Symphony-11

2224 Kata
Semenjak keributan yang terjadi di Melody’s Cafe siang itu, baik Syfo maupun Aries tidak ada yang mau meruntuhkan egonya untuk memperbaiki keadaan. Aries memang jarang memukul Syfo karena pria itu semakin jarang ada di rumah. Dia pulang ketika menjelang tengah malam dan keluar rumah lebih pagi dari jam berangkat kantornya. Pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi alam bawah sadar Syfo. Dan pikiran paling buruknya adalah Aries mencari kenyamanan di luar rumah. Namun Syfo tidak tahu harus dimulai dari mana untuk memperbaiki kondisi rumah tangganya yang sedang berada di ujung tanduk. Dia takut pernikahan yang telah dibinanya dengan segenap perjuangan ini harus hancur karena emosi sesaat. Dia takut image buruk akan mampir di kehidupannya kalau sampai perpisahan itu benar-benar terjadi.  Ketakutan itu semakin berkembang saat mendengar kabar perceraian adiknya.Padahal rumah tangga mereka tampak baik-baik saja meski disatukan melalui perjodohan. Namun akhirnya kalah juga oleh keadaan. Syfo tidak berani membayangkan seperti apa kekecewaan abangnya kalau sampai rumah tangganya yang dibangun atas nama cinta itu turut karam menyusul rumah tangga abang dan adiknya. Syfo berusaha keras mencari cara untuk memperbaiki keadaan. Dia akan melakukan apa pun untuk menjaga keutuhan rumah tangganya untuk menghindari gosip miring yang akan mempengaruhi nama baik keluarga, perusahaan dan tentunya berpengaruh terhadap pergerakan saham Khawas Group.  Hubungan Syfo dan Lekha sendiri sudah membaik, bahkan sehari pasca terjadi keributan di Melody’s Cafe siang itu mereka sudah kembali menghabiskan waktu senggang untuk sekadar makan siang atau ngopi di kafe yang ingin mereka tuju, asalkan bukan Melody’s Cafe.  Sampai detik ini Syfo memang masih enggan mendatangi Melodys’s Cafe karena terlalu malu untuk berhadapan dengan karyawan-karyawan kafe tersebut setelah insiden keributan siang itu, terutama Sagara. Dia masih tidak habis pikir alasan Sagara tiba-tiba lancang memeluknya. Dia ingin mencari tahu alasannya, tapi kondisi hubungannya dengan Aries sedang menuntut perhatian lebih. Sehingga dia tidak terlalu memikirkan hal-hal yang menurutnya sepele.  Siang ini Syfo janjian makan siang dengan Lekha di sebuah restoran Jepang tidak jauh dari rumah sakit tempat Lekha bekerja. Syfo punya banyak waktu karena dia sengaja mengambil libur hari ini. Dia juga sengaja memilih ruang VIP supaya bisa mengobrol secara leluasa dengan Lekha.  “Lo lagi suka make up natural ya, Fo?” tanya Lekha, setelah memerhatikan penampilan Syfo siang ini.  “Kenapa?”  “Gue perhatiin lo kalau dandan akhir-akhir ini tipis banget. Biasanya udah kayak mau kondangan.”  “Sialan lo! Gue lagi males manggil tukang make up. Jadi gue dandan sendiri. Kenapa? Nggak bagus hasil make up gue?”  Lekha tertawa. “Lo nggak butuh tukang make up karena Aries sudah berhenti menampar lo?” tanyanya tanpa basa basi.  Syfo menyentuh wajahnya. Benar yang dikatakan oleh Lekha, bahwa Aries sudah berhenti menamparnya karena memang bertemu dengan pria itu menjadi hal yang cukup langka akhir-akhir ini.  “Lo nggak perlu nutup-nutupin dari gue. Gue tahu suami lo itu cuma pecundang. Sekarang gue tanya sama lo. Selama lo menikah sama Aries, apa yang lo dapat dari dia? Apa yang pernah dia kasih ke elo?” Syfo terdiam. Mencoba meresapi setiap pertanyaan yang disampaikan oleh Lekha. Dia punya jawabannya tapi dia pilih menyimpannya.  “Rumah yang sekarang lo tempati, lo beli sendiri sebelum kalian menikah. Mobil, lo selalu beli sendiri pakai duit lo. Saham, perhiasan, tabungan dan properti yang lain, sebagian besar lo juga sudah punya sendiri sebelum lo nikah.” “Gue tahu, Lek. Gue pisah dari Aries juga gue nggak rugi apa-apa secara finansial. Tapi yang gue pikirkan nggak cuma perasaan gue sendiri. Lo tahu sekarang ini kondisi keluarga gue lagi tegang banget karena perceraian Melody dan Arkan. Gue nggak mau nambahin beban pikiran abang gue lagi dengan persoalan rumah tangga gue dan Aries.”  “Ya, tapi mau sampai kapan lo bertahan, Fo? Lo udah menderita banget.” Syfo menghela napas berat. Dia selalu menemui jalan buntu setiap kali memikirkan persoalan ini.  Lekha meraih ponselnya yang berbunyi.  “Sepuluh menit lagi Freya sampai restoran ini. Lo pura-pura kaget aja nanti kalau dia datang,” ucapnya, setelah melihat notifikasi pesan masuk.  “Sejak kapan dia ada di Indo?”  “Katanya udah dua mingguan. Awalnya dia bilang masih ke Bali dulu sebelum ke Jakarta.” “Bukannya lo kemarin bilang kalau dia berangkat hari ini ke Jakarta?” “Entahlah,” jawab Lekha tak acuh sembari mengangkat kedua bahunya. “Omongan dia mana pernah ada yang bener. Nggak jelas,” sambungnya.  Yang dibicarakan akhirnya muncul juga. Perempuan dengan dandanan fashionable, memiliki tinggi di atas rata-rata perempuan Indonesia pada umumnya, bentuk tubuh yang proporsional dan satu lagi kelebihannya, wajah yang terlihat unik karena campuran beberapa negara.  “Ladies!” seru Freya, kemudian menyalami satu per satu dan saling bercipika cipiki dengan Lekha dan Syfo secara bergantian. Seperti yang sudah disepakati dengan Lekha tadi, Syfo benar-benar menunjukkan rasa terkejut dan gembiranya saat berpelukan dengan Freya.  Lekha menatap wajah Syfo yang berada di balik punggung Freya. “Fake!” ucap Lekha melalui isyarat bibirnya. Syfo hanya balas tertawa. “I miss you all,” ujar Freya dengan nada bicara seolah ingin menunjukkan kalau dirinya sedang berada dalam suasana hati yang paling baik. “Gimana kabar lo, Fo? Aries? Kalian sehat?”  “Gue dan Aries sehat walafiat. Lo sendiri gimana kabarnya?”  “Awesome,” ucapnya. “And lo, Lekha? Gimana kabar lo?”  “Gue? Sepagian ini abis sesar lima ibu hamil. Dan semuanya selamat. Kedengarannya gimana? Awesome juga kan?”  Syfo sudah siap tertawa, tapi dia menahannya supaya tidak memperkeruh suasana hati Lekha.  “Gitu ya, kalau single alias jomlo, tiap hari kencannya sama pasien," ledek Freya.  Lekha pura-pura tertawa. “So...lo datang jauh-jauh dari Amerika cuma buat ngeledek status asmara gue?” “Sorry, Lekha. Gue cuma becanda. Serius amat, sih, tanggepannya! Makin nggak ada laki-laki yang mau sama lo, kalau lo-nya mudah banget tersinggung gitu.” “Lo mau makan apa, Fre? All you can eat gimana?” saran Syfo, menengahi dua kubu yang siap melakukan aksi perang. Dia tidak mau kalau sampai kejadian seperti di Melody’s Cafe sampai terulang di sini.  “Gue udah lama banget nggak ketemu Aries. Dia kayak apa ya sekarang? Masih seperti sebutan yang dulu lo kasih nggak?" tanya Freya sambil mengingat sesuatu dalam memori otaknya. "The Sexiest Man. Bener nggak, Fo?” Syfo tertawa. “Lo masih ingat aja, Fre,” ujarnya.  “Inget banget. Gue itu juga masih inget gimana tergila-gilanya lo sama Aries dan sering muji Aries seksi. Walaupun gue akui, sih, Fo. Lakik lo itu auranya emang seksi banget,” puji Freya secara blak-blakan.  “s**t!” tiba-tiba Lekha mengumpat.  “Lo ngumpat gue, Lek?” kesal Freya.  “Eh, enggak. Ini, loh, dokter kandungan yang lagi jaga ganti jadwal praktek seenak jidat. Ngeselin banget,” balas Lekha.  “Daya tarik Aries masih sekuat itu nggak, Fo?” lanjut Freya, masih ingin tahu informasi soal Aries.  “Bukan kuat lagi. Daya tariknya bahkan baru saja naik level semenjak dia memutuskan untuk memiliki anak," jawab Syfo antusias. "Kita akan segera menjadi orang tua. Doakan ya." Lekha terkesiap mendengar ucapan Syfo. Sahabatnya itu terlihat serius saat mengatakan hal tersebut. Syfo yang diminta pura-pura terkejut atas kehadiran Freya, kini sukses membuat kejutan siang hari ini. Karena tidak hanya Freya saja yang terkejut. Lekha lebih terkejut karena Syfo tidak pernah membicarakan soal program hamil lagi sejak keributan di Melody's Cafe.  “Wow, that’s great. Ini berita besar. Dia makin nggak punya alasan untuk selingkuh dari lo dong ya…” Kening Syfo mengerut. “Maksud lo, Fre?” tanyanya, meminta Freya untuk menjelaskan maksud dari ucapannya. “Ya, alasan suami istri selingkuh itu, kan, kadang salah satunya karena nggak punya momongan. Menurut gue, sih.” “Itu menurut lo yang nggak pernah merasakan cinta sejati,” balas Syfo.  “Duh, Symphony...Mana ada di zaman sekarang ini yang namanya cinta sejati? Lo masih percaya aja.” Lekha mendengkus. “Lo nggak usah jadi provokator, Fre!” komentarnya.  “Gue bukannya jadi provokator. Hidup gue memang penuh kepalsuan sampai-sampai gue sulit percaya sama orang lain apalagi yang namanya cinta sejati,” balas Freya. “Saran gue, lo pikir-pikir lagi kalau mau punya anak, Fo. Urusan perceraiannya ribet kalau ada perebutan hak asuh anak.” Sayang sekali, suasana yang tadinya santai kini berubah menjadi tegang akibat ucapan Freya yang memancing asumsi negatif. Syfo bahkan pamit lebih dulu meninggalkan restoran dengan alasan sekretarisnya mengabari kalau ada beberapa berkas yang membutuhkan pemeriksaan serta tanda tangannya.  *** Perang dingin antara Syfo dan Aries terus berlangsung selama berhari-hari, bahkan sudah hampir dua minggu ini mereka lalui dengan aksi saling diam. Setiap kali Syfo mencoba berbicara dengan Aries, saat itu juga Aries akan menghindari Syfo. Ketika mereka bertemu di ranjang Aries menjelma menjadi pria yang tak tersentuh. Dia bahkan tidak segan menyingkirkan tangan Syfo dari pinggangnya, ketika istrinya itu sedang berusaha merayunya lewat sentuhan. Rumah mereka yang memang sebelumnya sudah dingin, kini semakin dingin seiring dengan perang batin di antara penghuninya yang masih belum menemukan jalan keluar.  “Apa sesuatu yang tidak baik sedang terjadi di antara Pak Aries dan Ibu Syfo? Maaf kalau saya terlalu lancang bertanya seperti itu. Karena saya merasa tidak nyaman, Bu,” ucap Bi Yana saat menyambut kedatangan Syfo dari kantor.  “Bukan tidak baik, Bi. Hanya sesuatu hal yang sulit untuk dilewati sendirian,” jawab Syfo sambil menarik salah satu kursi makan lalu menikmati secangkir teh hangat buatan Bi Yana. “Ya, tapi saya mengerti kalau tidak ada hal yang mudah di dunia ini. Benar kan, Bi?” sambung Syfo dengan senyum pilu.  Bi Yana sedang berdiri di samping meja ikut tersenyum seraya mengangguk membenarkan ucapan Syfo. Wanita paruh baya itu menyingkir dari  ruang makan dan meninggalkan Syfo seorang diri. “Pak Aries sudah pulang, Bi?” tanya Syfo saat hendak meninggalkan ruang makan.  “Sudah, Bu. Tapi tadi menolak saat saya tawarin makan malam. Katanya sudah makan sama orang-orang kantor.” Syfo mengangguk lalu melanjutkan langkah menuju kamarnya di lantai dua. Dia menarik napas panjang sebelum menekan gagang pintu kamar. Berharap semoga semuanya lebih baik malam ini.  Di dalam kamar, Syfo melihat Aries sedang setengah berbaring sambil menekuni sesuatu lewat laptopnya di atas ranjang. Pria itu hanya menoleh sekilas untuk mencari tahu siapa yang membuka pintu kamarnya, meski sebenarnya dia tahu kalau itu Syfo. Selanjutnya Aries kembali berkutat dengan laptopnya tanpa basa basi menyapa Syfo.  Tak ingin mengganggu kesibukan Aries, Syfo melanjutkan langkah menuju walk in closet untuk meletakkan atribut yang ia kenakan sejak pagi ke tempatnya semula, supaya tidak berantakan sehingga mudah menemukan kembali saat membutuhkan benda tersebut. Dia lanjut ke kamar mandi tanpa menyapa Aries. Setelah selesai urusan kamar mandi, Syfo lanjut menggunakan skincare malamnya. Perawatan rutin itulah yang membuatnya tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya.  Syfo sengaja merebahkan dirinya dekat ke Aries. Dia bahkan meletakkan kepalanya di atas pundak Aries sambil merangkul lengan suaminya itu. “Mau sampai kapan kita kayak gini? Aku ngerti kamu marah sama aku, tapi jangan kayak gini juga caranya menyelesaikan sebuah masalah, Eris,” ucap Syfo dengan suara sedikit berbisik di samping telinga Aries.  Aries hanya mendengkus. Sama sekali tidak tertarik pada sentuhan yang diberikan oleh Syfo. Syfo tidak berhenti. Dia memberi sebuah kecupan di pipi Aries. Berharap Aries luluh lalu mengakhiri perang dingin ini. “Maafin aku ya, karena belum bisa menjadi istri yang sempurna untuk kamu. Kalau menurut kamu kesempurnaan seorang istri itu dinilai dengan hadirnya seorang buah hati di rumah kita, aku bersedia hamil dan menjadi ibu dari anak kita, Eris.”  Aries sepertinya sedang tidak tertarik pada bujuk rayu yang diberikan oleh Syfo. Pria itu bahkan menyingkirkan kepala dan tangan Syfo dari tubuhnya. Aries beranjak dari ranjang dan meletakkan laptopnya di atas nakas.  “Apa dengan hadirnya anak mampu mengubah pemikiran abang kamu tentang aku? Apa dia akan memberikan aku kesempatan yang sama dengan Arkan kalau aku punya anak?” ucap Aries penuh amarah.  “Maksud kamu?” “Aku itu capek dibanding-bandingin terus sama Arkan dan Dani. Arkan selalu dapat kesempatan untuk berkecimpung di proyek besar. Bahkan Bang Luthfi mempercayakan semua urusan legalitas perusahaan Dani yang baru ke tangan Arkan sepenuhnya. Sedangkan aku? Aku selalu dikasih proyek kecil yang nggak diminati sama investor manapun. Dan kamu tahu alasan abang kamu waktu aku tanya kenapa? Dia bilang karena aku nggak punya anak yang harus dibiayai hidupnya. Sedangkan Arkan? Dia punya anak yang butuh biaya besar untuk masa depannya,” ujar Aries sambil tertawa sumbang. Dia menarik napas dalam-dalam supaya bisa melanjutkan omongannya. “Aku cuma pengen dikasih kesempatan yang sama, Fo. Aku iri sama Arkan. Dan asal kamu tahu, mungkin aku satu-satunya orang yang paling bahagia atas kehancuran rumah tangga Arkan dan Melody. Aku bahkan ingin bertemu dengan orang ketiga dalam rumah tangga mereka lalu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena membantu meringankan tugasku untuk membuat Arkan terlihat buruk di mata Bang Luthfi,” ujar Aries menggebu-gebu.  Tepat saat Aries telah menyelesaikan kalimat yang terdengar begitu menyakitkan itu, sebuah tamparan mendarat di pipinya. Syfo menatap tangan yang telah menampar suaminya dengan air mata berlinang. Dia tidak menyangka bisa membalas Aries. Meski dia menyesali perbuatannya. Ada rasa lega dalam hatinya. Aries mengepalkan tangannya. Saat dia telah mengangkat tangannya ke udara untuk membalas tamparan Syfo, istrinya itu mengangkat wajah yang sudah bersimbah air mata. Aries mengurungkan niatnya lalu menyingkir dari hadapan Syfo. Menyambar jaket dia keluar kamar tanpa pamit.  Setelah kepergian Aries, Syfo merenungi setiap kata yang diucapkan oleh Aries. Dia bisa melihat sorot mata penuh kebencian dan kesedihan yang melebur jadi satu emosi saat Aries mengucapkan kalimat penuh kemarahan tadi.  ~~~  ^vee^ 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN