Tepat jam lima pagi, Bulan telah bersiap dan keluar dari kamar miliknya. Tak dia sangka jika Dona, kepala pelayan telah menunggu di depan pintu.
"Kau tepat waktu sekali. Aku pikir karena kau pelayan baru jadi kau agak bermalas-malasan tapi tidak tetap tingkatkan kedisplinanmu seperti ini. Sekarang mari ikuti saya." Dona melangkah lebih dulu sedang Bulan mengikuti dengan wajah gusar.
Dia terus berdoa untuk hari ini dia tak akan membuat kesalahan. Suara kenop pintu menyadarkan Bulan dari lamunan, Dona masuk terlebih dahulu untuk menyalakan lampu.
Begitu saklar ditekan tampaklah ruangan kecil dengan berbagai alat pelayan. Rak berisi buku tersusun dengan rapi. "Ini adalah ruangan khusus untuk pelayan baru. Mereka di didik di sini agar bisa menjadi seorang pelayan berkualitas tentunya di keluarga Alexandra, mereka menginginkan yang terbaik."
Dona mendekati rak buku. Jemarinya menelusuri beberapa buku kemudian mengambil salah satu dan memberikannya pada Bulan. "Pelajarilah dasar-dasar dari pelayan, setelah kau menguasainya baru aku memberikanmu beberapa aturan untuk menjadi pelayan pribadi dari Tuan Surya."
Bulan mengambilnya dan membaca bagian pertama dari buku tersebut. "Satu jam dari sekarang kita akan praktek untuk pelajaran pertama jadi pelajari baik-baik." Terang saja Bulan kaget namun dia tak mengucapkan sepatah kata pun sebab Bulan tahu ini konsekuensinya sebagai seorang pelayan.
Dari jam lima pagi sampai tengah hari, Bulan berekstra kerja keras demi mempelajari segalanya tentang menjadi seorang pelayan yang baik. Kadang-kadang dia salah dan ditegur oleh Dona.
Bulan yang bekerja keras sekaligus menjadi calon pelayan dari Tuan Surya yang tampan sukses menyita perhatian dari beberapa pelayan yang sudah bekerja lama di sana. Kabar jika Bulan akan bekerja menjadi pelayan pribadi dari Surya menjadi buah bibir setiap pelayan dan hal itu menimbulkan kecemburuan.
"Tuan Surya bagaimana sih? Kok orang baru ditugaskan jadi pelayan pribadinya? Padahal kita yang sudah lama bekerja. Kenapa tidak memilih kita saja?"
"Setuju apa lagi calon pelayan baru itu cupu banget, masa iya dia yang jadi calon pelayan pribadi Tuan Surya kita yang tampan? Dia itu cuma bikin rusak pemandangan saja." Ocehan dari pelayan itu dibalas dengan tawa.
"Kalian itu jangan berceloteh tak penting," ucap seorang gadis berambut panjang dan dia langsung disorot oleh teman satu kerjanya dengan tatapan muak.
"Ayolah Ayu aku tahu kamu itu pasti tak suka secara kamu juga, kan dekat dengan Tuan Surya. Diperlakukan baik juga. Jangan pasang tampang polos deh." Ayu tersenyum sinis.
"Dengarkan aku dulu, aku punya rencana lebih baik dari ocehan kalian itu. Dia itu calon pelayan baru kita harus menyambutnya dong." Senyum palsu yang dibuat oleh Ayu cukup memberikan penjelasan dan mereka setuju dengan Ayu.
❤❤❤❤
Jam lima sore. Rembulan merenggangkan tubuhnya yang seharian belajar. Dari tadi hanya punya waktu sarapan dan makan siang untuk beristirahat. Syukurlah pelajarannya selesai tepat jam lima sore jadi tidak terlalu capek.
Ketika dirinya bersantai, suara ketukan terdengar dari pintu kamarnya. Buru-buru Bulan memakai kacamatanya lagi dan membuka pintu.
Dia terpaku saat melihat dua sosok pelayan senior tersenyum ke arahnya. "Hai namamu Rembulan ya? Calon pelayan baru di sini?"
"I-iya. Ada apa ya kak?"
"Boleh ikut kami sebentar." ucap salah seorang pelayan yang adalah Ayu. Dia berakting sama seperti sebelumnya, memberikan senyuman manis.
"Ke mana?"
"Kau tak tahu ya, kami ini sering membuat acara penyambutan bagi pelayan baru nah kau itu pelayan baru jadi kami ingin membuat acara penyambutan." jelas seorang pelayan dengan tag nama Kiki.
"Oh begitu. Ah, tak usah repot-repot."
"Sudah ayo ikut kami saja." Ayu menangkap pergelangan tangan milik Bulan lalu menyeretnya ke suatu tempat di mana semua pelayan wanita berkumpul.
"Hei dia sudah datang." Bulan merasakan keganjalan dari semua wanita itu. Jika ini acara penyambutan, kenapa mereka memasang wajah sinis?
"Oh iya Bulan tolong berdiri di titik merah sana. Sebagai seorang pelayan baru kami akan melempar tepung, telur busuk dan lain-lain sebagai tanda selamat datang. Apa kau tak keberatan?" Bulan terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Dia berdiri di tempat yang dikatakan dan setelah itu semua pelayan wanita menyerangnya dengan bahan-bahan yang dikatakan Ayu. Dari kacamatanya yang kotor, Bulan bisa melihat mereka bukanlah tertawa suka ria tapi tertawa mengejek.
Tapi Bulan menerima semua yang dilempar olehnya sebagai tanda "selamat datang". Mungkin karena mereka ribut, orang yang mendengar langsung ke tempat itu tapi mereka tak mengira bahwa yang datang adalah majikan mereka.
"Ada apa ini?" Suara Surya membuat mereka mematung. Pria itu lalu melempar pandangan pada Bulan yang menunduk.
"Kenapa kalian melempar makanan busuk pada calon pelayanku?" Mereka tetap hening dan karena itu Surya menjadi naik emosi.
"Bulan, katakan padaku apa yang terjadi di sini?!"
"Mereka bilang ini adalah penyambutan untuk calon pelayan baru di sini." jawab Bulan lugas. Surya membuang napas kasar dan berbicara pada Rembulan.
"Bulan, asal kau tahu saja di sini tak ada acara semacam itu, kau dibodohi oleh mereka semua dan lain kali aku tak mau kau seperti ini lagi. Tanyakan dulu pada Dona jika menurutmu ada yang aneh. Apa kau mengerti?!"
"Baik Tuan." Surya lalu beralih memandang pada semua pelayan wanita yang kini memasang wajah cemas.
"Jawab yang jujur jika kalian tak mau diberikan hukuman, siapa dalangnya?!" tanya Surya memakai amarah.