Tidak seperti biasanya, pagi ini Ratu terlihat begitu tenang, di temani dengan segelas americano yang baru saja ia pesan untuk menemani paginya yang dingin. Sejak kemunculan berita bahwa Raja berselingkuh dengan bawahannya membuat Ratu sedikit terganggu, berita-berita itu terus mengusiknya, sudah satu minggu lamanya, ia terus membaca satu demi satu berita yang terus membawa-bawa namanya dan juga keluarganya, berita tentang perselingkuhan Raja serta si selingkuhan, Raina juga kini seakan kehilangan rasa malunya, ia terang-terangan untuk mengakui di depan publik bahwa ia dan petinggi Unicorn Company itu memang memiliki hubungan, tentu gadis itu juga mengatakan omong kosong yang semakin membuat Ratu merasa semakin di pojokkan, apalagi gadis itu tidak main-main mengatakan omong kosong tentang keluarga Ratu yang katanya menjadi pemicu awal hubungan mereka.
“Stupid.” Desis nya melihat tayangan televisi di mana ada Raina di sana, tengah di wawancarai oleh seorang presenter acara gosip, ia bahkan nampak seperti seorang artis pendatang baru yang tengah naik daun yang di undang kemana-mana akibat kasus itu. dan lucunya lagi, netizen malah membela Raina dengan alasan Raina lebih baik bersama Raja di banding anak dari kriminal . oke, tidak masalah, siapapun yang bersama Raja, Ratu tidak pernah mempermasalahkan hal itu, ia hanya tidak terima jika Raina bersikap seolah-olah ia tahu segalanya tentang Ratu, merasa benar padahal ia hanyalah sampah yang di pungut oleh Raja.
“Shout out her fuckin mouth, sebelum aku sendiri yang bikin dia bungkam.” Desis Ratu begitu Raja turun dari tangga. Ia sudah benar-benar jengah dengan apa yang ia hadapi akhir-akhir ini, segala macam hujatan di sosial medianya tidak sebanding dengan sakit hati yang ia rasakan akibat ucapan konyol dari selingkuhan suaminya itu, ucapan tentang mendiang ibunya yang membuat Ratu ingin sekali mencekik leher Raina hingga tak bernyawa, ya semua itu bisa ia lakukan andai saja ia kehilangan kewarasannya.
“Don’t touch her.” Ucap Raja, ia tentu khawatir akan kesalamatan Raina kalau saja Ratu sudah kehilangan kewarasannya.
“Dia gak tau apa-apa.” Sambung Raja.
“KALAU DIA GAK TAU APA-APA HARUSNYA KAMU SURUH DIA DIAM! SURUH DIA BERHENTI BICARA TENTANG OMONG KOSONG YANG DIA GAK TAHU!” Ratu berteriak meluapkan kekesalannya melihat Raja yang masih saja membela Raina yang jelas-jelas salah dalam hal ini. sudah di bilang, tentang hubungan mereka berdua, Ratu tidak akan peduli, tapi jika sudah menyangkut tentang keluarga Ratu, Ratu tidak akan tinggal diam. Raja diam mendengar ucapan Ratu, wanita itu tidak salah, siapapun akan marah besar jika mendengar orang lain berkata tentang hal buruk tentang keluarganya, apa lagi Raina secara terang-terangan menyinggung tentang masalah Hartawan dan mendiang ibu Ratu di depan orang banyak.
“Aku pikir, aku yang paling jahat di sini. Ternyata kamu yang paling jahat, u let her talk s**t about my mom, dan kamu ngelarang aku buat bikin dia diam? Dimana otak kamu?!” Teriak Ratu. Kini matanya memerah menahan air mata yang sejak tadi ia tahan.
“I don’t want, if you hurt her Queen.” Desis Raja bersungguh-sungguh. Ia juga tidak ingin mendengar omong kosong yang di ucapkan oleh Raina, hanya saja, membungkam Raina sama saja menyakitinya, apa lagi Ratu yang turun tangan sendiri.
“What about me? You let me hurt just because of her? I know Jaa, I know that you love her, tapi bisa kan kamu minta dia berhenti untuk menyebarkan omong kosong tentang keluarga ku?! Aku tahu seberapa hancur keluargaku sekarang, seberapa kelam masa lalu ibu dan papa aku, but who dare her to talk about it di depan banyak orang!?” Raja benar-benar diam seribu bahasa saat itu, ia benar-benar berada di posisi yang sulit untuk saat ini, tidak mudah menghentikan Raina sebab sudah satu minggu sejak hari dimana artikel bodoh itu keluar, Raina juga seakan menutup diri dari Raja, ia sengaja datang ke acara-acara televisi yang memanggilnya untuk di manfaatkan, sementara ia menolak semua panggilan dari Raja.
*****
“Lo habis nangis?” Sarah yang baru saja tiba di apartement nya itu terkejut melihat mata Ratu sembab. Sungguh kejadian langka yang membuatnya sampai terkejut bukan main, terakhir kali ia melihat Ratu menangis ketika ibu nya meninggal dan kini sudah nyaris sepuluh tahun lamanya hingga akhirnya ia melihat Ratu kembali meneteskan air matanya.
Ratu tak bergeming dari tempatnya, ia kemudian melempar ponselnya kepada Sarah, menunjukan bagaimana jahatnya mulut netizen yang sebenarnya tidak tahu apa-apa, mereka dengan lancang menghujat orang tua Ratu, terutama ibunya, yang di cap sebagai perebut kebahagiaan orang. Padahal faktanya mendiang ibunya lah yang menjadi korban atas semua perbuatan ayah nya, padahal dulu mereka adalah keluarga bahagia, hanya karena ucapan dari gadis bodoh yang tak berdasar kini nama ibu Ratu di kenal sebagai perusak di hubungan orang.
“Wah gak bener sih ini, lo nangis karena ini? heh! Mana Queen yang gua kenal? Bangun! Labrak tuh orang.” Sebagai seorang sahabat, Sarah tentu saja tidak mau melihat sahabatnya di jatuhkan seperti itu, tidak ada yang tahu apa maksud Raina sehingga ia berkata omong kosong seperti itu, namun Sarah bisa pastikan Raina akan kehilangan segalanya, apa bila Ratu sudah bertindak.
“Gua janji, habis ini gua bakal bikin dia kehilangan apa yang dia punya, semuanya, dia bakal benar-benar sendirian.” Desis Ratu menatap foto Raina di ponselnya. Gadis itu tersenyum manis, berfoto bersama presenter di acara televisi itu. Ratu mengusap air matanya, lalu tersenyum licik, sebuah rencana jahat sudah terlintas di kepalanya.
*****
Raina tidak pernah merasa se-lega ini sebelumnya, ia merasa bahwa kini dunia tengah berpihak kepadanya. Semua orang bersimpati kepada dirinya karena orang-orang berpikir bahwa ia adalah orang yang tepat untuk Raja, pengakuannya kepada publik tentang hubungannya dengan Raja, hubungan rumah tangga Raja dan Ratu yang sebenarnya, tentang sikap dan sifat buruk Ratu, serta masalah keluarga Ratu, membuatnya kini tiba-tiba di kenal oleh banyak orang. Semuanya bersimpati kepada Raina, rasa penasaran orang-orang tentang kehidupan para konglomerat itu membuat orang-orang mampu mengulik informasi yang mereka butuhkan melalui Raina sebab selama ini para konglomerat itu terlalu tertutup, dan sekarang Raina bagaikan celah bagi orang-orang itu untuk mengintip kehidupan mereka yang sebenarnya.
“Rain.” Entah sejak kapan Kaisar bisa masuk ke dalam apartement Raina saat itu, tak seperti biasanya, kini ia menatap Raina dengan tatapan tajam tak bersahabat.
“Loh, Kai? Lo ngapain di sini?!” Pekik Raina, kaget.
“Kita perlu bicara.”