Bab 41

2180 Kata
“Aku mendengar jika kamu bertengkar dengan Alina. Apakah itu benar, Zeline?” Kinara tidak percaya jika kabar pertengkarannya dengan Alina bisa sampai ke telinga Dareen bahkan ketika ia belum bercerita kepada pria itu. “Dari mana kamu tahu?” Perlahan Kinara memang mulai terbiasa dengan keberadaan Dareen. Mereka tidak sering bertemu seperti pasangan kekasih pada umumnya, tapi sore ini Dareen tiba-tiba datang ke rumahnya. Ah, rumah Zeline. “Aline menghubungiku dan menceritakan semuanya kepadaku.” Dareen menjawab dengan tenang. Ternyata Alina memang memiiki sifat yang sangat menyebalkan. Bagaimana bisa ia mengadu kepada kekasihnya? Kinara tidak percaya jika perempuan itu masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Tidak bisakah mereka menyelesaikan masalah tersebut tanpa perlu perantaran orang lain? Alina sempat mengancam dengan membawa nama ibunya Zeline, lalu sekarang Kinara mendapati jika Alina mengadu kepada Dareen. “Oh ya? Apa saja yang ia katakan?” Kinara memotong daging yang ada di hadapannya dengan sangat perlahan. Selain makanan laut, Kinara sangat menyukai daging. Biasanya ibunya akan memasak makanan laun dan daging sapi saat ia berulang tahun. Tapi ketika menjadi Zeline, Kinara tidak perlu menunggu hingga harus ulang tahunnya. Di rumah ini Kinara bisa makan daging sepuasnya. Astaga, kenapa Kinara harus memikirkan keluarganya? Dia mendapatkan kehidupan yang menyenangkan di rumah Zeline, dia tidak perlu memikirkan hal-hal yang tidak penting. “Banyak. Dia mengatakan jika kamu berubah.” Dareen menatap Kinara dengan serius. “Kamu percaya padanya?” Kinara meletakkan pisau dan garpu yang ia genggam. Dibandingkan dengan makanan yang ada di hadapannya, pembicaraan dengan Dareen terasa jauh lebih menarik. “Selain tentang kebiasaan makanmu yang lebih tinggi beberapa hari ini, aku tidak merasakan berubahan lainnya.” Dareen memberikan pengakuan. Kinara mengangguk dengan pelan. Tanpa sadar, Dareen telah mengatakan jika ia juga merasakan perubahan di diri kekasihnya seperti yang dikatakan oleh Alina. Kekasih.. pantaskah Kinara disebut sebagai kekasih Dareen? Statusnya sangat menggantung saat ini. Sebagai seseorang yang berkuasa di atas tubuh Zeline, sepertinya wajar jika Kinara disebut sebagai kekasih Dareen. Namun sepanjang yang Dareen tahu, perempuan yang sedan duduk di hadapannya adalah Zeline, bukan Kinara. Sekali lagi Kinara harus menegaskan bahwa satu-satunya yang Dareen anggap kekasih adalah Zeline, bukan Kinara. “Apakah aku terlihat aneh?” Tanya Kinara. “Tidak, tentu saja tidak. Kenapa kamu harus terlihat aneh, Zeline?” “Karena aku memang aneh?” Kinara ikut mengajukan pertanyaan. “Aku mengatakan kepada Alina jika kamu sedang dalam kondisi yang belum sepenuhnya pulih. Wajar jika kamu marah ketika ia melarangmu istirahat dan duduk untuk sesaat. Aku sudah sering memperingatkan kamu tentang Alina tapi selama ini kamu selalu mengatakan jika kamu tidak keberatan dengan perlakuannya.” Bagaimana mungkin Zeline tidak pernah keberatan dengan perlakuan Alina? Baru satu pekan berlalu sejak Kinara mengenal perempuan itu, tapi dia merasa sangat muak dengan semua aturan dan kalimatnya yang menyakitkan. Alina tidak bisa menghargai orang lain, dia terlalu keras dalam memberikan aturan. Entah kenapa Kinara merasa jika Alina merasa iri dengan pencapaian Zeline. Dia berusaha menyiksa Zeline dengan jam kerja panjang yang sangat berat. Entah apa yang ada di dalam pikiran Zeline hingga ia tidak pernah merasa keberatan dengan peraturan wanita itu. “Jadi.. apa yang harus kulakukan?” Tanya Kinara. “Kamu yang selalu memutuskan apa yang harus kamu lakukan. Aku sama sekali tidak berhak menentukan pilihanmu.” Dareen menggenggam tangannya sambil tersenyum. Kinara termenung. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Zeline jika ia berada di dalam posisi yang sulit seperti ini? Apakah dia tetap bertahan atau dia memilih untuk mengambil keputusan yang lain? Kinara tidak ingin menghancurkan kehidupan Zeline. Sekalipun sekarang dia memiliki hak untuk mengambil keputusan sebagai Zeline, ia tetap merasa ragu. Bagaimanapun juga Kinara hanya seseorang yang secara tidak sengaja menukar kehidupannya dengan Zeline. Awalnya semua berjalan dengan lancar, tapi hari demi hari Kinara semakin mengetahui rumitnya kehidupan Zeline. Tanpa pernah Kinara sadari sebelumnya, ternyata Zeline juga memiliki banyak masalah dalam hidupnya. “Oh ya, aku lupa mengatakan padamu jika Kak Dania akan segera pulang ke Indonesia. Jika kamu memiliki waktu, bisakah ikut denganku untuk menjemputnya di bandara?” Kinara mengerjapkan matanya. Siapa kak Dania? Apakah dia kerabat Dareen? “Em, ten—tentu. Tentu saja aku akan ikut denganmu. Kapan kita akan ke bandara?” Tanya Kinara dengan antusias. Ia masih belum tahu siapa Dania yang Dareen maksud, tapi sepertinya Zeline akan menunjukkan sikap antusias ketika diajak oleh kekasihnya untuk menjemput seseorang. “Mungkin sekitar pukul 10 pagi. Apakah kamu memiliki jadwal pemotretan besok pagi?” Kinara kembali memberikan tatapan ragu. Siapa yang peduli dengan jadwal pemotretan? Jika Alina belum datang dan memohon maaf kepadanya, maka Kinara tidak akan datang ke studio. “Tidak ada. Aku tidak mengambil pemotretan untuk sementara waktu. Kurasa aku masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diriku.” “Bagaimana jika besok kita mengunjungi Kinara sebelum menjemput kakakku? Kurasa akan menyenangkan jika kita bisa mengajaknya bertemu dengan kakakku. Cerita penyelalamatan yang dilakukan oleh Kinara beberapa minggu lalu pasti membuat kakakku merasa kagum.” Senyum di wajah Kinara memudar seketika. Bertemu dengan Kinara? Maksudnya, dia akan bertemu dengan dirinya sendiri? Bertemu dengan Zeline? Apa yang harus Kinara lakukan ketika ia bertemu dengan Zeline yang sedang berstatus menjadi dirinya? Zeline berada di dalam diri Kinara sementara Kinara berada di dalam dirinya? Bukankah akan sangat aneh jika mereka bertemu? “Sudah sangat lama kita tidak bertemu dengan Kinara, bukan? Mungkin dia sudah bisa berjalan dengan lancar saat ini.” Kinara bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah selama ini Dareen sering membicarakan dirinya dengan Zeline? Lalu apa jawaban yang akan diberikan oleh Zeline ketika kekasihnya membicarakan perempuan lain? “Haruskah kita mengajak Kinara?” Tanya Kinara. Dareen mengernyitkan dahinya. “Kenapa tidak?” Kinara mengendikkan bahunya. Ia merasa tidak yakin dengan jawaban yang akan ia katakan. “Mungkin.. mungkin dia akan menolak kunjungan kita seperti saat kita datang untuk membawanya ke rumah sakit?” Rasanya Kinara ingin menghilang saat ini juga. Rasanya sangat aneh ketika dia harus membicarakan dirinya sendiri. “Mungkin iya, tapi tidak ada salahnya jika kita mencoba menjenguknya. Kak Dania ingin bertemu dengan seseorang yang sudah menyelamatkan anjingnya.” Kinara merasa menyesal karena ia terlanjur menerima ajakan Dareen. Untuk saat ini, sepertinya Kinara masih belum siap bertemu dengan Zeline. Kira-kira bagaimana perasaan Zeline jika ia melihat kekasihnya akrab dengan perempuan lain yang sekarang sedang berpura-pura menjadi dirinya? Tidak, tentu saja Kinara tidak akan mungkin bisa bertemu dengan Zeline. “Apakah kamu keberatan jika kita mengunjungi Kinara? Apakah ada masalah yang kamu sembunyikan dariku?” Tanya Dareen. Kinara mengangkat kepalanya, ia tersenyum dengan kikuk lalu menggeleng dengan perlahan. Sekalipun sangat ingin memberi tahu Dareen mengenai apa yang menjad alasannya tidak ingin bertemu dengan Kinara.. oh, maksudnya Zeline, Kinara tidak bisa mengatakan apapun. “Tidak, tentu saja aku tidak keberatan.” “Baiklah, mungkin kita harus berangkat lebih pagi karena harus menjemput Kinara terlebih dahulu. Seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya, kita tidak perlu memaksa Kinara. Jika dia tidak ingin ikut, maka kita tidak bisa memaksanya dan membuat dia merasa tidak nyaman.” Kinara semakin tertegun. Selama ini apa saja yang Dareen dan Zeline bicarakan tentangnya? Apakah mereka membicarakan Kinara layaknya seorang teman dekat? Selama membahas tentang Kinara, Dareen sama sekali tidak pernah membicarakan tentang status keluarganya yang jauh berbeda dengan keluarga mereka. Dareen juga terlihat biasa saja saat sedang membicarakan tentang Kinara, padahal terakhir kali mereka bertemu Kinara berlaku sangat buruk. Ya, terakhir kali bertemu sebagai Kinara yang sebenarnya. “Bagaimana jika Kinara tidak menolak?” Dengan susah payah Kinara menyembutkan namanya sendiri. “Bukankah bagus jika Kinara tidak menolak? Jujur saja kakakku merasa penasaran dengan cerita Kinara.” Dareen menghembuskan napasnya lalu tersenyum. Kinara merasa sangat senang karena pria itu menunjukkan kekagumannya hanya karena ia pernah menyelamatkan anjing milik kakak pria itu. “Rencananya aku akan mengajak kakakku untuk tinggal di apartemenku. Dia tidak ingin tinggal di rumah karena Mama masih harus menjalani perawatan intensif di rumah kami.” Kinara membelakkan matanya. Apa yang terjadi dengan keluarga Dareen? “Kamu ingin mengunjungi Mama lagi? Kamu sudah lama tidak bertemu dengannya. Terakhir kali saat Mama masih dirawat di rumah sakit.” Kinara mencoba untuk tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Baiklah, jika sempat kita juga bisa mengunjungi Mamaku.” Pria itu tersenyum simpul sehingga membuat Kinara semakin melebarkan senyumannya. *** Hari yang sangat Kinara hindari akhirnya datang. Sejak pagi Kinara sudah sibuk memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk bertemu dengan kakaknya Dareen. Ah, sebenarnya Kinara jauh lebih gugup saat akan bertemu dengan Zeline dibandingkan kakaknya Dareen. Kinara terus dihantui rasa bersalah padahal sebenarnya ia sama sekali tidak bersalah. Kesepakatan tentang pertukaran kehidupan terjadi karena persetujuan kedua belah pihak. Tidak ada yang terpaksa dan dipaksa untuk melakukan pertukaran tersebut. Mereka sama-sama menginginkan kehidupan satu sama lain. “Kamu terlihat sangat cantik. Kenapa kamu harus kebingungan memilih pakaian padahal kita hanya akan bertemu dengan Kinara dan kakakku?” Kinara berjengkit kaget ketika mendengarkan suara Dareen yang sedang berdiri di ambang pintu ruangan wardrobe. “Maafkan aku, apakah aku membuatmu terkejut?” Dareen tertawa pelan lalu berjalan masuk untuk duduk salah satu kursi besar yang diletakkan di bagian tengah. Sofa bergentuk lingkaran tersebut dapat ditarik setiap sisinya untuk menyimpan beberapa aksesoris. Kinara sudah pernah membuka isi aksesoris yang disimpan oleh Zeline, tapi tidak ada satupun perhiasan yang Kinara sentuh. Jujur saja ia merasa takut menggunakan barang-barang milik Zeline. “Apakah pakaian ini pantas untuk kugunakan?” Kinara menatap dirinya di pantulan cermin. Melihat dengan jelas lekuk tubuh Zeline yang begitu sempurna ketika menggunakan pakaian apapun. Semua warna tampak sangat bersinar jika bersentuhan dengan kulitnya yang putih bersih. Hanya dengan menggunakan sapuan riasan tipis, wajah Zeline terlihat sangat cantik. Tidak seperti Kinara yang harus menggunakan lapisan make up tebal untuk menyamarkan bekas jerawatnya. “Kamu terlihat sangat cantik. Tapi apakah tidak terlalu terbuka?” Tanya Dareen. Pagi ini Kinara memilih menggunakan celana pendek berwarna biru muda yang ia padukan dengan kemeja crop top berwarna hitam. Kinara tahu jika Zeline sering kali menggunakan rok yang potongannya jatuh tepat diatas lutut, Zeline tipe perempuan cantik yang feminin, tidak seperti Kinara yang lebih suka menggunakan celana pendek. Tapi tampaknya Zeline tidak terlalu banyak memiliki celana pendek. Hanya ada satu celana pendek yang terlihat cantik dan manis di saat yang bersamaan, tapi celana tersebut terlalu pendek. Apalagi Kinara menggunakan atasan yang panjangnya hanya sebatas pusarnya saja. “Apakah terlihat jelek?” Tanya Kinara. Ia tidak memiliki tubuh secantik dan sesempurna Zeline, jadi Kinara sangat jarang menggunakan pakaian terbuka. Kinara tidak percaya diri dengan warna kulitnya yang tidak merata, juga beberapa bagian tubuh yang dipenuhi oleh lemak menjijikkan. Ketika ia terbangun di dalam tubuh Zeline yang sangat cantik, tentu saja Kinara ingin sesekali mencoba pakaian terbuka yang menampilan kulit indahnya. “Tentu saja tidak aneh, hanya sedikit terlalu terbuka.” Dareen mendekati lemari pakaian Zeline dan memilihkan sebuah outher panjang berwarna putih. “Sebenarnya tidak masalah jika kamu ingin menggunakan pakaian itu, tapi kita akan ke tempat umum. Kita akan menjemput kakakku di bandara. Jika kamu berpakaian terlalu terbuka, bisa saja perhatian orang-orang akan langsung tertuju kepadamu. Aku tidak ingin membuat kamu kesulitan karena harus menghadapi penggemarmu.” Dareen tersenyum dan mengusap rambutnya dengan perlahan. Kinara menundukkan kepalanya, ia kembali menatap penampilannya sendiri di cermin besar yang ada di hadapannya. Ah, Kinara tidak menyangka jika ia mendapatkan kesempatan untuk jadi secantik itu. *** Ketika sampai di depan gang rumahnya, Dareen menghentikan mobil dan membukakan pintu untuk Kinara. Pria itu membantunya turun dan terus menggenggam tangannya sepanjang melewati gang kecil yang menghubungan jalan raya dengan rumahnya. Atau mungkin Kinara harus mulai membiasakan diri dengan menyebut rumah itu sebagai rumah Zeline. Namun, belum sampai di depan rumah, Kinara mendengar ada suara keributan. Beberapa tetangga juga tampak berkumpul di depan rumah sambil menatap ke arah rumah Kinara. Jantung Kinara berhenti berdetak ketika ia melihat beberapa orang preman berkumpul di halaman rumahnya. Astaga, apa yang terjadi? “Ada apa di sana? Kenapa ada banyak preman di rumah Kinara?” Tubuh Kinara lemas seketika saat ia melihat dirinya.. maksudnya, ia melihat Zeline berjalan dari pintu rumahnya dengan cara diseret oleh dua orang preman. Wanita itu menangis sambil memanggil ibunya. Di sisi yang lain, Kinara juga melihat ibunya yang sedang ditahan di sudut rumahnya. “Tunggu di sini, jangan mengikutiku.” Dareen menolehkan kepalanya dan memegang bahu Kinara dengan serius. Pria itu menatap matanya sesaat sebelum berjalan mendekati rumah keluarganya dengan langkah tegas. Kinara memundurkan langkahnya, ia tangannya terulur untuk berpegangan pada pagar rumah tetangganya yang sedang menonton dari balik jendela rumahnya. Ada banyak orang yang melihat kejadian tersebut, tapi tidak ada satupun yang datang untuk menolong. Mereka hanya diam seakan kekerasan yang dilakukan oleh para preman tersebut adalah sebuah adegan yang menyenangkan untuk disaksikan. Kinara menatap dengan ketakutan. Ia tahu apa yang sedang terjadi pada keluarganya. Preman tersebut adalah orang suruhan rentenir tempat ayahnya berhutang. Mereka datang untuk menagih cicilan hutang yang pasti tidak dibayar oleh orang tuanya. Kinara sudah sering menghadapi situasi tersebut, tapi biasanya ibunya akan mengurung Kinara di dalam kamar dan tidak mengizinkan ia keluar sampai para preman tersebut pulang dari rumah mereka. Namun entah kenapa saat ini Zeline justru ditarik dengan kasar oleh para preman tersebut. Apakah ibunya tidak meminta Zeline untuk masuk ke dalam rumah? Apa yang sebenarnya terjadi hingga para preman tersebut harus menyeret Zeline?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN