Ian terus mengunyah sampai di piringnya hanya tersisa dua mata sapi yang terlihat sedang memelototinya. "Gak dimakan mata sapinya?" tanyaku saat ia menyambar sehelai tisu, mengusap pelan mulutnya. Ian tersenyum kecil, menatap sepasang mata sapi, lalu tergelak sampai pinggiran matanya basah. Kenapa sih dia? Apa ada yang lucu? Apa wajahku belepotan? Tanganku bergerak ringan mengusap pipi. "Ini buat kamu aja," sahutnya, tangan Ian segera menyendok satu mata sapi, menjatuhkan ke piringku dan kembali mengulanginya. Mata sapi ini, sekarang tampak sedang memelototiku. Aku balas melotot. Lalu menatap Ian sambil cemberut. Ian terkekeh, sorot matanya terlihat geli. "Kan kamu yang minta dibuatin telur mata sapi, masa aku yang disuruh makan, sih?! Ogah. Ngeliatnya aja udah serem gitu." Ian terke