bc

Always Love (Sexy Brother)

book_age16+
1.8K
IKUTI
20.4K
BACA
love-triangle
possessive
second chance
manipulative
stepbrother
twisted
bxg
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Cinta itu...

Tanpa batas.

Tanpa syarat.

Dan yang pasti tanpa kewarasan.

Hanya selalu berdetak di jantungku.

Mengaliri nadiku.

Setelah bercerai dengan sang suami, Lita kembali ke keluarganya dan mengurus bisnis keluarga membantu kakak tirinya. Tiba-tiba adik tirinya, Leo, yang kabur dan kawin lari dengan Olivia kembali ke rumah. Meminta pengacara pada ayahnya untuk mengurus surat perceraian Leo dan Olivia. Juga akan kembali tinggal di rumah dan menangani perusahaan asalkan dengan syarat menikah dengan Lita. Yang adalah kakak tirinya sendiri.

Sang ayah menyetujui syarat tersebut dan menikahkan putri tiri dan anak kandungnya. Lita pun tak bisa menolak dan pernikahan terjadi. Dan di hari pertama pernikahan keduanya dilangsungkan, Olivia datang dan mengaku hamil anak Leo. Memaksa keluarga Leo menerima kehamilan tersebut dan tinggal di kediaman mereka. Apakah yang harus Lita lakukan? Tetap bertahan dalam pernikahan hanya untuk menjadi bayang-bayang hubungan Leo dan Olivia? Ataukah meninggalkan keluarga demi mencari kebahagiaannya yang mungkin ada di luar sana?

#My Brother, My Husband, and My Brownis

chap-preview
Pratinjau gratis
Part 1
‘Kita menikah. Besok!’ Lita tercengang menatap layar ponsel yang masih menyala dalam genggaman tangannya. Matanya berkedip dua tiga kali, menatap nama pengirim yang tertulis di atas pesan tersebut. Kembali membaca deretan tiga kata yang berjajar dengan kerutan di kening yang semakin dalam. Kalimat ajakan yang seolah tak membutuhkan bantahan, membuat Lita seolah tak mampu menolak jika ada seseorang yang benar-benar mengatakan tiga kata itu padanya. Tapi, ini tak mungkin pesan yang dikirim oleh Leo. Atau mungkin saja ini salah kirim. Selama empat bulan tak pernah bertemu ataupun saling kontak dengan Leo. Ia tak pernah tahu lagi bagaimana kabar anak itu dan tak berniat mencari tahu tentang adik tirinya tersebut. Perbincangan terakhir mereka benar-benar membuatnya kecewa dan masih menyisakan cubitan-cubitan di hatinya. Kalaupun memang suatu saat ada situasi yang mengharuskan bertatap muka dengan Leo lagi, ia pun tak tahu harus bersikap seperti apa. Perannya sebagai kakak perempuan Leo sudah tak lagi memiliki arti di pandangan Leo. Mungkin karena memang darah mereka tak pernah sama. Mengabaikan semua pemikiran tentang Leo, Lita memutuskan kembali meletakkan ponselnya di kasur. Menatap kasur di sebelahnya yang masih kosong dan suara gemericik air dari arah kamar mandi. Tak lama, Riana keluar dengan kepala terbungkus handuk. “Akhirnya aku bisa mendapatkan tubuh segarku kembali,” gumam kakak tirinya tersebut dengan wajah yang sudah segar dan penuh kepuasan. Setelah perjalanan darat selama dua jam dan pertemuan dengan klien, penanggung jawab proyek yang memakan waktu lebih dari enam jam. Membuat tubuhnya lengket dan akan remuk. Lita hanya tersenyum tipis, masih enggan untuk beranjak dari kasur. Seluruh tulang tubuhnya terasa akan patah semua. Tak lama ponselnya kembali bergetar pelan, ada satu pesan yang masuk. Lita segera mengangkat ponselnya. ‘Aku serius.’ Mata Lita menyipit. Leo? Lagi? “Riana, apa Leo mengganti nomornya?” Lita mengangkat wajahnya dengan perlahan karena matanya masih meyakinkan apa yang tengah dibacanya saat ini. Riana menggeleng. “Kenapa?” Lita diam sejenak, kemudian mengangkat bahunya dengan gamang. Sebelum ia yakin bahwa pesan ini bukan dari Leo, ia tak yakin akan memberitahu Riana tentang pesan yang baru saja didapatkannya ini. “Meskipun aku kakaknya, bukankah dia lebih dekat denganmu?” “Kami jarang mengirim pesan sejak aku menikah. Setelah dia menikah dan meninggalkan rumah, pertemuan terakhir kami tidak berjalan baik. Setelah itu dia tidak pernah menghubungiku sama sekali,” terang Lita tanpa bisa menahan kesenduan dalam suaranya. Ia bahkan berpikir Riana tahu segalanya tentang kerenggangan hubungannya dengan Leo. Riana sendiri merasa aneh. Walaupun Leo sudah meninggalkan rumah selama lima bulan lebih dan tak pernah menghubungi papanya, tetap saja ia tak mengira bahwa Leo pun tak menghubungi Lita. Well, Lita. Satu-satunya sosok penakluk adiknya yang bahkan dirinya dan papanya tak sanggup membujuk anak itu. Hanya dengan menggunakan Litalah ia bisa membuat adiknya yang keras kepala sanggup berkata ya. Meskipun setelah racun Olivia merusah otak adiknya, ia pikir Leo masih sering bertemu dengan Lita di belakangnya. “Apa dia sering menghubungimu?” Pertanyaan Lita memecah lamunan Riana. Riana mengerjap kemudian mengangguk. “Beberapa kali, meminta uang untuk membayar sewa apartemennya. Tapi sejak papa tahu dan membekukan semua kartuku, kami hanya bertemu sesekali. Singkat dan sepertinya hidupnya semakin berat. Olivia benar-benar merusaknya.” Lita menghela napas panjang sambil menggerutu pelan. “Kenapa papa sangat membenci Olivia?” “Sekali lihat saja semua sudah jelas, Lita,” sahut Riana dengan gemas. “Dan papa pasti tahu lebih banyak tentang keluarga mereka.” “Tapi Leo mencintainya. Bukankah itu yang terpenting?” “Sepertinya tidak lagi. Terakhir kalinya kami makan siang seminggu yang lalu, dia menanyakan pendapatku jika bercerai dengan Olivia. Bahkan aku pernah melihat mereka bertengkar di depan toilet umum dan Leo terlihat sangat membenci wanita itu.” Lita tercengang. Punggungnya menegak, ingin mendapatkan lebih banyak dan dalam hati bertanya-tanya. Apakah mungkin dulu Leo yang sangat mencintai Olivia, rela meninggalkan keluarga untuk menikahi wanita itu. Dan dalam waktu yang sangat singkat tiba-tiba membenci Olivia. Rasanya ini adalah sesuatu yang mustahil. “Mungkin ... mereka hanya bertengkar,” gumam Lita tak yakin. Karena dari kata-kata Riana, Leo pun memiliki niat untuk menceraikan Olivia. Leo bukanlah pria selabil itu, yang dengan mudah mencampakkan seseorang. Tanpa alasan yang jeas. Riana hanya mengangkat bahu sebagai tanda tak peduli. “Aku senang, tapi hanya bisa menahannya dalam hati. Dia sangat kacau, entah apa yang terjadi. Leo tak pernah bersikap kasar pada wanita, dan saat itu aku melihat Leo mendorong Olivia hingga jatuh di lantai dan berlalu begitu saja dengan tanpa hati. Kupikir wanita itu pantas mendapatkan hal tersebut. Aku merasa kasihan padanya, tapi ... sepertinya aku juga lebih banyak menikmati penderitaannya,” Riana terkikik pelan. Namun kikikannya terhenti ketika matanya bertemu dengan manik Lita yang menatapnya lurus. “Kenapa? Apa aku terlihat tak punya hati?” Lita hanya diam. Sejujurnya ia terlalu sibuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya yang bermunculan tentang Leo. Bagaimana kabar tentang anak itu? Mendadak Lita ingin bertemu Leo. “Itu bukan apa-apa setelah apa yang dilakukannya pada Leo.” Riana membela diri. Kemudian matanya menyipit, mengunci bola mata Leo. “Dan ... sejak kembali ke rumah, ini pertama kalinya kau bertanya tentang Leo. Ada apa? Apa kau merindukan adik tersayangmu itu?” Lita mengembuskan napasnya dengan berat sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang. “Aku hanya tiba-tiba terpikir tentangnya. Sejak aku menikah, aku tak pernah lagi memperhatikannya. Kemudian setelah pertengkaran kami hari itu, kami tak pernah saling mengirim pesan. Aku merasa bersalah tidak bisa menjadi kakak ataupun sahabat yang baik. Keadaan Papa juga semakin memburuk.” Riana berpindah duduk di sisi Lita. Kemudian memeluk  dan menepuk pundak Lita ketika merasakan pundak Lita yang mulai turun. “Bukan kesalahanmu. Kupikir sekarang dia mendapatkan pelajaran yang setimpal. Dia memang butuh pelajaran yang sedikit keras untuk mengerti mana yang benar dan tidak.” “Dia adikmu.” Lita mengingatkan. “Cukup kau yang jadi kakak yang baik untuknya. Aku hanya perlu menjadi putri yang bisa diandalkan papa.” Lita hanya memutar matanya.   Sejak Mamanya dan Papa Rania dan Leo menikah, ialah yang menjadi sahabat sekaligus kakak untuk Leo. Ke mana pun ia pergi, anak itu pasti akan selalu mengekor di belakangnya. Bahkan di saat kencan pertamanya dengan kakak kelasnya bernama Rio ketika ia masih duduk di bangku SMA dan Leo masih duduk di bangku SMP, anak itu tak melewatkan mengabsen diri. Pada akhirnya, Rio memutuskannya karena tak suka dengan keberadaan Leo dan merasa telah mengencani janda beranak satu. Tersinggung, Leo pun menonjok wajah Rio dan membuat pria itu harus dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Kencan pertama dan terakhir kalinya. Setelah itu, satu-satunya manusia berjenis kelamin laki-laki yang ada di hidupnya selain Leo dan papa tirinya, adalah Samuel Evio. Mantan suami yang membuatnya merasa bersalah karena memilih pergi dari hidup pria itu. Sekilas kenangan buruk melintasi kepalanya, tapi ia berhasil mengalihkan pikiran negatifnya ketika menyadari tatapan Riana yang tampak intens mengamati raut mukanya. “Kenapa kau melihatku seperti itu?” Riana menggigit bibirnya, tampak ingin mengatakan sesuatu tapi memutuskan untuk diam lalu menggeleng. “Tidak ada. Cepatlah mandi, kita punya dua pertemuan. Sore dan malam sebelum menarik selimut. Aku berharap malam ini kita bisa tidur dengan nyenyak dan kembali ke rumah dengan keberhasilan.” Riana membanting tubuhnya di kasur. Meluruskan tulang punggungnya  dan mengerang nikmat. Lita mengembuskan napas berat dan panjangnya, sekali lagi menatap pesan di ponselnya dan segera menghapusnya. Berpikir mungkin Leo salah kirim. Lalu beranjak dari kasur dan bergegas ke kamar mandi.   *** 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Rewind Our Time

read
164.6K
bc

Give Love

read
23.1K
bc

I (don't) Love You [Indonesia]

read
32.5K
bc

Ineffable Cafune

read
23.7K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
118.6K
bc

Growing Pains || Indonesia

read
34.1K
bc

Sonja

read
33.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook