Kinara menatap meja makan yang hanya diisi oleh gorengan tempe dan tahu. Astaga, kapan dia jadi orang kaya? Kinara bosan dengan semua makanan ini.
Ah, Kinara juga masih mengantuk karena semalam dia tidur pukul 3 pagi.
Sebenarnya ini terdengar sangat menyedihkan, tapi pada kenyataannya Kinara menunggu panggilan ataupun pesan singkat dari Dareen. Sayang sekali pria itu sama sekali tidak menghubungi Kinara hingga akhirnya Kinara tertidur karena telah lelah menunggu.
Ya ampun, kenapa Dareen bisa lupa menghubungi dirinya? Apakah pria itu memang tidak tertarik dengan Kinara? Itu tidak mungkin. Kenapa Dareen meminta nomor ponsel Kinara jika pria itu tidak tertarik dengannya?
Kinara memang terlalu berlebihan. Orang seperti Dareen pasti memiliki banyak sekali pekerjaan yang penting sehingga dia sering melupakan sesuatu. Ya, pasti Dareen lupa karena pria itu terlalu sibuk bekerja.
Atau mungkin Dareen merasa gugup untuk menghubunginya? Astaga, mungkin memang itu alasannya. Dareen kebingungan karena dia merasa gugup. Dareen pasti mencoba untuk mencari topik pembicaraan sebelum dia memutuskan untuk menghubungi Kinara, tapi hingga tengah malam dia tidak menemukan topik pembicaraan sehingga akhirnya dia memutuskan untuk tidak jadi menghubungi Kinara. Ya ampun, Dareen adalah pria yang sangat manis.
Apakah Kinara harus mengambil langkah pertama? Haruskah Kinara menghubungi Dareen lebih dulu?
Ah, jangan! Kinara akan terlihat seperti w************n jika dia melakukan itu.
Nanti, sekalipun Dareen sudah menyatakan cintanya, Kinara harus tetap jual mahal. Jangan langsung menerima Dareen karena biasanya pria suka tantangan. Astaga, Kinara sudah tidak sabar untuk melakukan semua itu.
“Kinara? Tumben sekali kamu tersenyum demikian?”
Kinara menolehkan kepalanya ketika mendengar suara ibunya.
Bagaimana mungkin ibunya tahu jika Kinara sedang tersenyum padahal wanita itu berjalan dari arah belakang Kinara?
Oh Tuhan, Kinara sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran ibunya itu.
“Aku tidak tersenyum. Kenapa ibu belum ke toko? Bukankah aku sudah mengatakan jika hari ini aku ingin di rumah saja? Seharusnya ibu sudah ke sana sejak pagi!” Kata Kinara sambil melayangkan pandangan kesal kepada ibunya yang masih berdiri di depannya.
“Iya, ibu akan ke sana. Tidak masalah jika kamu tidak ingin ke toko hari ini, kemarin kamu sudah membersihkan toko. Hari ini ibu yang akan ke sana.” Kata ibunya dengan pelan.
Kinara menganggukkan kepalanya.
Iya, hari ini Kinara memutuskan untuk tinggal di rumah sambil menunggu pesan singkat atau panggilan telepon dari Dareen.
Jika bukan kemarin, pasti hari ini Dareen akan mencoba untuk menghubungi Kinara.
Ya, anggap saja kemarin Dareen masih ingin memberikan waktu kepada Kinara.
“Jadi kenapa ibu tidak segera ke sana? Bagaimana jika ada pembeli yang sudah datang tapi tokonya masih belum buka?” Tanya Kinara.
“Ini masih pagi, Kinara. Ini masih pukul 5. Tidak ada pembeli baju yang datang sepagi ini.” Kata ibunya.
Kinara langsung mengarahkan pandangannya untuk menatap ke arah jam dinding.
Astaga, pantas saja Kinara masih merasa mengantuk.
Jika tahu sekarang masih pukul 5 pagi, seharusnya dia tidur lagi saja.
“Ya ampun.. aku masih sangat mengantuk. Aku akan pergi tidur lagi saja” Kata Kinara sambil bangkit berdiri lalu mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar miliknya.
“Kinara, jangan tidur lagi..” Kata ibunya.
Kinara menghembuskan napasnya dengan pelan.
Sungguh, Kinara masih sangat mengantuk. Dia baru tidur dua jam. Matanya terasa panas saat ini.
“Ada apa?” Tanya Kinara sambil menggerutu.
“Bisakah kamu membantu ibu mencuci baju? Ibu menjahit hingga malam, ibu juga harus pergi ke toko seharian ini. Ibu tidak bisa mencuci baju. Jadi.. bisakah kamu membantu ibu?” Tanya Ibunya.
Kinara menatap ibunya dengan pandangan tidak percaya. Astaga, bagaimana mungkin ibunya meminta dirinya untuk melakukan pekerjaan rumah ketika ia berencana untuk istirahat setelah bekerja sepanjang hari? Ibunya memang wanita yang sangat kejam, dia tidak membiarkan Kinara memiliki kehidupan yang nyaman dan tenang barang hanya sehari saja.
“Ada banyak hal yang harus ibu lakukan, kemarin ibu tidak sempat mencuci bajumu. Bisakah kamu membantu ibu?” Ibunya kembali menanyakan hal yang sama.
Kinara menarik napasnya dengan pelan.
Tidak ada makanan di meja, tidak ada pakaian bagus dan mahal yang tergantung di lemari bajunya, tidak akan rumah mewah dan kamar yang nyaman. Lalu sekarang, ibunya masih ingin memberikan siksaan lainnya kepada Kinara? Bagaimana mungkin Kinara bisa memiliki kulit cantik yang sehat jika dia harus mencuci bajunya sendiri? Tangannya akan berubah menjadi kasar dan menjijikkan. Kinara tidak sanggup jika harus bertemu dengan Dareen di dalam keadaan yang sangat buruk seperti itu.
Sekali saja.. tidak bisakah ibunya memikirkan perasaan Kinara?
“Apakah ibu pikir aku tidak punya pekerjaan sehingga ibu bisa menyuruhku melakukan pekerjaan rumah? Aku harus menjaga kios sepanjang hari, ketika aku meminta waktu istirahat, ibu justru menyuruhku mencuci baju?” Kinara mendengus pelan. Ia tidak berusaha menutupi rasa kesal di dalam hatinya.
Untuk sesaat, ibunya tampak menundukkan pandangannya. Sekalipun tatapan ibunya membuat Kinara sedikit merasa bersalah, Kinara tetap tidak menyesali setiap kalimat yang ia katakan. Jika Kinara tidak mengungkapkan keberatannya, maka tidak akan ada orang yang peduli dengan apa yang ia sukai dan apa yang tidak dia sukai.
Kinara menyilangkan tangannya di depan d**a, ia memajukan langkahnya sebanyak satu kali. Sambil menarik napasnya dengan pelan, Kinara kembali berbicara,
“Aku tidak bisa melakukan semua pekerjaan rumah, bu. Tidak bisakah ibu memahami bagaimana keadaanku? Setiap hari aku merasa tidak nyaman karena harus tinggal di rumah ini. Ibu membuat suasana hatiku jadi semakin buruk!” Kata Kinara menghentakkan kedua kakinya secara bergantian.
“Ah.. baik—baiklah. Kamu tidak perlu melakukan pekerjaan rumah. Bukankah kamu lelah? Kembalilah tidur, Kinara. Ibu akan mencuci pakaianmu agar nanti sore bisa segera disetrika. Kamu juga bisa sarapan jika kamu ingin, ibu sudah memasak—”
“Haruskah aku makan gorengan tempe dan tahu setiap hari? Apakah hanya makanan itu yang ingin ibu berikan kepadaku?!” Kinara membentak ibunya dengan suara keras. Kali ini, rasa kesalnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Kinara merasa bosan dengan kehidupan keluarganya, dia lelah dengan kesulitan ekonomi yang membelenggu kehidupannya.
Kenapa dia harus hidup sengsara seperti ini? Kenapa takdirnya sangat tidak adil?
“Kinara... ada apa dengan makanan yang sudah ibu siapkan? Tidak bisakah kamu bersyukur? Ada banyak orang yang lebih sulit dari kita..” Ibunya menatap Kinara dengan serius.
Kinara tersenyum sinis. Haruskah ia bersyukur ketika keadaan hidupnya seburuk ini? Apa yang bisa ia syukuri? Makanan yang selalu sama setiap pagi, rumah yang jauh dari kata layak, pakaian jelek yang dijahit oleh ibunya sendiri.. apa yang lebih buruk dari hidupnya?
“Kenapa ibu selalu melihat orang yang lebih buruk dari kita? Agar ibu bisa bersyukur setiap hari? Itu sangat menggelikan!” Kinara kembali tersenyum sinis. “Kenapa ibu tidak melihat kehidupan orang yang jauh lebih baik dati kita? Apakah ibu tidak sadar jika selama ini aku merasa tersiksa dengan kehidupan yang menyedihkan ini?” Tanya Kinara.
“Kinara...”
Suasana hatinya terasa semakin buruk. Setiap kata yang diucapkan oleh ibunya terdengar sangat salah di telinga Kinara. Ia merasa marah dan kecewa pada orang tuanya.
Di saat orang lain memiliki kehidupan yang layak, kenapa hanya dia yang menjalani hidup sengsara? Sampai kapan Kinara harus menderita?
“Ada apa denganmu? Kenapa mengatakan kalimat menyakitkan seperti ini?” Tanya ibunya.
Kinara membuang wajahnya, ia merasa kesal dengan pertanyaan ibunya. Apakah wanita itu sedang berpura-pura tidak tahu? Bukankah Kinara menunjukkan dengan jelas jika ia merasa sangat muak dengan kehidupannya?
“Apakah ibu terkejut dengan sikapku? Bukankah setiap hari aku selalu bersikap seperti ini?” Kinara membalas ucapan ibunya dengan santai.
“Baiklah, ibu akan pergi ke kios. Kamu bisa tidur.. atau makan jika memang kamu mau makan. Tidak perlu melakukan pekerjaan rumah karena kamu pasti lelah setelah bekerja. Hari ini kamu bisa libur dari tugasmu menjaga kios..”
Satu hal yang paling mengganggu Kinara adalah sikap ibunya yang selalu menanggapi setiap kalimatnya dengan sangat tenang. Wanita itu tidak pernah menunjukkan kemarahan padahal Kinara merasa jika kalimatnya sering berlebihan saat sedang mengeluhkan kehidupannya. Ketika mendengarkan keluhan Kinara, ibunya hanya akan diam sambil menundukkan kepalanya, lalu wanita itu kembali berbicara seolah tidak ada masalah apapun. Benar-benar sangat menyebalkan!
Namun, untuk apa Kinara memikirkan ibunya? Bukankah selama ini wanita itu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Kinara? Keadaan yang sulit memaksa Kinara untuk mengatakan kalimat-kalimat menyakitkan. Kinara sama sekali tidak bersalah, ibunya yang bertanggung jawab atas semua amarah ia luapkan.
Akhirnya, tanpa mengatakan satu katapun, Kinara memilih untuk berjalan menuju ke kamarnya. Ia tidak akan makan apapun karena terlalu muak dengan masakan ibunya. Sekalipun tidak akan bisa kembali tidur karena Kinara memiliki kebiasaan sulit tidur setelah terbangun di pagi hari, Kinara akan tetap memilih untuk mengurung dirinya di dalam kamar, karena hanya tempat itu saja yang membuat Kinara merasa sedikit nyaman selama tinggal di rumahnya sendiri.