Aries duduk di balik meja kerjanya, mengecek portal perusahaan, membaca berita terkini dan terakhir memeriksa surel yang masuk. Dia membuka salah satu surel dan melihat lampirannya. Surat resmi pengunduran diri atas nama Arkana Ghautama. Aries tersenyum sinis membaca rincian surat pengunduran diri tersebut.
Kebencian itu bermula dari insiden penggunaan uang milik Khawas Group yang digunakan secara diam-diam dan dalam jumlah fantastis oleh Aries untuk berinvestasi di perusahaan orang tuanya. Ayahnya telah salah perhitungan sehingga dalam sekejap mata semua uang yang diberikan oleh Aries ludes tidak tersisa. Luthfi Khawas yang merasa ada yang tidak beres pada perputaran uang dalam perusahaannya, segera mengambil tindakan dengan mendatangkan tim akuntan publik untuk memeriksa perputaran uang di perusahaannya. Dan terbukti kalau Aries Hananta Syarier melakukan tindak korupsi dan menerima suap dari klien serta karyawan yang ingin naik jabatan. Beruntung Syfo masih menjaminkan dirinya supaya Luthfi tidak menyeret adik iparnya itu ke penjara.
Sejak saat itu apa pun yang dilakukan oleh Aries selalu gagal dan ditimpa kesialan. Tentu saja hal itu membuat dirinya semakin terlihat selalu salah di mata Luthfi. Apalagi kian hari sikap abangnya iparnya itu semakin menunjukkan bahwa jika tidak ada Syfo, dia sudah menghabisi Aries tanpa ampun. Emosi Aries semakin tidak stabil karena seiring berjalannya waktu nasib Arkan seolah berbanding terbalik dengan nasibnya. Arkan berhasil mencuri perhatian dan kepercayaan Luthfi dengan segala keberhasilannya, dan sinyal iri dalam diri Aries terus menyala setiap kali sebuah kesuksesan datang menghampiri Arkan. Hingga segala persepsi buruk tercipta di benak Aries soal kehidupannya. Dan persepsi paling buruk yang pernah tercipta adalah Aries merasa kalau Luthfi sengaja menjadikan setiap kesuksesan Arkan sebagai alat untuk menjatuhkan harga dirinya.
Aries merasa harus segera ambil tindakan untuk mengembalikan kepercayaan Luthfi. Hari itu dia pernah melakukan protes soal salah satu proyek konstruksi besar yang harusnya diketuai oleh dirinya malah dilimpahkan pada Arkan tanpa diskusi terlebih dulu dengan Aries. Dia marah besar karena merasa telah disingkirkan tanpa diberi kesempatan untuk membuktikan. Namun dia justru merasa menyesal karena protesnya itu bukannya berhasil meraih kepercayaan Luthfi, justru membuat Aries semakin sakit hati pada abang iparnya. Secara terang-terangan Luthfi menyinggung soal anak saat Aries meminta proyek itu kembali dipegang oleh dirinya.
Aries menggebrak mejanya saat teringat kejadian hari itu. Laju pikirannya yang sedang bergerak ke masa beberapa minggu lalu, ditarik kembali ke masa kini oleh suara ponselnya. Dari Syfo. Istrinya itu berkata akan pulang terlambat malam ini karena akan menghadiri acara perpisahan untuk Arkan. Sebenarnya Aries juga diundang ke acara tersebut. Namun dia menolak hadir karena sedang enggan berada di sekitar Syfo saat mereka sedang berda di tempat umum. Dia masih marah gara-gara insiden penamparan malam itu.
Setelah membaca dan membalas pesan dari Syfo, Aries menatap layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya dan Syfo. Foto yang diambil saat mereka masih berpacaran. Meskipun Aries sudah berganti ponsel berkali-kali, tapi foto tersebut tetap menjadi pilihan untuk menjadi wallpaper ponselnya. Foto itu menyeretnya ke masa-masa indah saat mereka mulai merasa kasmaran. Aries lupa siapa di antara mereka yang jatuh cinta terlebih dulu dan menjadi tergila-gila satu sama lain. Satu yang jelas dulu mereka saling mencintai dan menikah pun karena cinta.
Sejak insiden penamparan beberapa hari yang lalu, Aries merasa kalau Syfo sedang mengibarkan bendera pemberontakan. Perang dingin yang sempat terjadi sebelumnya perlahan akan menjadi perang yang sesungguhnya. Jika tidak segera diadakan gencatan senjata maka perang itu akan pecah dan pihak yang paling dirugikan adalah dirinya sendiri. Dia akan kehilangan Syfo, pekerjaannya, dan segalanya.
Saat ini Aries mengalami kebuntuan dalam menghadapi kemelut yang terjadi di dalam rumah tangganya. Dia benci keadaan ini. Amarah akibat rasa iri telah membuatnya menjadi manusia bodoh yang tak berperasaan. Semua itu terjadi karena dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Setiap kali berhadapan dengan Syfo, yang ada dalam benaknya adalah kebencian pada abang iparnya.
Intercom di atas meja kerjanya berbunyi saat Aries sedang menekuni laporan salah satu stafnya. panggilan
“Pak Aries, diminta menghadap Pak Luthfi di ruangannya sekarang,” ujar sekretarisnya.
“Iya, lima menit lagi,” jawabnya. Aries bangkit dari kursi, menyambar jas yang digantungkan di sandaran kursi lalu memakainya.
Sebelum menekan gagang pintu ke arah terlebih dulu Aries mengetuk dan mohon izin untuk masuk ke dalam ruangan Luthfi Khawas. Ruangan tersebut tampak sepi. Hanya ada Luthfi sedang duduk di balik meja sambil menatap laptopnya yang sedang menyala.
“Duduk, Ries!” ucap Luthfi, mempersilakan Aries duduk di sofa yang ada di depan meja kerjanya.
“Iya, Bang. Terima kasih,” balas Aries sopan.
Luthfi menyusul Aries duduk di sofa single yang terletak di ujung meja berbentuk persegi panjang. Dia berdeham sebelum memulai pembicaraannya.
"Seperti yang kita ketahui bersama, posisi Arkan saat ini kosong. Saya tidak bisa membiarkan posisi itu kosong lama, tapi juga tidak bisa sembarangan taruh orang di posisi itu," jelas Luthfi.
Secercah harapan tumbuh di hati Aries. Besar harapannya Luthfi akan memberikan jabatan Arkan padanya. Seperti yang dia idam-idamkan selama ini. Namun harapannya tadi bagai debu tertiup angin saat Luthfi melanjutkan ucapannya.
"Kamu juga belum tentu mampu menjalankan peran sebagai direktur departemen legal sebaik Arkan," sambung Luthfi dengan tenang.
Tangan Aries yang tersimpan di samping pahanya mengepal penuh amarah. Setiap kata yang terlontar oleh Luthfi diterimanya sebagai bentuk meremehkan dan merendahkan harga dirinya.
"Lalu rencana Bang Luthfi selanjutnya apa?" tanya Aries to the point. Dia tidak ingin berlama-lama dengan Luthfi.
"Sementara saya akan menempatkan direktur utama Elka Food untuk menggantikan posisi Arkan, sampai saya menemukan pengganti yang tepat," jawab Luthfi.
Perasaan Aries tidak enak saat mendengar jawaban itu. Firasatnya mengatakan hal buruk akan diterimanya dalam hitungan detik.
"Menurut kamu gimana, Ries?" Pertanyaan itu membuat Aries semakin bingung. "Kamu nggak keberatan saya menunjuk dirut Elka Food menjadi pengganti Arkan?" tegas Luthfi.
Sebenarnya apa tujuan Luthfi bertanya seperti itu pada dirinya sendiri. Apa Luthfi sengaja sedang menguji kesabarannya? Aries benar-benar tidak bisa menebak jalan pikiran abang iparnya ini.
"Saya nggak ada masalah, Bang," jawab Aries tenang.
"Baguslah kalau begitu."
Aries beranjak dari sofa lalu pamit untuk kembali ke ruangannya.
***
"Tadi siang aku dipanggil Bang Luthfi," ujar Aries pada Syfo yang baru saja keluar dari kamar mandi selesai mandi.
Syfo cukup terkejut saat tiba-tiba Aries mengajaknya berbicara. Nafa bicaranya pun jauh dari nada bicara sinis seperti biasa kalau pria itu sedang dalam keadaan tertekan.
"Kalian membicarakan apa?" tanya Syfo hati-hati. Dia menghentikan aktivitasnya mengeringkan rambut lalu beralih duduk menghadap ranjang, tempat Aries sedang tiduran di atasnya.
"Soal pengganti Arkan."
"Bang Luthfi mendelegasikan ke kamu jabatan itu?" tanya Syfo tidak sabaran.
Aries menggeleng lemah. "Untuk sementara mau narik dirut Elka Food," jawabnya enggan.
Syfo menarik napas panjang. Dia beranjak dari kursi meja rias, melangkah menuju ranjang dan ikut merebahkan dirinya di samping Aries. Tanpa takut hatinya kembali merasa sakit kalau Aries akan menolaknya, Syfo menarik tubuh Aries ke dalam dekapannya.
"Aku sudah coba ajukan nama kamu pada Luthfi untuk menggantikan Arkan. Dia bilang akan dipikirkan. Aku nggak tahu kalau ternyata keputusannya seperti ini," sesal Syfo sembari mengusap kepala Aries yang sedang berada dalam dekapannya. Dia sedang berusaha memberi dukungan pada suaminya.
"Nggak apa-apa. Aku sadar diri kalau nggak mampu menempati posisi itu. Maaf ya, Fo...Aku belum bisa menjadi suami yang membanggakan buat kamu," ujar Aries tanpa membalas pelukan Syfo, tapi dia merebahkan kepalanya di atas pundak Syfo, seolah bisa menemukan kenyamanan tiada tara dari sana.
Syfo tidak berkata apa-apa. Dia hanya mempererat pelukannya. Detik berikutnya Aries membalas pelukan Syfo.
"Apa mungkin dengan punya anak bisa mengubah perspektif Bang Luthfi soal beban tanggung jawab yang harus aku tanggung ya, Fo?" tanya Aries. "Siapa tahu dengan kita punya anak, bisa menunjukkan kalau aku laki-laki yang bertanggung jawab versi Bang Luthfi," lanjut Aries dengan suara lirih.
Hening sesaat. Keduanya sibuk dengan laju pikiran masing-masing.
"Kalau kamu mau punya anak, aku juga mau, Ris," ucap Syfo akhirnya.
"Iya, sweetheart. Kita coba sama-sama, ya."
Detik selanjutnya obrolan mereka berlanjut dengan saling mencurahkan rasa rindu yang sempat tertahan selama berminggu-minggu melalui sentuhan, ciuman dan penyatuan tubuh dua insan yang masih saling mencintai.
~~~
^vee^