Prolog
Seorang wanita masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa sebuah testpack di tangannya. Kamar mandi yang asing dan perasaan gugup. Seorang pria yang menunggu di depan meja dokter juga merasakan hal yang sama. Berkali-kali dia menggigit bibir bawahnya karena merasa cemas dengan hasilnya.
Perasaan itu datang lagi, perasaan mual dan ingin muntah. Sebenarnya mereka datang ke dokter untuk memeriksakan sang suami yang merasa mual dan juga muntah beberapa hari ini. Tetapi, dokter wanita berusia sekitar 40 tahun itu malah menyuruh istrinya untuk melakukan tes kehamilan.
"Apa mungkin jika istri saya yang hamil, saya yang merasakan mual, Dok?" tanya pria itu dengan logat medhok-nya. Dia terlihat begitu polos meski usianya sudah di kepala 3.
Dokter wanita itu tersenyum mendengar pertanyaan pria itu. "Gini Pak Bekti--"
"Panggil Bejo saja, Bu," sanggah pria yang bernama Bejo itu pada sang dokter wanita. Dia lebih suka dipanggil Bejo dari pada nama aslinya, entah kenapa.
"Baiklah, Pak Bejo. Begini penjelasannya." Dokter wanita itu menghela napas panjang. Bersiap untuk menjelaskan.
Perhatian mereka teralihkan karena seorang wanita keluar dari kamar mandi. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, dengan wajah merona melangkah ke arah kedua orang yang sedang ingin memulai percakapan itu.
"Gimana, Al?" tanya Bejo cemas. Wajahnya menyiratkan tanda tanya yang besar akan kondisi yang aneh ini.
Tak langsung menjawab, Alia hanya terus berjalan menuju ke arah mereka. Tangan kanannya membawa testpack, dia menyerahkan benda itu pada dokter wanita yang ada di hadapan suaminya.
Dokter wanita itu manggut-manggut setelah melihat dua tanda merah pada testpack itu.
"Jadi jelas, ya, Pak Bejo. Ibu Alia tengah hamil," ucap dokter wanita itu sembari tersenyum, "selamat!" Dia mengulurkan tangan kanannya untuk dijabat oleh Bejo.
"Apa?! Istri saya beneran hamil?" Tak bisa disembunyikan raut bahagia yang ditampakkan oleh lelaki itu. Dia menerima uluran tangan sang dokter wanita. Setelah itu memeluk istrinya yang masih menunduk. Dokter wanita ikutan bahagia melihat pasangan yang tengah berbahagia di depannya itu.
Bahkan Bejo tanpa merasa sungkan ataupun malu, menciumi kedua pipi Alia bergantian. Kebahagiaan yang dia rasakan kini, tak terlukiskan oleh apa pun.
"Terima kasih, ya Allah. Istriku hamil." Bejo melakukan sujud syukur saat ini juga. Dia ingin mengucap syukur sebanyak-banyaknya pada Dzat yang telah menganugerahkan kebahagiaan ini.
Mereka yang ada di ruangan itu terharu, terlebih Alia yang juga merasakan kebahagiaan yang sama dengan suaminya.
Bejo kembali duduk di kursinya untuk mendengarkan penjelasan yang tadi belum sempat diterangkan oleh dokter wanita itu.
"Jadi, gini, Pak, Bu. Memang ada beberapa kasus seperti yang kini kalian alami. Namanya kehamilan simpatik. Penyebabnya bisa karena stres atau rasa empati yang dirasakan suami ke istri," jelas dokter wanita itu. Alia membaca nama yang bertengger di bagian d**a jas dokternya, Dokter Karin.
"Jadi, hal ini wajar, ya, Dok?" tanya Alia. Pasalnya dia tak pernah merasakan morning sickness seperti ibu hamil pada umumnya.
"Wajar saja, Bu. Saya tidak menemukan alasan suami Anda merasa sakit. Dan saya curiga dengan keterlambatan datang bulan Anda, sehingga saya menanyakannya."
Setelah mendapat jawaban dari Dokter Karin, keduanya merasa tenang. Pasangan itu tidak boleh stres yang berlebih, karena bisa memengaruhi kondisi kehamilan Bu Alia," Jelas Dokter Karin panjang lebar.
Sepulangnya dari klinik, mereka langsung pulang ke rumah.
"Jangan dulu, Al." Bejo berusaha menghindari pelukan Alia. Di kepalanya masih terngiang-ngiang ucapan Dokter Karin, mereka harus menahan dulu untuk tiga bulan pertama. Bukan tak boleh, tapi jangan sampai keseringan, nanti bisa berdampak buruk bagi janin. Dan Bejo masih ingat jika semalam mereka telah melakukannya. Istrinya itu memang akhir-akhir ini menjadi sangat liar.
"Tapi, aku pengen, Mas," rengek Alia manja. Sifat manja Alia ternyata sudah mendarat daging.
"Ssst ...! Semalam 'kan udah. Mas Bejo nggak mau bayi kita ini kenapa-kenapa." Tangan Bejo mengelus perut Alia yang masih datar. Menurut Dokter Karin tadi, usia kandungan Alia masih sekitar 5 minggu. Dihitung dari terakhir kali dia menstruasi dan juga dari suara detak jantung janinnya.
Alia cemberut. Dia merasa kesal karena keinginannya tak dipenuhi.
"Mas ...."
Bejo terus berlari ke arah kamar mandi untuk mengeluarkan yang ada dalam perutnya. Alia ikutan panik dengan kondisi suaminya. Sudah berapa kali suaminya itu muntah hari ini. Sepertinya ini akan menjadi kehamilan yang mengesankan bagi pasangan itu.