Happy Reading.
"Apa maksud Pak Galih menyudutkan aku seperti ini? Bapak jangan play victim, ya! Kalau Bapak tidak tahu cerita sesungguhnya jangan memutar balikkan fakta seakan-akan di sini saya yang bersalah. Sudah jelas waktu itu saya tekankan bahwa kejadian itu tidak seperti apa yang ada di bayangan Bapak. Terus kenapa Bapak kembali menyebarkan berita hoax begini? Jangan bilang Bapak sengaja mau menjatuhkan namaku supaya Pak Nico membenciku, lalu memecat ku. Begitu, 'kan!"
Amarah Prilly tak terbendung ketika Galih terus menerus bersikeras untuk menyalahkan semua itu padanya di depan Nico. Semetara wanita itu harus mempertahankan kepercayaan sang atasan demi misi besar yang sedang direncanakan.
Sorot mata Galih dan Prilly sungguh tajam membuat mereka terlihat seperti hewan yang sedang memperebutkan wilayah.
"Mana ada saya play victim sama kamu, sudah jelas waktu itu saya lihat pakaian Pak Nico terbuka bahkan kamu juga dalam keadaan hanya memakai dalaman tanktop tanpa tali. Kalau bukan ingin menyentuh Pak Nico lalu apa, hahh? Ingat baik-baik, Prilly! Di sini kamu boleh sepuas hati membela dirimu sendiri, tapi jangan pernah lupakan bahwa kebenaran akan selalu menang! Tak masalah jika Bu Selma dan Pak Nico tidak percaya dengan saya, itu hak mereka. Terpenting di sini saya sebagai asisten pribadi Pak Nico yang sudah bekerja jauh lebih lama darimu tidak akan pernah mengijinkan hal buruk terjadi padanya. Jangankan hal buruk, bahkan nyamuk dan semut yang sangat kecil nyaris tidak terlihat pun akan saya usir supaya tidak menyakiti atasan saya. Apalagi dirimu yang persis seperti ulat bulu begini, cihh!"
Galih yang tidak ingin kalah dengan Prilly terus membalas perkataan hingga membuat Nico yang melihat pertengkaran mereka menjadi bingung. Dia tidak tahu di sini siapa yang benar dan siapa yang salah dikarenakan pada saat itu dalam keadaan ngantuk berat.
Sementara Selma, menahan kuat air mata supaya tidak lolos terjatuh di depan wanita yang jelas-jelas telah berniat jahat pada suaminya.
Untung saja ada Galih yang berhasil menyelamatkan Nico, seandainya tidak ada sang asisten kemungkinan hati Selma akan semakin hancur sampai tidak tahu lagi bagaimana cara mengumpulkan kepingan-kepingan yang sudah tidak terbentuk itu.
Walaupun Nico terlihat tidak percaya pada Galih, tetap saja hanya pria itulah satu-satunya yang Selma percaya saat ini. Ibaratkan sang asisten itu bagaikan sebuah kunci yang tidak akan mengizinkan siapa pun tamu tak diundang masuk ke dalam rumah tanpa persetujuan Tuan rumah.
Selma sangat bersyukur atas semua bantuan Galih. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah melupakan jasa serta kebaikan pria itu yang telah menyelamatkan rumah tangganya.
"Cukup, Pak, cukup! Hentikan perkataan menyakitkan itu, jika Bapak memang menginginkan aku keluar dari perusahaan sebaiknya lakukan dengan cara baik, bukan malah meracuni pikiran Pak Nico dan Bu Selma seperti ini. Aku tahu kok, selama ini Bapak tidak pernah suka denganku makanya Bapak membuat karangan cerita sedetail ini demi mengusir saya ya, 'kan!"
Galih tersenyum remeh sambil mengangkat salah satu kaki dan menaruh di atas kaki satunya. Tangan dilipat di d**a dengan santainya pria itu terkekeh kecil.
"Aduh, Prilly, Prilly! Kamu itu lucu sekali ya, serasa saya lagi bermain film. Sumpah, aktingmu itu sangat bagus bahkan jauh lebih bagus dari pemain papan atas. Jika membicara masalah suka dan tidak suka kamu memang benar, saya tidak suka kamu bergabung di perusahaan ini karena niatmu bukan untuk bekerja melainkan menggoda! Apakah serendah itu harga dirimu, hem? Jika aku pikir baik-baik, kayanya harga diri wanita malam dua kali lipat di atasmu. Atau harga dirimu sudah mati? Upss … Sorry!"
Selma tersenyum mendengar perkataan Galih. Dia tidak menyangka bahwa sang asisten yang terkenal cuek, dingin, bahkan terlalu formal itu bisa juga dijadikan teman. Teman untuk melawan Prilly!
Pak sopir yang tidak tahu harus bersikap seperti apa lebih memilih berdiam diri sambil menundukkan kepala. Dia tidak ingin salah ucap karena kejadian itu memang tidak dilihatnya, jadi tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.
Akan tetapi, sang sopir mendukung keras Galih karena sudah mempercayainya sebagai asisten terbaik yang sang majikan miliki. Namun, berbeda sama majikan pria. Jika Selma dan dirinya percaya penuh dengan kebenaran yang diceritakan oleh sang asisten, lain cerita dengan Nico.
Pria itu malah terdiam dalam keadaan bingung mendengar perdebatan sekretaris dan asisten. Ibaratkan Nico telah dibutakan akan kebenaran yang sudah jelas diceritakan oleh Galih yang selama ini dia percaya.
"Sudah cukup, hentikan semua ini! Siapa pun dari kalian berdua yang bersalah, aku tidak tahu siapa yang benar sekarang! Untuk itu, anggaplah kejadian ini tidak pernah terjadi. Jika memang Galih yang bersalah saya akan menghentikan pekerjaan selama 1 bulan. Namun, jika Prilly yang bersalah maka saya akan memecat kamu dan akan mencoret namamu dari semua perusahaan yang ada supaya kamu tidak akan pernah bisa bekerja di bisnis atau perusahaan mana pun! Sekarang kalian semua keluar dan tinggalkan saya berdua dengan istri saya. Mengerti!"
Galih dan Prilly terlihat terkejut mendengarkan suara bentakan yang sangat keras dari Nico, hingga membuat mereka terlihat merinding penuh ketakutan.
Baru ini Nico terlihat marah membuat Prilly menjadi was-was. Perasaan tidak tenang karena jika sampai sang atasan lebih mempercayai Galih, maka misi untuk mendapatkannya akan berakhir sia-sia dan dia tidak ingin semua itu terjadi.
Galih langsung berdiri memberikan penghormatan kepada Selma dan Nico bersama sang sopir, lalu meninggalkan ruangan utama.
Tidak tahu harus berkata apa, sang sopir hanya memberikan kekuatan sedikit untuk pria itu supaya tidak terlihat begitu stres untuk menghadapi ujian ini.
"Sabar ya, Pak. Saya percaya kok, Pak Galih tidak bersalah karena saya sudah kenal Bapak jauh lebih lama daripada Bu Prilly. Sudah pasti Pak Galih sebagai kunci kebenaran semua ini, sayangnya tidak ada bukti yang akan Bapak berikan pada majikan saya. Cuma, dari tadi saya perhatikan Bu Selma sangat mempercayai Bapak. Semoga saja semua kejadian ini akan berakhir baik dan tidak membuat Bapak menjadi kena getahnya. Kalau begitu saya pamit kembali ke tempat, sekali lagi semangat, Pak Galih. Kebenaran akan selalu menang, walaupun pahit!"
Galih yang terlihat kehilangan arah kembali tersenyum atas dukungan yang diberikan oleh sopir pribadi Nico. Dia sangat berterima kasih atas semangat yang sudah diberikan, sehingga pria itu mampu kembali bangkit untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebohongan.
Prilly yang baru keluar dari ruangan Nico langsung menatap Galih dan berkata, "Jika sampai Pak Nico memecat saya, akan saya pastikan hidup Pak Galih tidak akan pernah bahagia!"
"Oh, masa? Maaf, saya tidak mengenal Anda. Jadi, nggak usah sok, asyik mengancam saya. Nanti dibalikin nangis, play victim lagi, seolah-olah Anda korban. Hahaha, lucu!"
Galih pergi dengan tertawa jahat yang membuat Prilly semakin kesal dan marah. Wanita itu duduk kembali di kursinya dengan wajah penuh amarah.
"Kalian lihat aja nanti, cepat atau lambat aku akan merebut Nico dari tangan Selma! Hanya dengan setetes a******i, maka Nico akan menjadi milikku!"
Semua kata-kata itu terlontar jelas di dalam hati dan pikiran Prilly. Dia benar-benar tidak terima atas semua kejadian ini. Beberapa kali percobaan yang dilakukan selalu saja digagalkan oleh Galih. Lantas bagaimana wanita itu mampu menjebak Nico? Apa harus Galih terlebih dulu disingkirkan atau dilenyapkan saja?
Bersambung.