BAB 1

1000 Kata
   Cancri dengan cepat berlari di lorong mansionnya, pria itu benar-benar terlihat panik dan tak bisa mengontrol emosi. Putri kesayangannya jatuh sakit, dan ia khawatir jika terjadi hal serius pada Ashura. Meninggalkan seorang b***k yang sedang ia ajak bermain juga merupakan hal yang berat, tetapi ia lebih berat jika Ashura yang mengalami hal buruk.    Kaki Cancri terus berpacu, langkah lebar dari kaki panjangnya begitu pasti, sedangkan rambut Cancri sudah terurai dan melayang rendah di udara. Beberapa menit berlalu dan akhirnya pria itu berpijak di mansion utama keluarga Snake, ia bisa melihat ayah tirinya yang sedang menyuapi Zivora makan, sedangkan ibunya menggendong Ashura sambil menenangkan gadis kecil itu.    "Cancri, Ashura sakit." Suara sang ibu terdengar serak, wanita itu terlihat begitu buruk dengan mata sembabnya.    "Mom, jangan menangis. Berikan Ashura padaku," ujar Cancri.    Chaeri menurut, ia memberikan Ashura kepada Cancri dan menatap wajah pucat cucu kesayangannya itu. "Cancri. Ashura terus memanggil Felica."    Cancri mengangguk. "Tenanglah, Mom. Aku akan menjaga Ashura dan merawatnya."    Chaeri mengangguk, sedangkan Cancri memilih pergi dari tempat itu untuk menjaga Ashura. Tubuh Ashura terasa begitu panas, anaknya juga menggigil dan beberapa kali memanggil ibunya.    "Ashura, buka matamu. Ini Daddy, Sayang." Cancri mengecup kening Ashura beberapa kali, pria itu memasuki lift dan segera menuju ke lantai lima mansion besarnya itu.    "Mommy," ujar Ashura yang masih memejamkan mata. Tubuhnya terasa begitu lemah, bahkan napas Ashura terdengar begitu pelan.     "Sssst … Mommy sedang tidur, sekarang Daddy yang akan menjagamu." Cancri menimang tubuh Ashura penuh kasih sayang. Pria itu segera keluar saat lift terbuka, ia melangkah lebih jauh menuju kamarnya.    Beberapa orang elit golden berkumpul di ujung lorong, mereka kemudian membungkuk hormat saat Cancri mendekat.    "Rizzel, segera periksa keadaan Ashura!" titah pria ular itu.    Rizzel segera menuruti keinginan Cancri, ia mengikuti Cancri yang masuk kedalam kamar. Wanita itu menuju ke pojok ruangan, ia mengelus dinding yang terlihat kosong.    Tak berapa lama, dinding itu terbalik. Berbagai alat kesehatan ada di sana, bahkan ada beberapa kotak obat yang sering Ashura minum sejak dulu. Rizzel adalah penanggung jawab kesehatan Ashura, ia sudah sangat mengerti keadaan fisik gadis kecil itu.    "Mommy … Mommy …" suara Ashura yang mengigau kembali terdengar. Gadis itu terlihat begitu resah.    "Sayang … bersabarlah," ujar Cancri. Ia mengelus rambut Ashura, matanya juga menatap ke arah Rizzel yang sudah mendekat.    "Bisakah kau minggir?"    "Apa?" tanya Cancri.    "Pain, aku harus memeriksa Tuan Putri. Minggir dan jangan bersikap seperti E!"    Cancri hanya menurut, ia segera berdiri dan memilih duduk di sofa. Mata pria itu tak pernah lepas dari Ashura, telinganya bisa mendengar jelas jika Ashura memanggil Felica di dalam tidurnya yang tak nyenyak.    Cancri mengalihkan tatapannya ke arah lain, ia bisa melihat Foto pernikahannya dan Felica terpajang begitu rapi. Pria itu menggaruk kepalanya gusar, seharusnya ia membuat kloningan Felica agar Ashura tidak kekurangan kasih sayang.    "Kau terlihat semakin kacau, Pain."    Pria itu menyudahi acara melamunnya. "Rizzel, bagaimana keadaan Ashura?"    "Hanya demam biasa. Sepertinya Tuan Putri terlalu lelah dan daya tahan tubuhnya menjadi lemah," sahut Rizzel.    "Lalu bagaimana dengan obat?"    "Aku akan menyiapkan makanan untuknya, setelah itu ia harus meminum obat."    "Pergilah," ujar Cancri.    Rizzel segera menurut, ia tak punya banyak waktu untuk membantah Cancri sekarang. "Pain, ku dengar kau memiliki mainan baru."    "Itu bukan urusanmu, Rizzel."    Rizzel segera pergi, sedangkan Cancri segera berdiri. Pria itu menghampiri Ashura dan membersihkan tubuhnya di samping tubuh kecil gadis itu. Tangan Cancri terangkat, membelai pipi Ashura dan merasakan tubuh anaknya itu masih terasa panas.    Mata Ashura perlahan terbuka, ia menatap ayahnya yang kini juga menatapnya.    "Daddy," panggil Ashura pelan.    "Ada apa, Sayang?" tanya Cancri.    "Aku merindukan Mommy."    "Kemarilah, biar Daddy memelukmu." Cancri menepuk bantalnya, ia tersenyum saat Ashura menurut dan berbaring di dekatnya dengan tenang. Pria itu segera memeluk putrinya, ia mengecup kening Ashura sekali lagi dan tersenyum saat gadis itu menatapnya.    "Daddy, kepalaku sakit."    "Baiklh, Tuan Putri. Daddy akan menyembuhkannya," sahut Cancri. Tangan pria itu memijat pelan kepala Ashura, ia tersenyum saat putrinya memejamkan mata dan memeluk tubuhnya.    "Sudah lebih baik?"    "Yes, Dad."    "Jangan tidur, Rizzel sedang menyiapkan makanan dan kau harus segeta meminum obatmu."    "Aku ingin Mommy!" rengek Ashura.    "Baiklah. Setelah kau sembuh, kau bisa mengunjungi Mommy. Bagaimana?"    Ashura menangis dalam diam, entah mengapa ia merasa jika sang ibu tidak pernah ada di balik makam itu.    "Ashura, jangan menangis."    "Mo-Mommy!" rengek Ashura.    "Baiklah, kita akan mencari Mommy sampai ke ujung dunia." Cancri menghentikan acara memijat kepala anaknya. Pria itu memeluk tubuh Ashura dan menepuk pelan bagian p****t gadis kecil itu.    "Bayi besar, bagaimana liburan bersama Grandma dan Grandpa?" tanya Cancri kemudian.    "Mommy," sahut Ashura.    "Ingin mendengar cerita tentang Mommy?" tanya Cancri pada akhirnya.    Ashura mengangguk, gadis itu semakin menenggelamkan tubuhnya dalam pelukkan sang ayah. Ia sangat merindukan ibunya, dan tak ingin melihat atau mendengar sesuatu yang lain selain tentang sang ibu.    "Nama Mommy-mu Felica Gremory Roulette, pemimpin keluarga Roulette dan wanita yang begitu Daddy cintai." Cancri menelan ludahnya kasar.     Pada akhirnya yang mencintai Felica hanya Snake, Scaled, dan E. Sedangkan dirinya, ia hanya berusaha menggantikan tiga orang patah hati itu sekarang. Tetapi satu yang tak pernah palsu selama ini, dirinya benar-benar menyayangi Ashura dan Zivora.    "Mommy-mu sangat menyukai mawar hitam, ia juga menyukai aroma rempah hutan yang menguar dari rambut Daddy." Cancri ingat saat Felica selalu menciumi rambut panjangnya.    "Bagaimana saat Mommy mengandungku?" tanya Ashura.    "Saat itu bulan ketiga setelah kau hadir di antara Mommy dan Daddy. Saat tengah malam, Mommy-mu meminta Daddy untuk mencari ikan di laut. Ia ingin Daddy menyelam kedalam sana, menangkap ikan itu dengan tangan Daddy sendiri."    "Lalu?"    "Daddy menurutinya, Daddy mendapatkan banyak ikan. Tetapi Mommy-mu malah meminta yang lain, ia ingin memakan daging kelinci dan kelinci itu harus di masak oleh kakakmu, Salazar."    Ashura tertawa, ia mengulurkan tangan dan membelai pipi ayahnya. Mata jernih gadis itu menatap iris keemasan sang ayah, sedangkan bibirnya tersenyum.    "Lalu bagaimana, Dad?"    "Daddy mengutus Mona untuk menemui kakakmu dan memintanya memasak daging kelinci," ujar Cancri.    Pria itu sangat ingat saat Salazar meneleponnya, bahkan anak tirinya itu mengatakan jika Cancri terlalu banyak permintaan dan sangat merasa kesal. Cancri tertawa kecil, ia mengatakan jika benar-benar sakit dan ingin Salazar memasakkannya daging kelinci. Ia mengatakan dirinya akan mati penasaran dan menghantui Salazar di kemudian hari.    "Wow … bukankah Kakak tinggal sangat jauh dari mansion pulau?" tanya Ashura.    "Bagaimana Daddy bisa mengutus Aunty Mona dan bagaimana Aunty bisa kembali dengan cepat?"    "Daddy memiliki teknologi yang bisa mengantar seseorang secepat kilat ke tempat yang jauh atau pun dekat, dan Daddy akan mewariskan semuanya untukmu dikemudian hari."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN