Part 5 Dewa Yunani KW vs Medusa

1402 Kata
 Rein Sosok lelaki tampan itu melihatku,  gadis yang ada di depannya ini dengan seksama, mungkin agar aku ini tahu bahwa pandangan matanya seperti bisa mengulitiku. Dari atas, rambutku yang berwarna natural kecoklatan dikucir tinggi kemudian dicepol, mengekspos leher jenjangku yang berkulit pucat, hingga menimbulkan niatan bagi setiap lelaki untuk memberi kissmark di leher jenjang mulusku itu.  Kemudian mata tajam itu  pindah mengawasi wajahku. Mata tajamku  untuk ukuran perempuan dengan alis rapih alami, bibir seksi, tulang pipi tinggi. Satu lagi yang sangat mencolok dariku adalah hidung yang mancung, karena aku ada turunan bule. Zayn tak lepas memandangku dengan intens bagai macan ingin menerkam buruan.  Kemudian matanya turun menelusuri tubuhku yang tinggi ramping, proporsional. Dress batik selutut membuat kaki mulusku terekspos. Secara keseluruhan, sempurna! Tidak ada yang kurang dari seorang Rein. Aku tersenyum puas dalam hati, memuji diri sendiri tidak apa-apa kan?  “Sudah puas menilai saya Tuan Zayn yang terhormat?” Tak disangka tak diduga, dia  terkejut saat aku membuka percakapan, sepertinya dia tidak tahu kalau sedari tadi aku juga mengamatinya. “Jangan geer, aku tidak memberi penilaian bagus untukmu!” Dengkusnya kesal.  “Baguslah itu….” Belum sempat aku menyelesaikan kalimat,  tiba-tiba eyang kembali menarik dres batikku , membuatku segera mengalihkan perhatian pada Eyang. Ujung mata yang tampak keriput, jika eyang tersenyum, terlihat sungguh bahagia bersamaku.  “Ada apa Eyang? Eyang butuh sesuatu?” Tanyaku lembut, aku kembali berjongkok agar tingginya bisa sama dengan Eyang. Ini salah satu bentuk penghargaanku pada Eyang, mungkin itu pula yang membuat Eyang jatuh hati padaku.  “Zayn, sudah kenalan sama Rein? Ini gadis yang kemarin mama sering cerita itu loh, yang bisa bikin Eyang tertawa lagi. Tuh lihat kan, eyang bahagia sekali karena bertemu lagi dengan Rein. Ayo kenalan dulu sama calon istri.” Suara Ibu Peri membuatku menegakkan tubuh. Mau tak mau aku menyambut uluran tangan Zayn ini. Kasihan dia kalau dianggurkan, lagipula gak sopan banget kalau aku diamkan saja, secara ini di rumahnya, dan aku datang sebagai tamu.  “Zayn.” Dia menyebutkan nama panggilannya dengan sangat singkat. Hmm… dia belum tahu aku ya?  “Rein.” Balasku tak kalah singkat.  “Nah sudah kenalan kan? Ayuk sekarang kita makan bersama, itu hidangan sudah siap tersedia semua. Eyang juga makan ya?” Ajak ibu peri pada kami. Zayn mendorong perlahan kursi roda itu agar eyang tetap nyaman. Walau dia misterius, satu yang pasti, dia memang sangat menyayangi eyang, seperti kata ibu peri. Terlihat dari perlakuannya yang sangat manis pada eyang. Kulihat Zayn dengan sangat hati-hati, membawa kursi roda itu mendekati meja makan di taman yang sepertinya sengaja dibuat menyesuaikan tinggi kursi roda. Kulihat Zayn kemudian duduk di sebelah kiri eyang. Aku bingung mau duduk di mana, lebih bingung lagi sebenarnya kenapa pula aku bisa berada di sini sih? Ngapain juga coba? Makan gratis? Hmm… bapak dan ibu bakal marah besar kalau aku sampai kehabisan uang makan di perantauan. Sepertinya tidak mungkin aku menganut prinsip makan gratis. “Rein sini, duduk sini.” Eyang putri memintaku untuk duduk di sebelah kanannya. Jadi eyang duduk di antara aku dan Zayn. Ya Tuhan gini amat yak? Kenapa terasa seperti pasangan suami istri beneran?  “Yuk kita makan, mumpung Keanu lagi datang, coba baca doa sebelum makan dulu.” Ibu peri membuka percakapan dan menunjuk Keanu yang tampak kaget dengan penunjukan itu. “Loh tante kok aku sih?” Keanu menolak, tidak terima. “Kean cepet lapar ini, gak usah banyak protes deh!” Bentak Kevin, aku tersenyum simpul melihat mereka berdua. Mereka akrab. Akhirnya karena tak bisa menolak lagi, Keanu segera saja membaca doa sebelum makan, dan langsung saja yang ada di situ berucap aamiin agar bisa mulai makan.  “Eyang makan pakai apa?” Ibu peri bertanya dengan nada lembut. Aku salut, bahkan orang super kaya seperti beliau, sangat menghormati ibunya. Di saat di luar sana banyak sekali anak atau menantu yang tidak menghargai ibunya. “Selat Solo ae. Lapar.” Jawab eyang.  “Eyang mau Zayn suapi?” Aku kaget mendengar ucapan spontan Zayn, bahkan sangking kagetnya hingga tak jadi menyuap daging ke mulutku. Aku melihat ke arah dewa Yunani versi Indonesia ini. Tak percaya, CEO macam dia ini menawarkan diri untuk menyuapi eyangnya? Waah nilai plus deh. Sepertinya sangat jarang ada seorang lelaki yang dengan rela hati seperti Zayn mau menyuapi Eyang.  “Kenapa Rein? Gak usah kaget begitu. Zayn memang rajin menyuapi eyang. Karena dia makannya paling cepat sih.” Aku dengar suara Kevin yang sepertinya mengawasi keterkejutanku. Jadi malu kan ketahuan kepo-in Zayn Malik ini. Eeh…  “Nah, sambil makan nih, seperti yang mama cerita kemarin, Rein ini yang berhasil membuat eyang kembali tertawa setelah selama ini muram. Makanya mama berniat menjadikan Rein sebagai anggota keluarga Brotoasmoro. Sebagai menantu keluarga kita." Entah ada angin dari mana ibu peri tiba-tiba memperkenalkanku sebagai calon anggota keluarga ini. Eeh apa tadi Brotoasmoro? Kok familier ya? Seperti nama artis yang juga dokter itu, yang cantiknya yaa ampuuun, gak ketulungan. Kaya aku hehe.. “Ya kan Zayn?” Ibu peri bertanya pada Dewa Yunani kw itu, aku juga melihat ke arahnya yang tampak ogah-ogahan menjawab. Heh kamu pikir cuma kamu yang keberatan dengan perjodohan aneh dan dadakan ini? Aku bersungut dalam hati.  “Ma…” Jawab lelaki itu malas. Sepertinya aku akan menjadi pahlawan kesiangan deh kali ini. “Sebentar ibu, maaf sebelumnya tapi terus terang saya juga belum ditanya loh apakah mau atau tidak.” Kataku tersenyum semanis mungkin. Lah iya kan? Kok bisa tiba-tiba bilang akan menjadikanku menantu di keluarga ini tapi belum bertanya keputusanku. “Maksudmu, kamu menolak untuk menjadi keluarga kami?” Suara Fayzha, si anak perempuan pertama bertanya dengan nada heran padaku. “Asal kamu tahu, banyak perempuan di luar sana yang ingin sekali menjadi anggota keluarga kami, Brotoasmoro. Mereka bahkan memakai cara baik yang licik atau tidak, yang penting bisa menjadi anggota keluarga kami.” Entah kenapa saat Fayzha berkata licik, aku merasa pandangan matanya menusuk ke arah Zayn. Mungkin dia hendak menyindir Medusa itu? Atau malah menyindirku sih?  “Tapi mohon maaf Kak, saya bukanlah golongan banyak perempuan itu, yang tadi Kakak sebut.” Aku tahu Zayn melihat ke arahku dengan takjub, terpesona mungkin. Bisa jadi baru kali ini dia ditolak oleh seorang perempuan kan? Haha… dia belum tahu saja siapa itu Reina Maharani. Aku hendak melanjutkan kalimatku, saat kemudian eyang meletakkan sendoknya ke piring dengan kasar. Bunyi sendok beradu piring menyisakan denting yang cukup membuatku terkejut, bahwa ada orang tua yang harus dihormati di sini. “Aku mau Rein jadi menantu di sini. Titik.” Kata eyang dengan terbata-bata. Buset deh, sekarang aku tahu darimana keras kepalanya Ibu Peri dan Dewa Yunani kw itu bersumber. Bahkan wajah eyang mengeras, matanya sudah ada kolam air mata.  “Eyang, jangan khawatir, kalau untuk menemani eyang dengan tidak menjadi menantu di keluarga ini pun saya bisa kok. Saya bisa sering mampir untuk menjenguk eyang kan?” Kataku lembut selembut tisu merk Pakteo yang bahkan lebih lembut dari kulit bayi.  “Nah mama sudah dengar sendiri kan? Gadis sombong ini menolak rencana perjodohan mama.” Kupingku memanas mendengar julukan gadis sombong yang dia sematkan untukku. Balas dendam ya bang, karena ditolak oleh gadis cantik ini?  “Saya tidak menolak, tapi…” Aku bingung bagaimana harus menjelaskan pada keluarga ini.  “Tapi apa Rein?” Tanya Ibu Peri tidak sabar. Semua melihat ke arahku termasuk Dewa Yunani kw ini. Ini kenapa sih seperti aku sedang dihakimi.  “Tapi saya juga tidak berkata iya. Setidaknya belum menyetujui permintaan ibu. Ada banyak hal yang harus saya pertimbangkan bu. Maaf.”  “Heh ternyata toh kamu tidak imun dari pesona saya?” Aku dengar Dewa Yunani kw itu kembali menghinaku, wah ini tidak bisa dibiarkan.  “Benarkah itu Tuan Zayn yang terhormat? Kita lihat saja nanti.” Tantangku kesal. Rein!! Berhenti, jangan terjebak keinginan lelaki itu. Sudah cukup. Si Putih mencegahku untuk lanjut berkata. Dia benar, lebih baik aku diam saja.  “Mama lihat kan? Gadis ini dari kampung tidak tahu sopan santun, bahkan dia menantangku. Lebih baik Clara ke mana-mana.” Jawab Zayn kesal karena mendengar tantanganku. “Clara??” Semua berteriak berbarengan, hanya ibu peri saja yang masih tetap cool. Memangnya si Medusa itu kenapa sih? Kenapa semua sepertinya benci padanya? Tuh kan, kepoku kumat lagi. “Sampai kapan pun mama tidak akan merestui hubunganmu dengan Medusa itu, Zayn. Camkan itu.” Iya sih cool tapi sekalinya berbicara uuuh... itu seperti pisau menusuk daging steak sampai tembus. Aku menampilkan senyum terlebarku. Eeh kenapa pula aku senang dengar kabar itu sih? Mana aku peduli Zayn Malik kw bin Dewa Yunani kw ini menikah atau enggak sama si Medusa itu?  “Mama, Clara bukan Medusa!” Zayn berteriak kesal. Pastilah, pacar tercinta disebut Medusa, siapa yang mau.  “Ya iyalah Zayn, kalau dia Medusa beneran mah pasti sudah dipenggal kepalanya sama Perseus.” Kali ini Keanu yang bersuara.  Entah ada apa di keluarga kaya ini. Ada Dewa Yunani kw, ada Medusa, ada Perseus. Hidup di masa apa sih aku ini?   *** Rein tidak tahu saja, Medusa di mitologi Yunani ini sama dengan Clara. Yang akan merusak hidupnya, merusak rumah tangganya, merusak semua yang dia banggakan. Tidak hanya merusak rumah tangganya dengan Zayn, tapi juga kehidupan cintanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN