Semakin Nyaman

2216 Kata
Zola sengaja berangkat lebih pagi dari teman-teman divisinya yang lain karena ia hendak ke lantai dimana terdapat ruang kerja Chief Technology Officer perusahaan start-up shopping online ini, dan tentu saja ruangan yang dimaksud adalah ruang kerja Arsya. Di dalam lift, Zola tersenyum sembari menunduk menatap tas khusus untuk tempat bekal yang ia buatkan untuk Arsya. Zola sudah percaya diri dan ingin masuk ke ruangan Arsya sendiri seperti kemarin ketika ia mengirimkan kopi untuk Arsya. Tapi begitu menempelkan id-cardnya dan pintu kaca dihadapannya terbuka secara otomatis, ia langsung disambut oleh sekertaris pribadi Arsya yang berada di meja kerjanya. “Kamu yang kemarin papasan sama aku di lift itu, kan?” Tanya Shella, sekertaris pribadi Arsya. “Eh?” Zola terlihat terkejut, malah tidak ingat ia pernah bertemu wanita dihadapannya ini. Zola lalu tersenyum canggung. “Emang kita pernah ketemu di lift yang mana maksud kamu?” Shella lalu berdiri dari kursi kerjanya dan berdiri dihadapan Zola. “Kamu yang kemarin ngasih kopi untuk Pak Arsya?” Zola bahkan langsung terdiam. Terlalu malu dan canggung karena telah ketahuan. Tapi Shella menanggapinya dengan santai saja, ia hanya tertawa. “Kamu mau ngasih apa lagi ke Pak Arsya hari ini?” Tanya Shella sambil menatap tas yang di berada di genggaman tangan Zola. “Alangkah baiknya, besok lagi kalau mau kasih sesuatu, kasih ke saya dulu sebagai perantara. Daripada Pak Arsya kebingungan dan nggak tau siapa pengirimnya, kan sayang.” Masalahnya, kemarin Zola tidak memberitahu siapa pengirimnya karena ia terlalu malu untuk memberikan kopi pagi untuk Arsya. Lagipula anggap saja Zola memberi kopi itu hanya untuk mengungkapkan rasa kagumnya pada Arsya. Ia tak menyangka jika kopi itu yang membuat hubungannya dengan Arsya bisa sedikit lebih akrab lagi. Zola kemudian memilih hanya mengulas senyum dan memberikan tas berisi kotak bekal itu kepada Shella. “Tolong kasih ke Pak Arsya begitu dia datang ya.” “Dari?” “Dari Zola.” Jawabnya sambil tersenyum malu. “Ah, oke. Bakalan aku sampaikan nanti, terimakasih ya.” Kata Shella sambil menaruh pemberian Zola di mejanya. “Fans Pak Arsya di kantor ini memang banyak.” “Eh, aku bukan fans-nya.” Zola jelas tidak ingin mengakui kalau ia mengagumi Arsya. “Ini cuma sebagai ungkapan terimakasih karena Pak Arsya udah bantu aku kemarin.” “Bantu kamu?” Shella malah penasaran sendiri. “Eum, masalah pekerjaan.” Dan Zola langsung mengalihkan jawabannya. Ia tidak mau menjadikan sebuah salah paham, apalagi orang-orang kantor sudah tahu kalau Arsya akan segera menikah. “Kalau gitu aku balik ke kendang deh, hehe. Makasih, ya.” Shella tertawa, Zola ternyata cukup lucu juga. Ia kemudian mengantarkan Zola ke lift dan kembali ke pekerjaannya. *** Seperti pagi-pagi biasanya, Arsya berangkat ke kantor dengan perasaan bahagia karena ia tidak sedang bertengkar dengan Daisy dan walaupun sampai pagi ia saling chat dengan Zola, anehnya Arsya malah tidak merasa kantuk dan lelah. Setelah keluar dari lift, Arsya mengeluarkan ponselnya dan mengernyit ketika tidak mendapatkan balasan pesan dari Zola. Wanita itu hanya membaca pesan terakhirnya jam dua pagi tadi dan tidak membalas apapun. Arsya kemudian menempelkan id-cardnya agar pintu kaca dihadapannya terbuka otomatis dan kemudian ia memasukkan ponselnya kembali ke saku jas. “Pak Arsya,” panggilan dari Shella membuat Arsya yang hendak memasuki ruangannya sontak menghentikan langkahnya. Shella menghampirinya dan kemudian menyodorkan sebuah tas kain. “Dari Zola.” Arsya sontak menaikkan kedua alisnya dan menerima tas itu dengan bingung. “Zola?” “Ituloh, Pak. Cewek cantik rambut pink yang saya ceritakan kemarin, yang kayaknya ngasih bapak kopi. Bener kan tebakan saya, memang dia orangnya.” Kata Shella semangat. Sedangkan Arsya hanya terkekeh sambil melihat isi di dalam tas itu. Ada dua buah kotak makan. “Waktu saya lihat dari dekat, memang bener orangnya cantik banget, Pak. Body-nya juga bagus banget, saya jadi insecure.” Kata Shella yang langsung membuat Arsya tertawa. “Fans Pak Arsya memang nggak main-main.” “Ada-ada aja kamu tuh, Shel.” Respon Arsya. “Tapi Mbak Daisy jelas beruntung dapetin Pak Arsya.” Arsya hanya tersenyum menanggapi itu. “Udah sana lanjut kerja. Makasih sudah terima titipannya.” “Siap, Pak!” Arsya kemudian memasuki ruang kerjanya dan setelah menutup pintu, ia tak bisa lagi menahan senyum lebarnya. Arsya kemudian mengeluarkan kotak makan itu dan diluar tutupnya ada sebuah notes. Saya masakin ayam pedas bali sama bikin salad buah buat Pak Arsya. Semoga suka, ya! Hope you like it boss xx Arsya langsung membuka kotak makan itu. Aroma masakan ayam pedas bali buatan Zola lengkap dengan nasi dan sayuran, membuatnya tak sabar untuk segera menyantap ini. Dan kemudian Arsya membuka kotak makan berisi salad buah itu. Ia langsung tertawa kecil ketika melihat buah strawberry diatas keju yang dibentuk love oleh Zola. Rasanya sudah lama Arsya tidak merasa sebahagia dan sesemangat ini untuk menjalankan harinya. Dulu, sebelum persiapan pernikahannya dengan Daisy, tunangannya itu sering membuatkan bekal untuk Arsya karena Daisy juga senang memasak dan mencoba resep baru. Tapi kini tidak pernah lagi. Arsya merindukan sebuah perhatian dan Zola memberikannya, seolah merindukan sesuatu yang hilang dan Zola kemudian hadir. Arsya kemudian mengeluarkan ponselnya lagi dan memotret masakan Zola, lalu mengirimkannya ke Zola. Arsya: makasih masakannya Zola! Zola: wahh udah diterima hehe Zola: makan yang banyak ya pak, semangat terus Arsya: you too *** Hal yang sering dilakukan Arsya ketika jam makan siang adalah berada di cafetaria perusahaannya yang seperti Mall, kemudian menghabiskan waktunya bersama Endro, Luna dan Dany. “Wah akhirnya, Arsya bawa bekal lagi!” Sorak Luna dan Dany dengan semangat. Sedangkan Endro hanya tersenyum melihat ulah rekan-rekannya itu. “Wahh, enak! Mau dong!” Bahkan Dany langsung mengambil garpu dan hendak memakan ayam milik Arsya. Sontak Luna langsung memukul punggung tangan Dany. “Hus, yang punya aja belum makan! Makannya, minta istri lo buatin bekal dong.” “Istri gue nggak bisa masak!” Sembur Dany dengan dongkol. “Tap ikan jago soal yang lain, Dan.” Komentar Endro sembari tersenyum,diantara empat sekawan ini, memang Endro yang paling kalem. “Jago di ranjang.” Jawab Dany sambil memainkan alisnya, membuat Endro dan Arsya terbahak, sedangkan Luna hanya melemparkan tatapan jijik pada Dany. “Enak nih, Daisy makin jago aja masaknya!” Luna mengalihkan pembicaraan. “Oh, ini bukan masakannya Daisy. Tapi ini masakannya Zola.” Jawab Arsya dengan santai yang membuat ketiga rekannya langsung mengernyit heran. “Zola?” Tanya Endro karena ia asing dengan nama itu. “Zola anak divisi gue?!” Dan Luna yang paling heboh. Arsya mengangguk santai sembari memakan masakan dari Zola dan kemudian tersenyum lebar. “Enak loh ini, kalian harus coba!” Namun ketiganya malah terdiam. Mereka terlalu heran dengan hal ini. “Gue biasanya makan masakannya Dai.” Ucap Dany, tapi kemudian menarik kotak bekal Arsya. “Cobain juga deh masakannya Zola.” Disaat Dany mulai memakan masakan Zola dan memuji-muji enak, lalu saling setuju dengan Arsya yang bersemangat, Luna malah menatap Arsya dengan heran. “Kok bisa si Zola masakin lo hari ini? dan kemarin dia juga ngasih kopi kan ke elo?” Tanya Luna. Arsya hanya meringis. “Kemarin sih niatnya cuma godain doang, eh malah beneran dibuatin bekal.” “Daisy gimana, Sya?” Tanya Endro tiba-tiba sambil memakan makanan yang ia pesan. “Gimana… apanya?” Arsya sedikit bingung dengan pertanyaan Endro. “Dia nggak pernah buatin bekal lagi buat lo?” “Enggak, lo kan tau sendiri, Ro.” “Kalau udah kaya gini, mending lo jaga jarak deh sama Zola. Takutnya nanti bikin salah paham.” Saran Endro dengan santai. Tapi Arsya malah tertawa. “Apaan sih, Ro? Sekali doang ini.” “Ya jangan keterusan!” Luna mempertegas. “Ah udah deh, Sya. Gue nggak suka lo nerima-nerima pemberian cewek lain.” “Lah, kenapa lo yang sensi, Lun? Siapanya Arsya lo? Cemburu?” Ledek Dany. “Ish, emang sialan lo ya!” Luna sudah hendak memukul kepala Dany dengan sendok dan Dany sontak menghalangnya dengan tangan. “Bar-bar lo! Pantes nggak nikah-nikah!” Sahut Dany dengan kesal. Disaat Dany dan Luna sedang ribut dan Endro sibuk dengan masakannya sambil menanggapi candaan Dany dan Luna, Arsya kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan chat untuk Zola. Arsya: udah makan siang? Dan tak lama kemudian Zola langsung membaca chat itu, lalu membalasnya. Zola: ini lagi makan siang sama temen-temen di luar Arsya: oh pantes saya nggak lihat kamu di cafetaria. Biasanya paling mencolok sendiri rambutnya Zola: wahhh ternyata nyariin saya ya?! Zola: seneng deh ada yang nyariin Arsya tak bisa menahan senyumnya ketika membaca balasan chat dari Zola. Tanpa ia sadari Luna dan Endro bergantian memperhatikan Arsya yang terlihat asik sekali dengan ponselnya. Mereka jadi curiga, karena Arsya akhir-akhir ini tidak pernah terlihat sebahagia itu ketika sedang berkirim pesan. *** Hari ini entah kenapa menjadi hari yang sangat menyenangkan dan membahagiakan bagi Arsya. Ia bahkan masih semangat ketika jam pulang kantor, karena ada seorang wanita yang menunggu di ruang tunggu basement khusus para petinggi perusahaan yang berada di dekat lift. Arsya kemudian membuka pintu ruang tunggu yang ber ac itu dan tersenyum senang ketika akhirnya bertemu dengan Zola. Wanita berambut pink ash dan memakai setelan kerja berwarna cokelat muda itu langsung berdiri begitu Arsya melangkah mendekatinya. “Makasih sekali lagi buat bekalnya hari ini.” Kata Arsya sambil memberikan tas berisi kotak bekal yang isinya sudah tandas itu. “Enak banget makanannya!” Zola sontak tertawa kecil sembari menerimanya. “Besok mau saya masakin lagi, Pak?” “Hah? Nggak usah,” jawab Arsya tak enak hati. “Kasihan kamu pagi-pagi pasti repot banget.” “Enggak kok, sekalian saya buat bekal untuk saya dan biar bisa dimakan sama teman-teman yang lain.” Tapi Arsya tetap menolaknya. “Nggak usah, Zola. Terimakasih, nanti kamu capek.” Lalu ia menatap Zola lagi. “Oh iya, ngomong-ngomong kamu pulang naik apa?” “Ini nanti mau pesan taksi online. Kan mobil saya masih di bengkel.” “Bareng sama saya aja kalau gitu.” “Enggak usah, Pak. Makasih, nanti ngerepotin. Pak Arsya kan juga pasti capek banget.” “Sama dong kaya kamu. Capek pagi-pagi udah bikinin masakan buat saya dan pulang kerja harus nungguin saya agar saya bisa kasih ini ke kamu.” Dan tanpa Zola sangka, Arsya kemudian tanpa canggung menarik tangannya dengan lembut. “Anggap aja sebagai ucapan terimakasih.” Zola sontak tersenyum dan mengangguk. Ia senang-senang saja bisa kembali pulang bersama dengan Arsya. Lagipula sejak tadi pagi menyiapkan makanan untuk Arsya dan pulang kerja harus menunggu Arsya, Zola sama sekali tidak keberatan. Karena seolah ia melakukan hal ini karena suka dengan Arsya. “Emang mobil kamu di bengkel sampai berapa hari?” Tanya Arsya sambil mengemudikan mobil Range Rover hitamnya keluar dari basement gedung perusahaan. “Besok waktu makan siang saya ambil kok, Pak.” Arsya lalu melirik Zola. “Mau saya temenin?” dan kemudian ia berdeham ketika menyadari Zola menatapnya dengan terkejut karena tawaran Arsya. “Maksud saya, mungkin aja kamu masih bingung soal kerusakan mobilnya ketika dijelasin sama pihak bengkel. Jadi saya bisa bantu kamu.” “Kalau Pak Arsya lagi nggak repot sih nggak apa-apa.” Jawabnya dengan senyum senang. Arsya juga ikut tersenyum. Menghabiskan waktu dengan Zola benar-benar menyenangkan dan baik Arsya maupun Zola, sama-sama merasa terus tersenyum ketika sedang bersama. “Hari ini Pak Arsya nggak jemput tunangan bapak?” Tanya Zola ketika mobil yang Arsya kendarai berhenti di lampu lalu lintas yang berwarna merah. Arsya menengok kearah Zola. “Enggak dulu, dianya lagi sibuk banget sama project promosi bank-nya dia untuk Jepang.” “Wah, kerja di bank luar ya?” “Iya.” Arsya tersenyum bangga. “Dia graphic designer dan illustrator. Lagi ngerjain project buat design ilustrasi dia yang bakal Kerjasama dengan shinkansen di Jepang.” Lagi dan lagi, Zola seolah langsung merasa kalah telak oleh karir hebat dari tunangan Arsya dan Arsya sendiri. “Daisy kan namanya? Pantas Pak Arsya sangat mencintai Daisy.” Ucap Zola kemudian. Namun Arsya hanya tersenyum menanggapinya dan mengalihkannya ke pembicaraan lain. “Kok saya baru nyadar sekarang ya, banyak coffeshop baru di daerah sini.” Zola sontak tertawa. “Emang banyak kali, Pak. Tapi Pak Arsya udah pernah nyobain datang ke Dark?” “Dark?” Arsya jadi heran sendiri dengan nama tempat itu. “Ada bar di daerah sini yang namanya Dark. Tapi tempatnya agak terpencil jadi nggak kelihatan orang, gelap di bagian luar bar tapi menawan di bagian dalam.” “Oh ya? Bisa kamu tunjukin tempatnya?” Arsya jadi tertarik kesana. “Pak Arsya mau kesana? Saya kemarin kesana dan nyobain cocktail-nya. Enak kok.” “Boleh, kamu senggang kan? Mau temani saya minum mala mini?” Dan Zola tidak bisa menahan diri untuk tersenyum lebar, mengiyakan ajakan Arsya untuk minum bersama di bar favoritnya. *** Ucapan Zola benar, bar yang bernama Dark ini berada di dalam sebuah basement gedung parkir di sebelah pasar tradisional. Tidak ada yang tahu jika gedung parkir ini memiliki sebuah basement yang didalamnya terdapat bar yang elegan. Arsya melepaskan jas kerjanya dan Zola menamati Arsya yang berjalan beriringan bersamanya menuju bar dan melangkah di basement yang remang-remang ini. Pesona Arsya ketika sudah melepas dasi dan melepas dua kancing teratasnya membuat Arsya terlihat makin manly. Hati Zola juga makin berdebar ketika Arsya menggelung lengan kemejanya yang panjang hingga ke siku. Mereka kemudian memasuki ruang kaca yang menghubungkan ke lift. Ada seorang penjaga disana yang meminta ktp yang menunjukkan umur, tapi Zola bahkan langsung mengeluarkan member bar. Dan Arsya langsung tertawa melihatnya. “Wow, jadi kamu sudah sering kesini?” Zola hanya tertawa kecil dan berusaha menghilangkan kecanggungan. Ia memberanikan diri menggenggam tangan Arsya dan mengajaknya masuk ke bar. “Untuk menghilangkan penat dari pekerjaan, saya beberapa kali kesini.” Zola lalu mengerling kearah Arsya. “Bekerja di perusahaan yang Pak Arsya pimpin itu penat tahu!” Arsya sontak tertawa dan mengiyakan. Ia mengikuti langkah Zola masuk ke sebuah pintu lift tapi ketika pintu lift itu terbuka, yang ada malah sebuah bar elegan di dalamnya. Lagi dan lagi, Zola selalu mengajaknya dengan hal yang baru serta seru. Membuat Arsya makin nyaman menghabiskan waktu bersama Zola.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN