bc

RAHIM PENGGANTI

book_age18+
1.6K
IKUTI
12.0K
BACA
billionaire
HE
opposites attract
drama
bxg
campus
city
like
intro-logo
Uraian

"Ah, Mas! Yes, aku ... ah!" Suara desahan dari seorang wanita terdengar nyaring di telinga Dyandra Sarawati. Ia sedang berada di depan sebuah kamar tidur, di lantai satu rumahnya sendiri.Di dalam sana, ada wanita yang sedang ia sewa untuk mengandung buah hatinya, karena vonis mandul telah diberikan sekitar dua tahun lalu. Iya, Dyandra tak akan pernah bisa memiliki seorang anak dari rahimnya sendiri.Bersama Arka Hasyban sang suami, ia memutuskan untuk mengikuti program di Amerika Serikat bernama Rahim Pengganti, atau istilah medisnya Surrogate Mother.Wanita yang dipilih ternyata adalah wanita yang malam ini sedang berpeluh bersama suaminya sendiri, di lantai satu rumah mereka. Hancurkah Dyandra? Tentu saja!Akan tetapi, ia bertekad untuk diam hingga sang bayi lahir dengan selamat. Hanya saja, mampukah ia diam dengan penderitaan dan kenyataan bahwa suaminya bercinta dengan wanita lain di atas atap yang sama?Dan jika sebuah pekerjaan Dyandra membuatnya bertemu dengan lelaki lain, ke mana hatinya akan berlabuh?Happy Reading Everybody! Jangan lupa siapkan tissue yang banyak, ya! :)

chap-preview
Pratinjau gratis
Ch.01 Suara Misteri Tengah Malam
‘Mas Arka pergi lagi dari ranjang dengan diam-diam! Apa dia mendatangi wanita itu lagi di bawah?’ Dyandra Saraswati sudah terlalu sering menemukan suaminya mengendap-endap di malam hari, turun dari peraduan. Berbagai dugaan juga telah cukup lama menghantui. Sekarang, ia memutuskan untuk berbuat sesuatu! Langkah kaki tanpa suara diambil oleh Dyandra malam ini. Ia memutuskan untuk mencari kebenaran dari kecurigaannya selama satu minggu terakhir. Sudah terlalu sering suaminya menghilang dari ranjang mereka antara jam satu sampai dua pagi ketika ia sedang tertidur lelap. Kuatkan dirimu, Dyandra! Semua harus jelas malam ini! Ia berusaha menguatkan batinnya. Apa pun yang terjadi akan dihadapi dengan sekuat tenaga. Namun, detak jantung saat ini semakin kencang seakan hendak melompat jauh, pergi dari badannya. Langkah demi langkah dijalani oleh Dyandra menuruni tangga beroles pualam, di rumah megah nan mewah milik keluarga besar Arka Hasbyan, sang suami. Kemudian ia berlanjut, berjingkat menuju kamar tamu di sisi selatan bangunan yang saking besarnya, bisa disamakan dengan sebuah istana ini. Lampu hias teramat megah tergantung di langit-langit rumah dengan cantik meski dalam keadaan padam. Lukisan di atap yang mirip dengan museum-museum seni di Eropa terlihat sangat indah apabila lampu tersebut menyala. Dengan berjalan sepelan mungkin tanpa suara, ia semakin mendekati kamar tamu. Napas Dyandra terhenti sekian detik saat telinganya mendengar apa yang ia yakini sebagai kebenaran. “Aaaah, Mas Arka, enak sekali, Mas! I Love You!” desah seorang perempuan. Meracau, memanggil nama suami tercintanya. “Almost there, Cersey! Almost there!” Suara Arka terdengar sangat menikmati kegiatan yang sedang ia lakukan. Erangan silih berganti terdengar dari balik pintu kamar perempuan bernama Cersey Avriana. Dia adalah seseorang yang kini telah hadir dalam rumah tangga Dyandra. Seseorang tang kini telah hadir di pelukan sang suami. “Yeeesssss, Cersey!” pekik Arka dilanjutkan dengan erangan panjang. Dyandra hafal kebiasan suaminya, yang juga sering mengucapkan hal sama persis kepada dirinya, saat mereka sedang bercinta. Arka akan meneriakkan kata ini saat mencapai puncak bercinta, klimaks! Nafas Dyandra tersengal-sengal. Ia dalam kondisi syok. Matanya terbelalak. Kedua tangan menutup mulut sendiri agar tidak mengeluarkan suara-suara yang bisa terdengar oleh dua love bird di dalam kamar. Kini kakinya mulai terasa lemas dan berat untuk melangkah. Bahkan, tulang-tulang seolah tidak mampu lagi menopang berat badannya. Sementara itu, ia harus segera kembali ke kamar tidur lalu berpura-pura seakan semua tidak terjadi. Terlalu lama berada di luar kamar akan semakin meningkatkan resiko Arka mengetahui keberadaannya malam ini. Dengan segenap tenaga dan kekuatan yang masih tersisa, Dyandra berusaha menyeret badan, dan juga hatinya untuk segera beranjak dari situ. Satu langkah demi satu langkah sampai ia bertemu dengan tangga megah itu lagi. *** Begitu tangannya membuka pintu kamar tidur ia langsung menuju pemberhentian utama yaitu kamar mandi. Ia merasa air mata akan segera tumpah saat itu juga. Dyandra mengunci diri dan duduk di dalam bak mandi yang biasa ia gunakan sebagai tempat merendam tubuh, melepas lelah. Bak mandi itu kering tidak ada airnya sama sekali. Ia hanya duduk di situ, tanpa bisa berpikir apa-apa. Hatinya hancur lebur dimana serpihan asa itu telah menjadi sangat kecil sehingga bisa terbawa oleh angin yang bertiup sendu. Namun, hal aneh terjadi. Air mata sama sekali tidak ada yang menetes dari pelupuk matanya. Hanya saja, tangan Dyandra terus bergetar dengan hebat. Paha mulus miliknya kemudian ia rapatkan di d**a. Kepala lalu ditundukkan perlahan sampai menyentuh lutut. Tangan yang bergetar tadi, dilingkarkan di depan kakinya. Dyandra terus berada dalam posisi ini sampai hampir tiga puluh menit ke depan. Setiap tangannya akan bergetar lebih hebat dari sebelumnya, ia segera menekankan lingkar tangan di lutut kemudian memaju mundurkan tubuhnya agar bisa mendapat ketenangan kembali. Duduk memeluk diri sendiri, pemandangan apa yang lebih menyakitkan daripada ini? Tenggelam, laut yang bergejolak kian menyeret ke palung terdalam. “Dyandra? Kamu di dalam?” Suara Arka tiba-tiba memanggil. Dia sudah kembali memasuki kamar tidur. “Dyandra?” panggil Arka mengulangi, karena tidak ada jawaban dari istrinya. Arka mengetuk pintu kamar mandi tetapi tetap Dyandra enggan menjawabnya. Akhirnya sang suami berusaha membuka paksa pintu kamar mandi. Suara gemeretak pegangan pintu berkali-kali dibuka terdengar berbarengan dengan tubuh Arka menghantam pintu kamar mandi. “Dyandra? Kamu sedang apa di dalam?” teriaknya mulai panik. Dyandra! Kuatkan dirimu! Ayo jawab suamimu itu! Batin wanita tanpa anak mulai berpikir untuk menjawab dan menghentikan suami mendobrak pintu. “A-a-aku … uhm, aku. .. sa-sakit perut, Mas!” seru Dyandra berhasil bersuara. Memberi alasan sekenanya. “Biarkan aku sendiri di sini! Sepertinya aku diare!” “Kamu baik-baik saja? Mau ke dokter? Aku bangunkan Pak Gito, ya?” Suaminya masih sangat perhatian, meski ia baru saja meniduri wanita lain di bawah sana. “Tidak, Mas! Aku baik, kok!” tolak Dyandra. “Sudah, biarkan aku sendiri!” Ia memejamkan mata dan berasa menelan pil pahit berkali-kali di tenggorokannya. Kalimat-kalimat kekuatan ia gaungkan di batin. Akhirnya Arka berhenti bertanya. Terdengar langkah kakinya menjauh dari pintu kamar mandi. Sesaat kemudian terdengar ia sedang menaiki ranjang. Dyandra masih merasakan tangannya bergetar, namun sudah tidak sehebat sebelumnya. Perlahan tapi pasti, ia berhasil menguasai diri dan kembali tenang. Sekitar sepuluh menit kemudian, wanita berusia tiga puluh tahun itu keluar kamar mandi. Dipandangnya Arka –sang suami– yang sangat ia cintai. “Kamu dari mana barusan, Mas Arka?” tanya Dyandra berusaha menahan suaranya agar tetap tenang. “Aku lapar, jadi aku makan di dapur,” sahut Arka memandangi wajah Dyandra tenang tanpa ada kegelisahan sedikit pun. Dengan santai berbohong, bahkan tersenyum. Ke mana hati lelaki ini? “Wajahmu pucat sekali. Benar kamu tidak apa-apa? Apa kita ke dokter saja malam ini?” Tangan hangat Arka menyentuh pipi istrinya yang sedingin embun malam. Reflek karena merasa jijik dengan tangan itu membuat Dyandra melengos. Wajah spontan menghindari sentuhan jemari Arka. Batinnya menangis karena mengetahui tangan itu baru saja menyentuh bagian sensitif wanita lain secara sadar dan atas keinginan sendiri. “Ada apa?” tanya Arka heran mendapati perubahan pada Dyandra. Mata suaminya itu tajam menatap seakan menembus ke sanubari terdalam. “Eh, tidak ada apa-apa. Aku masih tidak enak badan. Aku mau tidur saja,” kelit Dyandra segera menaiki ranjang, lalu membelakangi lelaki yang telah menjadi imamnya selama sepuluh tahun terakhir. Ia lebih baik menghadap tembok daripada menatap wajah penuh dusta di sampingnya. “Selamat tidur, Yank,” ucap Arka mencium pipi Dyandra. Rutinitas yang selalu mereka lakukan sebelum tidur. Memanggil dengan sebutan kesayangan. Sungguh, lelaki ini pandai berdusta! Ingin Dyandra kembali ke kamar mandi lalu mencuci wajahnya sebanyak seratus kali. Bibir suaminya itu adalah hal yang paling memuakkan untuk dirinya saat ini. Sebuah bibir yang mengucapkan banyak kebohongan. Sebuah bibir yang sudah melanglang buana, menikmati tiap inchi tubuh wanita lain. *** “Maaf Bu Dyandra. Hasil pemeriksaan menunjukkan rahim anda memiliki kelainan pada bagian tuba falopi. Hal ini membuat anda kesulitan memiliki anak.” Berita itu menghantam keras sekali bagai petir di siang bolong, membumi hanguskan semua impian Arka dan Dyandra. Suara dengungan tinggi melengking terdengar begitu menyakitkan di telinganya. Delapan tahun berumah tangga, tanpa memiliki keturunan, membuat mereka memeriksakan kondisi kesuburan masing-masing. Mendapat hasil akhir berupa berita seperti itu, serasa hancur hidup Dyandra. Sebagai seorang wanita, ia tidaklah sempurna. “Lalu garis keturunan kamu bagaimana? Siapa penerus kerajaan bisnis papamu?” sinis Moeryati, ibunda Arka, begitu mendengar kondisi menantunya yang dinyatakan … mandul. Kejadian dua tahun lalu itu masih teringat jelas di ingatan Dyandra. Betapa mertuanya pada saat itu memandang dengan rendah seolah dirinya hanyalah seonggok sampah. Kini memori itu kembali menyeruak perlahan pada malam pilu yang telah menjelang pagi ini. Malam dimana ia tidak bisa memejamkan mata, tanpa mendengar desahan Cersey memanggil-manggil nama suaminya penuh kenikmatan. Sampai bunyi alarm kemudian menghentak pada pukul lima pagi, Dyandra tetap tidak dapat tertidur. Diliriknya Arka, yang masih mendengkur nyenyak di sampingnya. Wajah suaminya itu terlihat tampan saat tidur. Begitu tenang dan damai meski telah berkhianat dengan sengaja. Tanpa suara, Dyandra menuruni ranjang. Ia melangkah menuju sebuah pintu di pojok ruang kamar. Deretan baju, tas, sepatu, dan berbagai aksesoris terlijat berjejer rapi saat pintu dibuka. Itu adalah ruang pakaian Dyandra yang terdiri dari ratusan barang bermerek terkenal dan mahal. Ia mengganti gaun tidur dengan satu stel pakaian olah raga. Rambut lurus hitam indah sepunggung miliknya, dikuncir membentuk ekor kuda. Sebuah sepatu berlari ia keluarkan dari dalam lemari kaca yang berisi puluhan pasang sepatu aneka model dan merek. Setelah membasuh wajah di kamar mandi, Dyandra bersiap untuk memulai rutinitas lari paginya. Tanpa memperhatikan ranjang ia langsung berjalan menuju pintu kamar. “Sudah mau lari?” tanya Arka yang ternyata sudah bangun. Ia memandangi istrinya yang hendak pergi jogging. Dyandra tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, tanpa melihat Arka. Jemari lentiknya mulai memutar daun pintu. “Ciumanku mana? Lupa, ya?” rajuk Arka segera turun dari ranjang sambil menyodorkan bibirnya untuk di kecup. Mati aku! Celaka tiga belas! Kenapa dia tidak tidur saja? Pakai acara minta cium seperti biasa, seperti tidak ada apa-apa? Minta cium sama gundikmu di bawah sana! Dyandra menjerit, memaki suaminya dalam hati. “Aku sudah kesiangan,” tolak Dyandra belum mampu menguasai perasaannya seratus persen. Arka segera berlari kecil menuju pintu kamar, lalu menghalangi Dyandra untuk keluar. Tatap lekat kembali hadir. “Ada apa denganmu, Yank?” Arka memandang antara heran dan curiga. “Kenapa sejak semalam seperti enggan sekali kusentuh?”

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook