Kami duduk santai di balkon, menatap langit yang terang. Sesekali Ian bersiul. Aku sendiri sejak tadi hanya diam, begitu salah tingkah. Ingin memulai pembicaraan, tapi bingung mau mengatakan apa. "Jangan diulangi lagi, Can." Ian akhirnya menoleh padaku, berkata dengan suara pelan. Aku tersentak saat tangan Ian menyentuh pelan jemariku. Segera kutepis. "Aku kebingungan mencarimu ke mana-mana. Jika kamu hilang, pasti aku yang disalahkan." Aku menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Tentu saja Mas Aswin akan menyalahkannya. Mas Aswin pernah bilang, aku satu-satunya gadis yang membuatnya semangat menjalani hidup. Hening. Entah mengapa jadi begini tak nyaman. "Can ...." Aku menoleh sekilas. "Ada apa?" Benar-benar tak nyaman. Bagaimana ini? Ian tersenyum. Mencipta dekik indah