-----
Author Pov
-----
Vallery menatap Brian yang sedang memandangi jalanan kota Reykjavik, Islandia. Tatapannya beralih pada kemeja lengan panjang berwarna hitam yang tampak serasi dengan tubuh Brian yang tegap. Vallery tertangkap basah sedang memperhatikan Brian ketika pria itu menoleh ke arah Vallery, Vallery berdehem mengatur rasa gugupnya sedangkan Brian hanya terkekeh pelan.
"Sudah puas memandangi ku?" tanya Brian yang membuat wajah Vallery memerah seketika karena malu. Vallery terkejut ketika tangan Brian menggenggam jemarinya dengan lembut, pria itu menatap Vallery dengan tatapan yang begitu dalam, Vallery meneguk saliva nya dengan susah payah.
"Entah mengapa aku merasa senang ketika kau memperhatikan ku." Brian tersenyum dan itu membuat Vallery memalingkan wajahnya. Vallery menarik tangannya dari genggangam Brian, membuat hati Brian terasa sesak seperti merasakan sesuatu akan hilang.
"Kau selalu percaya diri," ucap Vallery seraya menyandarkan punggungnya pada kursi lalu melipat kedua tangannya di depan d**a.
"Kau mau beralasan apalagi, hm?" Brian menoleh ke arah belakang mencari-cari sesuatu namun ada tembok besar di belakangnya.
"Di belakang ku tidak ada apapun yang bisa kau perhatikan seperti kejadian di air terjun tadi, kau tidak mungkin beralasan memperhatikan tembok di belakang ku bukan?" Vallery kembali memalingkan wajahnya saat ia menyadari bahwa yang dikatakan Brian adalah benar.
"Up to you, Brian." Vallery memutar bola matanya saat ia merasa jengah berdebat dengan Brian.
"Setelah ini kau ingin kemana? Aku akan mengantar mu kemanapun kau mau," ucap Brian dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
"Pulang," jawab Vallery singkat, membuat Brian sedikit mengernyit.
"Pulang? Ini baru jam dua belas siang Vallery, kau tidak mau berbelanja dulu atau jalan-jalan dulu mungkin?"
"No." Vallery nampak tidak tertarik dengan tawaran Brian. Brian terlihat gelisah mendengar jawaban dari Vallery.
"Banyak sekali tempat-tempat yang belum kau kunjungi," ucap Brian memelas, berharap Vallery akan menerima tawarannya.
"Lalu kenapa jika banyak tempat-tempat yang belum ku kunjungi?" tanya Vallery dengan salah satu alis yang terangkat.
"Sangat disayangkan jika kita pulang lebih awal tanpa jalan-jalan terlebih dahulu." Brian kembali gelisah.
"Sejak pagi kita sudah jalan-jalan, Brian." Vallery mencoba mengingatkan Brian bahwa mereka sudah berlalu lalang melintasi negara tersebut, mulai dari mengunjungi makam Liza, mengunjungi air terjun Kirkjufellsfoss hingga berhenti di restoran sederhana tempat mereka makan siang saat ini.
"Aku belum puas, Vallery." Vallery mengernyit mendengar perkataan Brian.
"Sejak tadi kau menawari ku untuk belanja atau jalan-jalan lagi, sebenarnya kau yang ingin jalan-jalan atau aku? Kau seperti mendesak ku untuk menghabiskan kegiatan ku hari ini dengan jalan-jalan." Brian terkekeh menyadari keinginannya yang sudah ditebak oleh Vallery.
"Aku hanya ingin lebih lama lagi bersama mu," ucapnya seraya tersenyum memandangi Vallery dengan tatapan yang begitu dalam.
"Sejak kau membawa ku dari Los Angeles kemari, aku tidak pernah jauh darimu bahkan hanya lima meter pun, dan hampir setiap jam aku selalu bersama mu, Brian!" ucap Vallery kesal namun membuat Brian merasa senang mendengar pernyataan Vallery.
Aku tidak menyadari bahwa kita sudah sedekat itu, Vallery. batin Brian.
"Berhentilah tersenyum seperti itu dan ayo pulang, Brian." Mendengar perkataan Vallery, Brian semakin tersenyum lebar lalu bangkit dari duduk nya.
"Okay, come on girl. Aku sudah tidak sabar menghabiskan waktu seharian ku ini bersama mu meskipun hanya di dalam mansion."
Vallery kembali memutar bola matanya mendengar perkataan Brian. Ia merasa sudah terbiasa menghadapi sikap pria yang saat ini sudah berdiri di hadapannya. Brian mengulurkan tangannya kepada Vallery yang belum juga beranjak dari tempat duduk nya, tidak lama berselang Vallery menyambut uluran tangan tersebut.
Brian merasa Vallery sedikit jinak padanya setelah mengetahui bahwa ia tidak terikat hubungan dengan siapapun karna Liza tunangan nya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Brian dan Vallery berjalan keluar menuju area parkir dengan posisi Brian yang memimpin langkah mereka.
Sesampainya di depan mobil sport milik Brian, Brian berjalan membukakan pintu untuk Vallery, saat Vallery hendak memasuki mobil, Brian mencekal lengan Vallery membuat tubuh Vallery terhimpit antara badan mobil dan tubuh Brian. Brian menangkup wajah Vallery dengan kedua tangannya dengan lembut, dipandanginya wanita yang beberapa hari ini membuatnya begitu gila.
"Kau terlihat cantik hari ini," ucap Brian yang membuat wajah Vallery merona.
"Apa kau sedang merayu ku?" Brian terkekeh mendengar pertanyaan Vallery.
"No. Bolehkah aku meminta satu hal padamu?" Brian memandangi wajah Vallery lagi. Ia melihat mata biru terang milik Vallery yang begitu lembut, bibir Vallery yang merah alami dan wajah Vallery yang begitu cantik baginya.
"Jangan pernah tinggalkan aku, Vallery. Aku bisa gila jika kau berada jauh dari ku." Ucapan Brian sukses membuat jantung Vallery berdebar begitu kencang, wajah Vallery merona seketika mendengar ucapan Brian yang terdengar begitu dalam.
"Berjanjilah," tambah Brian membuat Vallery semakin merona. Vallery menunduk.
"Honey," panggil Brian membuat Vallery terkejut mendengar panggilan tersebut, setelahnya Brian mendongakkan wajah Vallery dengan tangan kanan nya lalu melumat bibir Vallery dengan lembut, membuat tubuh Vallery menegang seketika.
Brian melepaskan ciumannya yang begitu lembut lalu kembali memandangi wajah Vallery. "Berjanjilah," pinta Brian sekali lagi.
Vallery menatap mata coklat milik Brian dengan begitu dalam. "I'm promise." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Vallery disusul dengan senyuman Brian yang mengembang di wajahnya. Brian memeluk Vallery begitu erat dengan sesekali mencium puncak kepala Vallery, kecupan Brian di kepala Vallery terhenti saat ia mendengar suara yang begitu mengejutkan.
DORRR!!!
Suara tembakan menggema di seluruh area parkir. Brian kembali terkejut saat tubuh Vallery lunglai dalam dekapannya. Brian melepaskan pelukannya lalu mendapati mata Vallery yang sudah tertutup rapat.
-----
Untuk membuka part selanjutnya kalian harus pakai koin ya...
Semoga di antara kakak-kakak para pembaca ini ada yang mau baca sampai part akhir cerita karna konfliknya dimulai dari part yang terkunci dan cerita My Sexy Prince 1 ini memiliki sequel yaitu My Sexy Prince 2 & My Masked Queen... Terima kasih...