang dia takuti nanti jika dia mencoba hubungan seperti itu. Misalkan ketika mereka mempunyai masalah dan berakhirlah hubungan mereka, yang ada nanti Syifa akan menjauh darinya. Mana ada saat ini mantan kekasih akur. Setahunya dari teman tongkrongannya seperti itu. Namanya mantan ya tetap mantan. Tidak bisa kembali seperi dulu. Jika di tanya urusan cinta, gampanglah baginya. Bukan hal yang susah untuk jatuh cinta bagi seorang Bayu. Bahkan dia sudah amat merasa nyaman disamping Syifa. Dia sendiri belum bisa membayangkan jika sahabatnya itu memiliki kekasih. Pasti lama kelamaan posisinya bakalan terhempas begitu saja. Jujur, belum sanggup dia melihat seperti itu. Hanya Syifa yang mengerti dirinya. Syifa yang dari tadi fokus di layar laptop, pandangannya mulai teralihkan. Dia merasa ada yang menatap punggungnya. Dan benar saja, orang yang dia tunggu sudah bangun dari tidur lelapnya, "Woy," Bayu tergagap seperti ketahuan habis mencuri sesuatu. "E-eh." dia mulai berlaga tidak menatap Syifa. Sengaja membuang pandangannya ke arah laptop di belakang Syifa. "Udah enakan?" tanya Syifa seraya tangannya menjulur ke dahi Bayu. "Alhamdulillah, lumayan lah Syif. Thanks ya." Mereka berdua saling tatap, sampai Syifa lah yang memutuskan pandangan keduanya. Dia takut, jika mereka berdua saling pandang Bayu akan tahu apa yang dia rasakan. Syifa pura pura melihat jam di pergelangan tangannya. Matanya langsung terbelalak, dia lupa jika mempunyai janji dengan Kila. "Bay, gue balik ya?" izin Syifa langsung mematikan laptop yang sebelumnya masih menampilkan drama yang dia tonton. "Mau gue anter?" Bayu tidak akan membiarkan Syifa pulang seorang diri. Sudah sore hari, tidak masalah jika dia mengantarkan Syifa. Toh badannya sudah enakan. Syifa langsung menggeleng, "Ngga usah. Gue di jemput ama Bapak di depan kampus." dusta Syifa. Tidak mungkin juga dia jujur perihal Kila. Bayu belum mengetahui tentang anak dari seorang duda itu. "Oh yaudah. Salamin buat Bapak sama Ibu ya." tidak aneh memang jika Bayu menyampaikan salam untuk kedua orang tuanya. Bayu sudah sering mengantarnya pulang ke rumah jika dia tidak membawa motor. Dan dia sering bertemu dengan orang tua Syifa. "Siipp." ujar Syifa seraya memakai kaos kakinya. Dan merapihkan kemeja yang dia kenakan sebelum keluar dari kamar Bayu. Bayu memicingkan matanya, "Lu beneran dijemput Bapakkan?" tanya Bayu merasa curiga dengan gerak gerik Syifa. Syifa berusaha menyembunyikan kegelisahannya mendengar pertanyaan Bayu, "Iya lah ama Bapak kok. Kenapa emang?" "Aneh aja. Ngga biasanya lu kalo balik dari sini pakek acara ngerapihin baju gitu. Biasanya juga langsung cabut aja, malah udah ngga pake kaos kaki baliknya." Tambah terpojokan saja Syifa. Bukan Syifa namanya jika bisa mengelak semua yang di katakan Bayu. "Apaan sih lu. Alay tau. Udah ah, Bapak udah WA mulu dari tadi." "Ati ati ya. Chat gue kalo udah sampe rumah." Syifa mengangkat tangannya menunjukkan simbol oke, karena dia sudah berjalan menjauh dari kamar kos Bayu. Merasa sudah bebas dari penglihatan sahabatnya, Syifa diam sejenak. Menetralkan jantungnya yang berdebar. Salah satu sifat Syifa, jantungnya berdebar ketika dia menyembunyikan kebohongan seperti tadi. Dan sekarang dirinya merasa bersalah sudah berbohong kepada Bayu yang sebelumnya padahal dia tidak pernah berbohong sekali pun. Sesampainya dia di depan kampus, dia melihat mobil yang tidak asing baginya. Dia langsung menyapa Pak Wadiman dan putri kecil yang duduk di belakang. Kila langsung memeluk Syifa ketika Ontinya itu sudah duduk di sampingnya. "Onti, Kila kangen." gumam Kila di ceruk leher Syifa. Syifa membenarkan posisi Kila supaya nyaman duduk di pangkuannya. Dan mengelus punggung Kila. "Onti juga kangen sama kamu. Gimana tadi di sekolah?" tanya Syifa. Dia sudah biasa berinteraksi dengan anak kecil. Berhubung Kakaknya sudah memiliki anak dan sering sekali dititipkan di dirinya. Jadi tidak masalah untuk mengurus anak kecil. Bahkan anak kecil yang dekat dengannya akan merasa nyaman berada di sekitarnya. Kila yang tadinya meletakkan kepalanya di ceruk leher Syifa, langsung bangun, "Onti tadi masa ada yang nyium aku di sekolah." Awalnya Syifa kaget, tapi raut kagetnya tidka terlalu lama. Jangan sampai anak kecil ini merasa sedih melihat raut wajahnya. "Oh ya? Kok bisa?" Kila memanyunkan bibirnya, menahan tangis yang sedikit lagi keluar. "Hey jangan nangis dong. Cerita sini sama Onti." hibur Syifa seraya mengelus pipi tembam Kila. "Aku tadi lagi nulis Onti. Dia emang duduk di samping aku, terus tau tau nyium aku." pecah tangis Kila. Syifa langsung merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya, "Kok nangis? Mungkin dia bercanda sayang." Syifa sengaja memberikan perkataan yang tidak membuat hati Kila tambah sedih. "Kila takut kalo Papah tau, nanti Kila di marahin." cicit Kila di pelukan Syifa. Syifa terus memberi ketenangan, dengan mengelus surai hitam Kila. Rambut Kila termasuk rambut yang terawat walaupun dia tahu pasti yang merawat rambut anak ini tidak lain dan tidak bukan Papahnya. "Emang kenapa di marahin? Kan Kila ngga berbuat salah." "Kila nabok pipinya Onti." cicit Kila nyaris tidak terdengar di telinganya. "Nabok pipinya?" ulang Syifa memastikan dia tidak salah mendengar. Samar samar Kila mengangguk di pelukan Syifa. Dia mengangkat kepala bocah kecil itu, mengecup dahinya sebelum memulai perkataannya, "Salah sih menurut Onti kalau kamu nabok dia, tapi itu Kila ngga sengajakan naboknya?" "Iya Onti." cicit Kila belum berani menatap Syifa. "Besok Kila minta maaf ya karena udah nabok dia." saran Syifa. Kila merasa tidak terima dengan apa yang di katakan Syifa, langsung mendongakkan kepalanya. "Tapi kan--" Belum juga Kila melayangkan protesannya, Syifa sudah membungkam mulut anak itu dengan jari telunjuknya. "Shuut, dengerin Onti dulu sayang. Jadi besok kamu minta maaf soalnya udah nabok dia, terus tanya sebabnya kenapa dia nyium kamu. Onti yakin, dia ngga ada niat jahat kok nyium kamu." Kila mengerjapkan matanya. Sungguh menggemaskan bagi siapa yang melihat bocah itu. Bulu mata lentiknyalah yang membuat matanya tambah cantik. Bocah itu langsung menubruk tubuh Syifa. Untungnya dia sedang duduk di jok mobil, jika tidak bisa di pastikan dirinya akan terjengkang ke belakang. "Kila sayanggggg bangettt sama Onti." ujar Kila seraya mencium pipi Syifa. Diam diam Pak Wadiman tersenyum melihat putri majikannya. Dia senang bisa melihat Kila mendapatkan perhatian seperti seorang Ibu. Dulu dia sempat menduga jika perempuan yang bernama Afra akan menjadi nyonya barunya. Tapi ternyata tidak. Dan semoga saja perempuan ini lah yang menjadi nyonya barunya. Terlihat sekali jika perempuan itu menyayangi putri majikannya dengan tulus. Tidak seperti wanita wanita yang sering menggunakan Kila sebagai pendekat kepada majikannya. "Pak Iman," panggil Kila yang sudah berdiri di antara pembatas antara jok pengemudi dan jok di sampingnya. "Iya Non, kenapa?" "Pak nanti berhenti di Hokben depan ya." pinta Kila yang memang sering membeli makan sehabis sekolah di sana. Tidak setiap hari. "Jangan Pak." cegah Syifa ketika mendengarkan pembicaraan Kila dengan sang supir. "Loh kenapa Onti? Kila mau chicken katsu." gumamnya merasa sedih tidak dituruti kemauannya. Karena setiap kemauannya pasti akan di turuti. "Sini sayang," Syifa menyuruh Kila untuk duduk di sampingnya. "Mau Onti buatin aja ngga di rumah chicken katsunya?" tawar Syifa. Mata Kila seketika berbinar ketika mendapat tawaran seperti itu. Itu artinya dia bisa makan chicken katsu sepuasnya. "Mau Onti. Mau banget." jawab Kila dengan sangat antusias. "Yaudah Pak, nanti mampir ke swalayan aja ya. Beli ayamnya dulu." "Siap Mbak." Pak Wadiman tidak jadi membelokan mobilnya ke restoran Jepang itu. Melainkan ke supermarket yang ada di sebelahnya. "Kila mau ikut Onti?" tanya Syifa seraya mengambil dompetnya di dalam totebagh. "Mau Onti." jawab Kila yang sedang memakai kembali sepatu sekolahnya. Pak Wadiman menyerahkan selembar uang berwarna merah kepada Syifa, "Mbak ini uang buat beli ayamnya." "Ngga usah Pak." tolak Syifa secara halus, "Saya ada kok. Yuk sayang." tanpa menunggu balasan dari Pak Wadiman, Syifa sudah keluar dari mobil bersama Kila di sampingnya. Membeli sepotong ayam dan bahan bahannya tidak akan menguras dompetnya. Kemarin dia baru saja mencairkan duitnya sebagai penulis. Jadi tidak masalah, paling nanti Kila membeli cemilan. Syifa mengambil keranjang belanja, Kila tetap menggandeng tangan Syifa layaknya seorang Ibu sedang membeli perlengkapan dapur dengan anaknya. Saat sedang asik milih potongan ayam, Kila melepas genggamannya. Otomatis Syifa mengikuti bocah itu. Ternyata Kila berdiri di samping stand strawberry. Dia hanya menatap buah buah segar itu, dengan tatapan seakan ingin memakannya, "Kamu mau?" tanya Syifa yang sudah berdiri di samping Kila dengan membawa plastik buah. "Boleh Onti?" tanya Kila ragu jika Syifa akan membelikan buah kesukaannya itu. Syifa bergerak maju mendekati stand buah tersebut, "Boleh dong sayang. Mau ikutan milih?" tanya Syifa seraya memasukan buah yang menurutnya bagus. "Kila percaya sama Onti kok." ujar Kila seraya menunjukkan gigi ratanya. Syifa mengelus kepala anak itu, dan melanjutkan kembali memilih buah yang di inginkan Kila. Setelah selesai dengan buah strawberry, Syifa menggandeng tangan Kila menuju penimbangan buah, "Kita ke bagian ayam ya sayang. Kan kita mau buat chicken katsu." "Oke Onti." Kila memperhatikan Syifa yang asik memilih ayam. Dia berangan, andaikan setiap kali dia ke supermarket seperti ini. Dia ingin sekali. Biasanya dia hanya dengan Papahnya, dan terkadang merasa iri dengan anak sebayanya yang berbelanja dengan keluarga utuh. Diam diam Kila menahan tangisnya. Syifa yang sudah menemukan potongan ayam yang menurutnya bagus untuk di jadikan bahan, membalikan badannya. Dia melihat Kila seperti mau menangis. Wajahnya tertekuk dan mulutnya menyiratkan dia menahan isak tangisnya. "Hey, kenapa sayang?" tanya Syifa yang sudah mensejajarkan dirinya dengan Kila. Tes, Syifa langsung menjulurkan tanganya, "Kenapa anak cantik nangis? Entar cantiknya ilang loh." ujar Syifa seraya menghapus air mata anak itu. "Onti jadi Bunda Kila mau ngga?" Syifa langsung menghentikan pergerakan tangannya, menyembunyikan keterkagetannya. "Kamu mau beli apa lagi sayang?" Syifa sengaja mengalihkan pembicaraan, dia menggenggam tangan Kila dan mengajaknya menjauh dari stand ayam. Tapi yang tanganya digenggam oleh Syifa tidak ada pergerakan sama sekali. Masih di posisi yang tadi seraya menatap muka Syifa dengan raut sedih. Syifa memejamkan matanya sejenak, dia bingung ingin memberi tahu anak itu seperti apa. Dia mensejajarkan tubuhnya kembali dengan anak itu, "Sayang dengerin Onti ya, walaupun Onti ngga jadi Bunda kamu tapi Kila masih bisa kok deket dan ketemu Onti terus." ujar Syifa mencoba memberi pengertian kepada anak itu. "Kalo nanti Kila butuhin Onti, Onti selalu ada?" tanya Kila mulai bisa melunak. "Iya sayang." jawab Syifa berusaha meyakinkan. "Promise?" tanya Kila seraya mengacungkan janji dengan jari kelingkingnya. Syifa menautkan jari kelingnya dengan punya Kila, "Promise." Senyum langsung terbit di wajah mungkil Kila. "Yuk, Onti kita jalan." Sekarang malah Kila yang memempin jalannya, dengan Syifa yang setia dia tarik tangannya. "Mau beli apa lagi?" tanya Syifa. Kila berhenti sejenak memikirkan apa yang mau di belinya, "Boleh Kila beli cokelat Onti?" tanya Kila takut takut. Pasalnya jika sedang ke supermarket Papahnya selalu melarang jika dirinya mengambil sebatang coklat, merk apapun tak terkecuali. "Boleh dong. Tapi jangan banyak banyak, satu aja ya." Setelah Syifa mengatakan hal itu, Kila langsung berlari menuju stand coklat. Dia mengambil salah satu merk yang pernah dia makan. Itu pun dia beli dengan Pak Wadiman dan hanya sekali. Sudah berbulan bulan yang lalu, tapi rasanya masih terngiang di lidahnya. "Udah?" tanya Syifa yang sudah berdiri di samping Kila yang memegang coklat keinginannya. "Udah Onti." Syifa menaruh coklat yang digenggam Kila ke dalam keranjang belanjanya. "Yuk kita bayar." Keduanya melangkah secara bersamaan. Sepanjang berjalan menuju kasir, Kila tidak berhenti tertawa. Dia senang bisa memakan cokelat. Syifa pun tertular tertawa. Setelah membayar dengan kartu debitnya, mereka berdua berjalan menuju parkiran di mana Pak Wadiman sudah menunggu mereka berdua. "Hallo Pak Iman." sapa Kila dengan nada riangnya. "Hallo Non." jawab Pak Wadiman seraya tersenyum. Fikirnya, seperti ada hal yang membuat majikan kecilnya itu begitu riang. "Pak, liatin deh Kila beli coklat yang kayak waktu itu kita beli." benarkan dugaan Pak Wadiman. "Wah, enak banget itu Non. Bapak boleh minta ngga?" canda Pak Wadiman. Kila langsung memeluk coklatnya seakan tidak boleh ada yang memakan selain dirinya. Syifa langsung mengusap rambut Kila, "Eh, ngga boleh pelit dong sayang sama Pak Wadiman." ucap Syifa. Kila tidak memperdulikan apa yang diucapkan Syifa. Dia langsung duduk disamping Syifa. Dan masih memeluk coklatnya. Pak Wadiman hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat tingkah majikan kecilnya itu. Tidak heran jika Kila seperti itu, bahkan bisa dihitung pakai jari berapa kali anak itu makan coklat dalam satu tahun. "Onti," Syifa yang tadinya sedang membaca pesan di whatsappnya, langsung menoleh ke arah Kila. "Iya sayang, kenapa?" Kila mengisyaratkan supaya Syifa mendekatkan telinganya kearah mulutnya. Tapi ternyata Kila tidak membisikan apapun melainkan langsung mencium pipi Syifa. "Onti, makasih ya udah beliin aku cokelat sama strawberry. Aku jarangggg banget beli cokelat Onti. Papah selalu ngelarang aku." cicit Kila diakhir kalimat. Syifa tidak heran sebenarnya jika ada orang tua yang melarang anaknya memakan cokelat berlebihan. Karena tidak baik juga bagi kesehatan gigi sang anak. Syifa tersenyum, "Maksud Papah Kila baik. Biar gigi Kila itu bagus. Coba Onti mau liat gigi kamu." Kila langsung menampilkan deretan giginya yang rapih, jarang di jaman sekarang gigi anak kecil yang putih bersih dam terawat. Bahkan keponakannya saja di rumah gigi depannya sudah berlubang. Itu gara gara Kakaknya tidak pernah melarang tentang makanan apapun yang mereka makan. "Tuh kan, bagus gigi kamu." puji Syifa sesuai fakta yang dia lihat. "Thank you Onti." ujar Kila seraya mencium pipi Syifa. Kila mulai bernyanyi sesuai yang terputar di radio, Pak Wadiman sengaja memutar lagu anak anak. Itu karena himbauan dari tuannya. Jika di mobil harus di setel lagu anak anak. Tidak boleh lagu orang dewasa. Tidak hanya lagu bahasa Indonesia tentang anak anak yang di setel, terkadang bahasa inggris atau bahasa arab yang memang Kila sudah pelajari sedikit sedikit di sekolahannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN