Danu Rara terus diam meski dia nggak tahu aku membawanya kemana. Dia hanya terus memegangi pipinya tanpa berkata sepatah katapun. Rambut panjangnya juga dia biarkan menutupi separuh wajahnya. " Pak, berhenti." Ucapan Rara membuatku menginjak rem. Mobilpun berhenti. Aku sendiri bingung mau ngajak Rara kemana. Yang aku tahu, aku ingin menyelamatkan dia dari perhatian banyak orang. " Maafkan, saya Ra." Ucapku akhirya. Kali ini Rara menoleh kearahku lengkap dengan wajah sembabnya. " Pak Danu kapan sih bisa bikin hidup saya tenang? Kenapa saya harus selalu terjebak dengan bapak? Kenapa bapak selalu seenaknya saja sama saya?!" Wajah Rara semakin merah. Aku rasa ini karena dia marah. " Maafka saya, Ra." " Saya nggak marah karena perempuan itu menampar saya. Wajar dia marah karena melihat la