Tanpa mereka berdua sadari, Luna sedari tadi mendengarkan perbincangan itu. Tangan Luna mengepal kuat ingin menghabisi seseorang yang tak begitu becus menjalankan perintahnya. Menghabisi saja terasa sulit bahkan berniat melindungi Aris sampai ingin menyelamatkannya. 'Tapi gue gak semudah itu melepaskan lo. Harus main halus dulu,' batinnya tersenyum senang. Tidak seharusnya musuh dalam selimut itu justru menjadi pengkhianat tersembunyi. Luna tidak mempermasalahkannya, asalkan tidak membocorkan dirinya sebagai pelaku utama. *** Aqila menatap Kaila prihatin. Sahabatnya itu tidak mau makan seharian ini padahal sudah ia bujuk rayu sampai menakut-nakuti Kaila jika tak mau makan nanti ayamnya mati. "Kenapa Arif gak ada kabar?" suara Kaila bergetar, matanya berkaca-kaca bersiap ingin mene