Bab 2

1413 Kata
Bab 2 Zeline membuka matanya dengan pelan lalu berusaha untuk mengumpulkan kekuatannya ketika dia menyadari jika hari sudah terlalu siang untuk bermalas-malasan. Astaga, Zeline akan mendapatkan masalah besar jika dia tidak segera bangun dan bersiap. Hari ini seharusnya Zeline bangun lebih awal karena dia akan melakukan pemotretan di tempat yang cukup jauh dari rumahnya. Zeline tidak bisa menyalahkan siapapun karena memang di rumah ini tidak ada orang yang berani membangunkan dirinya yang sedang tertidur. Sekarang Zeline harus menghadapi masalah besar karena hal itu. Alina, managernya itu akan marah besar ketika tahu keadaan Zeline saat ini. Ya, sebenarnya wanita yang usianya terpaut lima tahun lebih tua darinya itu bertanggung jawab penuh atas masalah yang terjadi pagi ini. Alina membuat jadwal pemotretan yang cukup panjang untuk Zeline lakukan sehingga ketika pulang ke rumah, Zeline benar-benar merasa sangat kelelahan. Zeline menghembuskan napasnya dengan pelan lalu mencoba bangkit berdiri dan mulai bersiap untuk berangkat bekerja. Zeline mungkin akan terlambat, tapi Zeline tetap harus berangkat bukan? “Selamat pagi, nona” Zeline tersenyum sambil menganggukkan kepalanya ketika mendengar beberapa orang pelayan yang langsung mengucapkan salam kepadanya ketika dia keluar dari kamar setelah selesai mandi. “Apa yang nona inginkan pagi ini? Tuan dan Nyonya sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu, Nona” Kata Bi Ani, pelayan yang dikhususkan untuk melayani Zeline ketika di rumah. Zeline menghembuskan napasnya dengan pelan. Orang tuanya memang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga Zeline jadi sangat jarang bertemu dengan mereka. Ya, Zeline juga menyadari keadaannya sendiri. Zeline juga memiliki kesibukan yang sama jadi tentu saja dia tidak bisa menyalahkan orang tuanya saja dalam keadaan ini. Sejujurnya, Zeline sangat membenci keadaan dimana dia harus kembali menerima kenyataan jika hubungan antar anak dan orang tua di rumah ini sangat menyedihkan. Dalam satu bulan, pertemuannya dengan orang tuanya bisa dihitung dengan jari. Ya, begitulah.. Zeline memang sudah terbiasa menerima semua ini, tapi Zelien tetap saja merasa sedih ketika dia menyadari jika sarapan pagi ini harus kembali dia lakukan sendirian seperti biasanya. Sebenarnya jam berapa orang tuanya berangkat bekerja? Zeline ingin bangun lebih awal agar dia bisa bertemu dengan orang tuanya yang sebenarnya sangat jarang menetap di negara ini. Mereka sering kali melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa Zeline ketahui. Ya, mereka bisa saja sarapan di Indonesia, makan siang di Amerika lalu makan malam di Korea selatan. “Aku tidak akan sarapan pagi ini. Tolong bawakan s**u coklat hangat di botol minumku. Juga suruh sopir untuk segera bersiap karena aku akan langsung berangkat” Kata Zeline sambil tersenyum. “Nona mau saya bawakan roti isi?” Tanya Bi Ani. Zeline menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak, saat ini Zeline tidak boleh terlalu banyak makan karena Alina pasti akan mengomel seharian jika dia tahu berat badan Zeline kembali naik karena sering sarapan roti isi. Zeline tahu jika ini semua adalah konsekuensi atas profesi yang dia jalani, tapi sekarang semuanya terasa benar-benar menyebalkan. Zeline merasa jika tubuhnya bukanlah miliknya. Segala hal di dalam hidupnya harus diatur oleh Aline seakan wanita itu adalah orang yang berkuasa atas Zeline. Ya, Zeline mengerti jika selama ini Alina hanya menginginkan segala hal yang berbaik untuk dirinya, tapi Zeline sering merasa jika wanita itu terlalu berlebihan. Zeline menghembuskan napasnya dengan pelan sambil menuruni tangga rumahnya. Hari yang padat sedang menanti Zeline saat ini, sekalipun tahu jika hari ini dia akan melakukan pemotretan yang menguras energi, Zeline tetap tidak bisa makan apapun. Mungkin Alina baru akan mengizinkan Zeline makan selembar roti ketika Zeline sudah pingsan karena kelaparan. Sudahlah, Zeline terlalu banyak menyalahkan Alina padahal wanita itu selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya. Bukankah seharusnya Zeline berterimakasih karena selama ini Alina mau membantunya dalam mengurus segala pekerjaan Zeline? “Ini s**u coklat hangat yang anda minta, nona” Kata Bi Ani sambil menyerahkan botol besar berisi s**u coklat. Zeline menerima botol itu sambil tersenyum. “Sejujurnya ini terlalu besar, Bibi” Kata Zeline sambil tetap tersenyum. “Anda tidak pernah sarapan apapun. Jika anda hanya menginginkan s**u coklat, anda harus menghabiskan s**u itu agar tetap memiliki energi untuk bekerja” Kata Bi Ani. Sejujurnya pelayan yang satu itu memang sudah mengurus segala hal yang Zeline butuhkan di rumah ini sejak dia masih kecil. Zeline tahu jika pelayan itu sangat menyayangi dirinya, juga sangat perhatian padanya. “Baiklah, terima kasih kalau begitu. Aku harus cepat berangkat karena aku sudah sangat terlambat” Kata Zeline sambil kembali melangkahkan kakinya ke arah pintu rumahnya. Di depan pintu sudah ada dua orang pelayan yang tersenyum padanya sambil membungkukkan badan seakan mereka sedang memberikan hormat kepada Zeline. Seperti yang biasa Zeline lakukan, dia hanya bisa tersenyum dengan sopan untuk membalas mereka semua. Sejujurnya Zeline juga tidak pernah hafal dengan nama mereka semua. Zeline hanya dekat dengan Bi Ani karena memang hanya wanita itu yang merawatnya sejak dia masih kecil. Entahlah, Zeline rasa dia jauh lebih dekat dengan Bi Ani dibandingkan dengan ibunya sendiri. Keadaan di zaman sekarang memang cukup mengerikan. Zeline tidak mengerti kenapa dia malah jauh lebih dekat dengan pengasuhnya dibandingkan dengan orang tuanya. Dulu Zeline sering melihat teman-temannya yang datang ke sekolah bersama dengan orang tua mereka. Benar, Zeline merasa iri dengan teman-temannya di taman kanak-kanak. Zeline kecil yang naif dan tidak tahu apapun. Saat ini Zeline memang sudah terbiasa dengan keadaan yang ada. “Selamat pagi Pak..” Sapa Zeline ketika dia masuk ke dalam mobil miliknya. Hari ini Zeline memang harus melakukan pemotretan dengan teman alam sehingga dia harus datang ke lereng gunung yang ada di pinggir kota. Entahlah, Zeline pasti akan diomeli oleh Alina karena dia datang terlambat. “Selamat pagi, Nona. Hari ini kita akan melakukan perjalanan jauh? Apakah Nona sudah siap?” Tanya Pak Arman, sopir Zeline sejak dia masih balita. “Apakah Alina sudah mengirimkan alamatnya pada bapak? Apa dia marah-marah karena saya terlambat?” Tanya Zeline dengan perasaan was-was. Masalahnya Zeline mengenal Alina dengan sangat baik. Wanita itu pasti akan marah pada siapapun orang yang bicara dengannya jika dia sedang berada di keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini, Zeline yang bertanggung jawab karena memang dia yang bangun terlambat, Zeline khawatir jika sopirnya yang harus menerima amarah Alina. “Seperti biasa dia akan mengomel panjang lebar. Sebenarnya saya senang jika diomeli seperti itu. selama bekerja dengan Nona, saya sama sekali tidak pernah diomeli oleh siapapun” Zeline tertawa ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh Pak Arman. Astaga, Zeline sama sekali tidak mengira jika pria itu akan mengatakan kalimat yang mengejutkan. “Baiklah kalau begitu, Pak. Kita berangkat sekarang saja karena saya sudah terlambat. Tolong jalan sedikit cepat ya pak..” Kata Zeline sambil tersenyum. Sebenarnya, Zeline tidak pernah mengomel pada siapapun yang bekerja padanya karena Zeline merasa berhutang budi pada mereka semua. Bayangkan saja, sejak Zeline bangun tidur hingga dia kembali memejamkan matanya, ada banyak sekali orang yang membantu dirinya. Sejak Zeline masih bayi, hanya ada para pelayan saja yang akan merawatnya sementara ibunya sibuk dengan dunianya sendiri. Zeline juga selalu diantar ke sekolah oleh sopir. Tidak seperti teman-temannya yang akan pergi ke sekolah bersama dengan orang tua mereka. Zeline merasa ketakutan jika dia harus kehilangan orang-orang yang selama ini dekat dengan dirinya. Zeline menyayangi mereka layaknya keluarga sendiri karena memang selama ini mereka membantu Zeline dengan tulus hati. “Nona baru pulang pukul 3 pagi, seharusnya Nona Aline memaklumi jika Nona datang terlambat” Kata Pak Arman. Zeline menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dalam dunia ini tidak ada kata maklum di dunia pekerjaan. Apapun yang terjadi pada Zeline di hari kemarin, tidak akan ada orang yang mempedulikan. Semua orang hanya menuntut Zeline untuk terus bersikap sempurna karena memang begitulah pekerjaan yang Zeline jalani. Zeline mungkin lelah dan mengantuk, tapi Zeline tetap harus tampil sempurna di depan kamera. Semua orang di dunia ini juga akan merasa lelah jika bekerja dengan keras. Zeline tahu akan hal itu. Oleh sebab itu, sekeras apapun tekanan yang diberikan kepadanya, Zeline sama sekali tidak pernah mengeluh. Bagi Zeline, di dunia ini semua orang memiliki tekanan masing-masing, semua orang memiliki masalah yang berbeda. “Alina akan marah besar jika saya mengatakan itu, Pak” Kata Zeline dengan pelan. “Sebenarnya Nona tidak perlu melakukan semua ini..” Terdengar dengan jelas jika Pak Arman merasa sedih karena dia yang selalu menjadi saksi bagaimana keadaan Zeline ketika pulang bekerja. Zeline sangat lelah tapi keesokan harinya Zeline dituntut untuk tampil sempurna lagi. “Iya, semua orang juga berpikir begitu. Orang tua saya memang sangat kaya, Pak. Tapi bukan uang mereka yang saya inginkan. Bekerja di luar rumah membuat saya melupakan fakta jika orang tua saya tidak pernah peduli pada hidup saya”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN