Malamnya Syfo teringat pada aktivitasnya bersama Sagara di ruang sunyi. Setelah memastikan Aries tidur nyenyak di sampingnya, Syfo beringsut turun dari ranjang. Dia berjalan mengendap keluar dari kamar, menapaki tangga secara perlahan lalu mengunci dirinya di dalam ruang sunyi.
Jam dinding di dalam ruang sunyi menunjukkan pukul dua dini hari. Rasa tak bertuan menuntun jemari Syfo untuk menari di atas tuts piano. Sebuah alunan lagu klasik berjudul Mariage d'Amour yang tadi dimainkan oleh Sagara kini dimainkan oleh Syfo. Ada rasa nyaman yang tak bisa dilukiskan ke dalam kata-kata saat nada demi nada dari lagu itu masuk ke dalam rungunya hingga tembus ke dalam hatinya. Syfo ingin terus mengulang permainan lagu itu. Namun apalah daya jemarinya tidak sanggup berlama-lama ada di atas tuts piano, terlebih ibu jarinya. Mau tidak mau Syfo harus mengakhiri permainan pianonya. Dia tidak ingin bila memaksakan bermain piano dini hari ini lalu membuat jemarinya cidera dan tidak bisa bermain piano lagi dalam kurun waktu cukup lama.
Syfo kembali ke kamarnya. Dia mengeratkan jubah tidurnya saat melewati jendela yang memiliki celah sehingga membuat angin dari luar rumah masuk ke dalam rumah. Terasa dingin dan menusuk. Namun Syfo tersenyum hangat di balik dinginnya udara dini hari ini. Sesampainya di kamar dia kembali meringkuk di balik selimut. Tersenyum sekali lagi sambil membayangkan wajah Sagara yang sedang serius saat bermain piano siang tadi. Sebelum akhirnya Syfo menutup mata lalu terlelap dalam tidur nyenyaknya.
Hal yang sama juga terjadi pada Sagara. Seharian ini dia sudah berusaha mengalihkan perhatiannya untuk melakukan berbagai aktivitas supaya tidak terus terbayang pada wajah serius Syfo saat bermain piano. Namun usaha Sagara selama beberapa jam terakhir harus kalah saat ia hendak memejamkan mata di malam hari. Meski jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul dua dini hari Sagara masih terjaga, melupakan kalau esok hari aktivitas yang tak kalah padat dengan hari sedang menunggunya. Sagara seolah punya stok energi yang cukup untuk menghadapi esok hari sekalipun tidak tidur malam ini.
Sagara masih tidak habis bagaimana bisa dia tadi pagi dia justru menyebutkan alamat rumah Syfo di pencarian alamat aplikasi map GPS ponselnya. Padahal harusnya dia menyebutkan nama Melody. Dia bahkan tidak sadar kalau sudah salah alamat sampai bertemu dengan sang pemilik rumah. Sagara memang menyimpan titik lokasi alamat rumah Syfo dan Melody di ponselnya dengan nama masing-masing. Kalau dia sampai salah alamat berarti nama Symphony-lah yang disebutkan oleh Sagara di aplikasi map ponselnya. Dan sampai detik ini dia masih tidak habis pikir kenapa bisa melakukan hal bodoh yang sangat memalukan seperti tadi.
***
Pagi yang sama seperti biasa terjadi di rumah Syfo. Pukul setengah tujuh pagi dia sudah rapi seperti biasanya. Sambil bersiap Syfo menerima panggilan telepon dari sekretarisnya. Dia mengulang kembali jadwalnya hari ini yang telah dikirim oleh Rosi melalui surel beberapa menit sebelumnya.
Syfo berdecak saat melihat ada jadwal yang tidak sesuai. “Kamu kenapa nggak bilang kalau hari ini saya ada janji makan siang dengan Shadow Constructions?” tanyanya sembari mengenakan stocking hitamnya.
“Maaf, Bu. Undangan makan siang ini sudah diajukan sejak satu minggu yang lalu. Ibu sudah setuju dengan jadwal kemarin siang. Tapi karena Ibu sedang sakit jadi terpaksa mengganti jadwalnya menjadi hari ini.”
“Ya, tapi harusnya kamu mendiskusikan dulu sama saya, Rosi. Kamu tahu hari ini Pak Luthfi mengundang saya bermain golf bersama utusan dari kantor kementerian pekerjaan umum?” Tepat setelah itu Aries muncul di depan Syfo dengan muka bantal dan memaksa untuk mencium Syfo yang sudah mengenakan lipstik di bibirnya. Syfo tidak bisa menolak. Dia melayani permintaan Aries dengan perjanjian hanya berciuman saja. Tidak lebih dari itu.
“Bagaimana, Bu Syfo? Apa perlu saya reschedule untuk jadwal makan siang dengan pihak Shadow Construction?” tanya Rosi untuk yang kedua kalinya karena pertanyaan pertama tidak mendapatkan jawaban.
Syfo lupa mematikan sambungan telepon dari sekretarisnya. Dia hanya sempat meletakkan ponselnya di atas meja rias sebelum Aries membimbingnya ke atas ranjang sambil melumat bibirnya dengan mesra.
“Aku udah terlambat, Eris,” protes Syfo saat bibir Aries menuruni lekuk lehernya yang terbuka.
Aries tidak menjawab. Yang terdengar dari mulutnya hanya suara menggeram dan desah napas saat menyentuh setiap inci kulit Syfo.
“Sepuluh menit!” ucap Aries saat Syfo menahan tangannya yang hendak melepas kancing kemeja istrinya.
“Yakin cuma sepuluh menit?” tanya Syfo meyakinkan Aries. Dia menahan napas saat Aries membelai punggungnya dengan gerakan sensual yang mampu membangkitkan gairahh.
Aries mengangguk sambil menangkup salah satu p******a Syfo yang masih tertutup kemeja. “Katanya s****a pagi hari itu paling baik untuk proses pembuahan,” jawab Aries, menenggelamkan wajahnya di belahan dadaa Syfo. Menghirup aroma tubuh Syfo yang mampu mengobarkan hasratnya untuk menyentuh lebih jauh.
Aries menunjukkan tatapan merayu lewat mata sayu yang luar biasa seksi, membuat Syfo tidak kuasa menolak permintaan tak terucap di sana. Saat Syfo meremas rambut Aries yang sedang berada di depan payudaranya bisa diartikan sebagai tanda wanita itu memberi akses pada suaminya untuk melanjutkan aktivitas bercintaa mereka.
Ponsel Syfo yang tadi diletakkan di atas meja rias tiba-tiba berbunyi. Membuat Syfo tersadar kalau tadi dia belum sempat memutus panggilan telepon dari Rosi. Akhirnya dia harus menahan diri untuk tidak mendesah saat merasakan Aries melakukan perbuatan yang benar di tubuhnya. Tak lupa Syfo juga membungkam mulut Aries dengan bibirnya supaya tidak kelepasan mengeluarkan suara-suara yang bisa menimbulkan persepsi macam-macam bila benar panggilan telepon dengan Rosi masih terhubung.
Aries bohong. Karena hingga sepuluh menit berlalu pria itu masih belum rela menghentikan aktivitas paginya. Namun akhirnya dia mengalah setelah Syfo berbisik kalau hampir terlambat untuk menghadiri meeting pagi.
Syfo keluar kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya dari bekas aktivitas bercintanya dengan Aries. Dia menemukan wajah Aries terlihat puas dan bahagia saat berjalan menuju kamar mandi. Pria itu bahkan menunjukkan wajah tidak berdosa karena telah membuat istrinya terlambat ke kantor.
“Hallo, Rosi. Maaf ya, tadi saya ada kesibukan di rumah. Jadi gimana untuk jadwal saya hari ini?” ucap Syfo setelah berada di ruang makan untuk menikmati sarapan sederhana yang telah disiapkan oleh Bi Yana.
“Iya, Bu. Saya juga minta maaf. Tidak seharusnya membuat Ibu Syfo menghubungi saya saat masih berada di rumah,” balas Rosi sopan. “Ibu Syfo mau reschedule undangan makan siang atau undangan bermain golf?” tanya Rosi kemudian.
“Kalau bisa ditunda sore hari, kamu jadwalkan saja satu jam setelah acara bermain golf.”
“Pastinya jam berapa, Bu? Karena nanti sore ada undangan peresmian gedung milik PT. Cakra Buana. Saya tidak yakin Bu Syfo punya banyak waktu untuk melakukan semua jadwal acara hari ini.”
Aries mendengar ucapan Rosi dari pengeras suara ponsel Syfo yang sengaja diaktifkan. Dia bergegas turun bahkan melewati dua tangga sekaligus supaya segera sampai di ruang makan tempat Syfo berada.
“Acara peresmian gedung biar aku aja yang menghadiri,” bisik Aries setelah berada di samping Syfo.
Syfo mengernyit. Namun akhirnya dia memberi jawaban pada Rosi. “Undangan peresmian gedung milik Cakra Buana akan dihadiri oleh Pak Aries,” ucapnya. “Untuk undangan dari Shadow Construction jadwal ulang besok. Jangan lupa pastikan pihak kita yang mengatur reservasi tempat makannya. Sebagai tanda permintaan maaf karena sudah menjadwal ulang undangan dari mereka sampai lebih dari satu kali.”
“Baik, Bu. Saya akan reschedule jadwal Ibu Syfo hari ini dan besok. Sekaligus melakukan reservasi restoran untuk acara makan siang besok.”
“Oke, Rossi. Terima kasih ya.”
“Sama-sama, Bu. Maaf sudah mengganggu waktunya. Selamat beraktivitas,” balas Rosi lalu mengakhiri panggilan telepon mereka.
“Kamu yakin mau menghadiri acara peresmian itu?” tanya Syfo. “Bukannya kamu bilang waktu itu nggak suka sama pemilik Cakra Buana karena orangnya terlalu angkuh versi kamu?”
“Iya aku pernah bilang gitu. Tapi nggak ada salahnya aku mendekati pemilik gedung itu. Siapa tahu ada proyek selanjutnya yang bisa aku rayu dari dia,” jawab Aries.
Syfo tidak lantas menerima jawaban Aries. “Boleh aja. Tapi kamu janji, jangan mengacaukan hubungan baik yang sudah terjalin antara Cakra Buana dengan Khawas Group, hanya karena alasan ketidaksukaanmu pada pemilik pengusaha properti itu,” tegas Syfo.
Tiba-tiba Aries menggebrak meja makan. “Aku sudah bilang mau mencoba mendekati pemilik Cakra Buana. Di mana dari kalimat aku yang mengandung unsur, aku akan mengacaukan hubungan baik yang sudah terjalin antara Cakra Buana dengan Khawas Group, Fo?” bentak Aries tidak terima.
Syfo mengerjap mendengar suara Aries yang meninggi dengan mudahnya. “Aku hanya sedang mengingatkanmu, Eris. Kenapa kamu jadi emosi gini tanggapannya?” ucap Syfo, segera beranjak dari kursi makan sambil membereskan barang-barangnya yang berada di atas meja makan.
Aries tidak menjawab. Dia masih terpaku di kursi makan. Dia bahkan tidak bereaksi apa pun ketika Syfo berpamitan. Setelah mendengar deru suara mobil Syfo meninggalkan garasi rumah barulah Aries tersadar kalau istrinya sudah tidak ada lagi di sekitarnya.
***
Syfo sudah siap dengan pakaian olahraga golfnya. Dia menunggu Luthfi beserta utusan dari kantor kementerian pekerjaan umum yang akan menghabiskan waktu bermain golf bersama hari ini.
Luthfi yang datang beberapa menit kemudian setelah Syfo, memperkenalkan Syfo dengan bangganya pada utusan resmi dari kantor kementerian pekerjaan umum. Mereka bertiga mengobrol santai sembari bermain golf di kawasan Sentul. Sebelum memulai obrolan yang serius setelah bermain golf.
Saat Luthfi baru saja memukul bola dengan stik golfnya, sekretarisnya berlari kecil menuju ke arahnya lalu memberikan ponsel milik Luthfi. Setelah terlibat obrolan melalui sambungan telepon di tempat yang nyaman untuk berbicara, Luthfi kembali masuk lapangan. Namun dia tidak melanjutkan permainan. Dia menarik Syfo ke tempat lain untuk mengobrol secara rahasia dengan adik perempuannya.
“Kali ini kamu kelewatan, Fo!” Wajah Luthfi tampak kesal sambil menunjuk wajah Syfo dengan jari telunjuk kanannya.
“Kenapa, Bang? Ada masalah apa?” tanya Syfo tidak mengerti atas kesalahannya.
“Ngapain kamu kirim orang lain untuk menghadiri acara peresmian gedung milik PT Cakra Buana?” tanya Luthfi masih dengan tatapan kesal. “Kamu tahu sendiri bagaimana sulitnya Abang meyakinkan Buana untuk mempercayakan konstruksi gedungnya yang cukup rumit itu pada kamu?”
Syfo mengernyit. “Aku nggak kirim orang lain, Bang. Yang menghadiri acara peresmian gedung itu Aries. Dia juga bagian dari Khawas Group,” jawabnya, membela diri. “Pak Buana juga kenal kalau Aries itu suami aku.”
“Iya, Abang juga tahu soal itu. Tapi Abang, kan, sudah bilang kalau Buana itu prefer ke kamu ketimbang orang lain dalam mengurusi urusan gedung itu. Dan kamu sudah menyanggupi tidak akan lepas tangan sampai acara peresmian gedung.”
Syfo menunduk. Dari ekspresi kesal yang tercetak jelas di wajah tenang Luthfi, dia yakin telah melakukan kesalahan besar kali ini. Abangnya itu termasuk orang yang cukup tenang. Bisa dibilang jarang menunjukkan wajah kesal hanya untuk masalah sepele.
“Sekarang kamu harus tanggung jawab. Abang nggak mau tahu, bagaimana caranya kamu harus bisa meyakinkan Buana untuk tidak kecewa terlalu dalam sama kamu dan Khawas Group,” ujar Luthfi. “Acara peresmian gedung akan dimulai lima belas menit lagi. Abang sudah minta waktu pada Buana untuk menunggu acara dimulai sampai kamu datang. Urusan dengan utusan kementerian dan lapangan biar Abang yang menyelesaikan. Kamu pergi saja ke acara peresmian gedung.”
Luthfi meninggalkan Syfo untuk kembali memasuki lapangan. Sementara Syfo segera menghubungi Donna untuk membantunya merias diri sebelum menghadiri acara peresmian gedung milik Cakra Buana.
~~~
^vee^