Di kampus, Aris yang sedang di kantin menikmati makan siang itu menerima telepon dari ayahnya. "Lagi makan juga masa lo teleponan ris," ujar Arif tidak senang, memangnya siapa yang berani menganggu makan siang Aris? Yeni? "Biarin aja rif, siapa tau itu penting," Javas tidak mau ikut campur. Rasanya senang bisa berkumpul kembali seperti ini meskipun sedikit berbeda karena Aris tak sepenuhnya mengingat semua hal. "Besok yah? Gak bisa lusa? Gak apa-apa. Pasti bisa, nanti aku izin sama Javas aja," Aris menghela nafasnya, berpisah dengan Allisya karena sebuah urusan kantor dan ayahnya itu hanya mengandalkan dirinya meskipun ia tak begitu menguasai dunia per-bisnisan. "Izin sama gue?" Javas mengernyit heran. "Emangnya ada keperluan apa sih?" tanyanya ingin tau. Pasti hal penting. "Besok