Tangan Abah yang melayang hendak menamparku, langsung terhenti di udara saat Ian menangkap tangannya. Abah berpaling, wajah tembamnya terlihat geram. Tapi perlahan, mata Abah menyipit. Dahinya mengernyit tak percaya. Tiba-tiba saja Abah menepuk-nepuk bahu Ian sambil tergelak, membuat tubuh gempalnya yang hanya mengenakan kaus hitam pendek dengan bawahan sarung yang dikenakan asal berguncang pelan. "Jadi ... kamu!” Abah menggeleng tak percaya. Lalu menatapku. “Fi, Fi. Kalau kamu tidak suka menikah dengan lelaki yang Abah jodohkan dan lebih memilih ... siapa namamu?" Abah menatap Ian lagi. Tatapan Abah sangat bersahabat. Apa mereka saling kenal? Ian tersenyum kecil. Mengangguk sopan. "Ardian." "Iya, Ardian. Fi, abah tak keberatan jika dari awal, kamu bilang menyukai Ardian bukannya si A
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari