Ch.08 Tamu di Kamar Mandi

1576 Kata
Pertengkaran keduanya semakin memanas. Arka sudah kehabisan akal untuk mengajak istrinya menikmati bahasa cinta dalam hangatnya penyatuan dua tubuh mereka. Ia bahkan mulai menuduh Dyandra memiliki laki-laki lain di luar sana. “Terserah kamu saja, Mas!” “Jawab!” paksa Arka meminta sebuah kejujuran. Padahal, dia sendiri yang berselingkuh. “Tidak mau!” Dyandra melangkah, menjauhi suaminya. “Aku tidak perlu menjawab pertanyaan konyol ini! Kamu memuakkan, Mas!” “Siapa lelaki itu?” Arka menarik lengan Dyandra dengan keras. “Katakan! Siapa dia yang sudah membuatmu semakin dingin begini?” “Kamu sudah gila? Lepaskan aku!” tepis Dyandra mendorong tubuh Arka. “Lenganku sakit! Lepaskan!” “Tidak sebelum kamu bercerita, ada apa sebenarnya dengan dirimu? Siapa lelaki itu?” tuduh Arka terus menerus. “Kamu b******k!” jerit Dyandra memukul d**a Arka saking kesalnya. “Siapa lelaki itu?” “Tidak ada! Aku tidak selingkuh!” “Siapa lelaki itu!” bentak Arka menggelegar. “Tidak ada! Kamu memang b******k!” “Bohong! Kamu pembohong!” “Kamu itu yang pembohong, Arka Hasbyan! Kamu pembohong dan aku benci kamu!” teriak Dyandra hingga tenggorokannya sakit. “Kenapa kamu benci aku?” Arka terus memberondong dengan berbagai pertanyaan. “Apa salahku padamu?” Dyandra tertegun, terengah-engah, dan tak bisa menjawab pertanyaan penting itu. Hanya bayangan Cersey yang melintas, melayang-layang di pandang buramnya. Bisa-bisanya sang suami bertanya apa salahnya? Sesaat berpikir apakah lelaki itu sudah hilang akal sehat? ‘Dasar orang gila! Pembohong! Apa-apaan kamu bertanya salahmu apa, hah? Salahmu adalah karena kamu meniduri wanita lain, b******k!’ umpat Dyandra dalam hati sambil menatap tajam pada suaminya. “Ayolah, Dyandra! Jelaskan padaku ada apa denganmu!” bentak Arka semakin keras. “Aku mau pulang saja!” Dyandra menuju meja rias, mulai membereskan barang-barangnya. Arka menahan nafas berkali-kali. Ia ingin terus berteriak, tapi sepertinya tidak guna. Kalau pun ia bertanya, apakah karena Cersey, berarti sama saja ia mengakui perbuatannya dengan wanita sewaan mereka itu. “Kamu mau aku berbuat apa, Yank?” suara Arka sedikit menurun. Ia ingin mendapatkan kemesraan di sini, bukan pertengkaran. “Pergilah dari sini!” jawab Dyandra sekenanya. “Itu yang aku mau! Pergilah dari sini!” ulangnya menegaskan. Tertegun mendengar Dyandra mengusirnya. Raut wajah Arka terlihat hancur. “Baiklah kalau itu maumu,” sahut lelaki tampan itu menghela napas. Arka berjalan menuju tas besar yang ia bawa. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam situ. “Ini, untukmu,” ucapnya datar. “Dua tahun , ya … hampir dua tahun kamu selalu menolak sentuhan dariku. Tapi aku, masih selalu mencintaimu!” Sesaat kemudian, sosoknya telah menghilang dari kamar. Pergi ke luar, entah kemana. Meninggalkan Dyandra sendirian. Wanita itu mendekati kotak mungil berwarna biru tua dengan pita kecil di atasnya. Ada secarik kertas kecil yang terikat di dalam kotak itu. *** Dear Dyandra, my wife… . Perlahan tulisan tangan Arka mulai dibaca, dengan perasaan lirih dan sesak. Sejak mereka masih kuliah, Arka kerap mengirimkan kalimat-kalimat Indah untuknya. Kali ini, kalimat itu, terasa seperti sebuah sabotase. Iya, sabotase kepada batinnya sendiri yang tak lagi ingin dipuja. Semua sudah penuh kepalsuan bagi Dyandra. Akan tetapi, ia tetap membacanya. Cincin berlian ini untukmu. Sinarnya ‘kan mendampingmu. Bahkan, saat aku tak bersamamu, selalu kita akan bertemu dalam sinarnya yang indah. Maafkan aku, yang telah gagal menjadikanmu wanita terbahagia di dunia. Tolong, ijinkanlah aku masuk kembali ke dalam hatimu yang kini lebih senang menyendiri Dirimu selalu bersinar terang, menghangatkan hari-hariku. Kembalilah bersinar seperti dulu. Aku membutuhkan sinarmu, Dya tersayang. Aku sangat mencintaimu. Shine For Me, please. Dariku, seorang lelaki yang tidak bisa hidup tanpamu. Lemas sudah kaki Dyandra membaca untaian kalimat tersebut. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, sabotase pada diri sendiri. Ia terduduk di atas lantai, sambil memainkan cincin berlian bertuliskan huruf AD sebagai hiasan. Sama seperti yang ada di lehernya. Cincin itu yang barusan diberikan Arka kepadanya. Apalagi besok? Gelang berlian bertuliskan AD lagi? Atau anting berlian? Anting kanan huruf A, anting kiri huruf D? Dyandra menangkup kedua wajahnya dengan gerah. Apalagi yang akan Arka lakukan untuk menutupi kelakuannya berselingkuh dengan Cersey? Pekik batin Dyandra mengutuki keadaan saat ini. “DAMN YOU ARKA!” jeritnya sekeras mungkin. Ingin cincin itu ia lempar saja keluar jendela. Biar hilang ditelan embun pagi esok hari. Kalimat dalam tulisan Arka semakin membuatnya terpuruk. Memintanya bersinar kembali. Sementara yang dilakukan Arka justru membuat sinar kehidupan Dyandra semakin meredup. *** Memori Dyandra berkelana kembali. Memutar waktu dan mengingat proses mereka berkenalan dengan Cersey. “Aku mendapatkan sebuah nama, dari sesama pengikut program Surrogate Mother. Wanita ini adalah adik dari salah satu wanita yang sudah pernah menyewakan rahimnya,” ujar Dyandra berseri-seri menyodorkan sebuah foto wanita kepada Arka saat mereka makan malam beberapa bulan lalu. “Oh ya? Siapa namanya?” sahut Arka melirik acuh pada foto yang dibawa istrinya. “Yang penting dia sehat.” “Namanya Cersey. Dan dia akan datang ke rumah kita untuk wawancara hari Senin besok!” Dyandra menyeru tertahan. Ia sudah tidak bisa menahan rasa antusiasnya dalam mengikuti program Surrogate Mother. “Berapa usianya?” tanya Arka memperhatikan foto Cersey di atas meja. Sama sekali tidak terlihat tertarik kala itu. “Dua puluh lima tahun. Kata dokter, ini adalah usia yang sangat sempurna untuk hamil.” “Oke, suruh saja wanita ini ke rumah. Kita akan wawancara dia besok Senin,” tutup Arka. *** Suara pintu diketuk kencang membuat kesadaran Dyandra berangsur kembali. Wanita itu merasa berat untuk membuka matanya. Sangat malas membuka pintu kamar. Ia telah berangkat tidur tanpa tersadar. Dilirknya jam dinding. Pukul dua belas malam. Kemana Arka? Pikirnya dalam hati. Kembali suara ketukan terdengar. Lebih keras dari sebelumnya. “Bu Dyandra?” panggil seorang perempuan dari luar pintu. “Siapa ya?” seru Dyandra enggan membuka pintu. Ia takut kalau maling atau pencuri ada di baliknya. “Bu Udin ini, Bu! Pak Arka ada di luar sini. Buka pintunya, Bu!” jawab wanita yang menyebut dirinya Bu Udin. Dia adalah penjaga hotel. Mendengar Arka ada di luar pintu, Dyandra langsung berlari menuju pintu. Dikiranya Arka terluka atau ada sesuatu yang parah sehingga suaminya tidak bisa membuka pintu. “Arka!” seru Dyandra panik. Ternyata, disitulah Arka, sedang dipapah oleh Pak Udin. Suaminya tidak bisa membuka mata dengan jelas. Ia hanya meracau dan terus meracau, dengan bau alkohol yang sangat menyengat. “Pak Arka mabuk berat di lantai bawah, Bu. Semua persediaan minuman kerasnya sudah habis diminum,” cerita Pak Udin sambil membopong Arka masuk ke dalam kamar. Dyandra menelan ludah. Apa-apaan lagi Arka saat ini? Sudah lama suaminya itu tidak pernah mabuk berat seperti ini. Sepertinya, pertengkaran tiada akhir dengan Dyandra telah membuat kebiasaan Arka mabuk berat saat ada masalah kambuh kembali. Bapak dan Ibu Udin segera pamit keluar kamar, begitu mereka telah membaringkan Arka diatas ranjang. Dyandra mengambil handuk kecil lalu membasahinya dengan air hangat dari dispenser air mineral di pojok ruangan. Perlahan ia menyeka wajah Arka yang penuh dengan sisa minuman keras. “Dyandra?” racau Arka berusaha keras membuka matanya. Bereaksi saat merasakan wajah diseka benda hangat. “Iya, ini aku. Sudah, tidurlah,” jawab Dyandra pelan. “Jangan tinggalkan aku!” isak Arka seperti anak kecil. “Ya, ya, sudahlah. Tidur saja, Arka. Kamu mabuk,” gumam Dyandra menghela napas lelah. Setelah wajah Arka bersih, ia perlahan melepas kaos lelaki tersebut. Terlihatlah d**a bidang yang dulu sangat ia gandrungi. Betapa ia sangat senang menyandarkan kepalanya di sana. Disentuhnya bagian tubuh itu dengan penuh perasaan yang tidak jelas. Antara kekecewaan, kehilangan, rindu, dan benci menjadi satu. Tidak memungkiri bahwa juga ada … cinta. Arka telah memakai atasan yang bersih, yang telah dipakaikan oleh istrinya. Dimana sang istri kini bingung, apakah ia harus mengganti celananya pula, atau cukup sampai kaosnya saja. Akhirnya, pilihannya jatuh pada mengganti seluruh pakaian Arka dengan pakaian yang bersih. Ia merasa tidak tega melihat suaminya tidur dengan kondisi bawahan serba kotor. Perasaan risih menjalar saat Dyandra mengganti celana terdalam milik suaminya. Selama bertahun-tahun, ia sudah sangat sering memandangi kejantanan Arka. Namun kali ini, jantung Dyandra berdetak keras, saat jemarinya perlahan menurunkan celana dalam lelaki di atas ranjang tersebut. Ia berharap Arka tidak akan membuka mata lalu melihat apa yang sedang ia lakukan. Alangkah konyolnya, bila kemudian ia ketahuan sedang memandangi sesuatu yang selama sepuluh tahun terakhir menjadi miliknya sendiri untuk dinikmati tanpa berbagi dengan siapa pun, seperti sekarang ini. Dyandra terus memandangi junior suaminya. Pikirannya menggila. Membayangkan bagaimana posisi Cersey ketika dimasuki oleh Arka? Apakah rasanya sama nikmat dengan ketika ia yang disetubuhi? Apakah wanita itu bisa mencapai puncak? Lebih nikmat mana untuk Arka? Ia atau Cersey? Gila! Ini semua pikiran gila! Dyandra berhenti menyiksa diri dan langsung menyeka air mata yang turun tanpa ia sadari. Diambilnya langsung pakaian bersih kemudian ia pakaikan di tubuh Arka. Udara malam yang semakin dingin segera membuat mata Dyandra ingin cepat menutup kembali. Ia kecup penuh rasa pedih pipi Arka. Hatinya hancur karena masih sangat mencintai lelaki itu. *** Siraman air panas dari shower membuat kepala Dyandra terasa lebih ringan. Ia menikmati sekali mandi dibawah pancuran air panas seperti pagi ini. Bayangan kejadian semalam, saat ia mengganti pakaian Arka secara keseluruhan kembali menyeruak. Betapa d**a Arka membuatnya ingin membenamkan diri didalam pelukan sang suami. Kemudian terutama, saat ia memandangi pusat kenikmatan milik Arka. Biar bagaiamana pun juga, Dyandra masih wanita biasa, yang hatinya bisa terombang-ambing dalam cinta dan benci. Wanita yang logikanya bisa terbutakan oleh dorongan impulsif dari dalam dirinya. Suara pintu kamar mandi terbuka. Dyandra menoleh sangat kaget. Rupanya ia lupa mengunci pintu kamar mandi. Masuklah Arka, dengan tatapan penuh kerinduan padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN