• Aku sekarang adalah Tetangga
Mingzhi membuka pintu apartemennya perlahan, Mingzhi tidak tau ada orang yang berjalan di depan pintunya. Sambil memegang es krim yang sudah dekat dengan wajahnya, orang itu menabrak pintu dan es krim itu mengenai wajahnya.
“Aisshhh!” kejut orang itu dari balik pintu.
Mingzhi yang merasakan ada seseorang di balik pintu dengan cepat menutup pintunya dan melihat siapa orang dibaliknya.
“Nona... Maafkan aku...”
“Mingzhi?!”
“Kakak Ann?!”
Mingzhi lalu menertawai wajah Mrs. Ann yang di lumuri oleh es krim stroberi di hidungnya.
“Ahahah... Kukira siapa, ternyata Kakak Ann.”
Mrs. Ann mendorong Mingzhi, wajahnya terlihat kesal dan dia langsung berjalan ke apartemen nomer enam puluh yang terletak di samping apartemen Mingzhi.
Mingzhi mengambil es krim Mrs. Ann yang terjatuh.
“Kakak?!”
“Astaga... Apa dia masih marah padaku soal Qi Qiu Wei? Dia juga tidak banyak bicara padaku saat di sekolah.”
Mingzhi pergi sambil membuang es krim itu ke tempat sampah.
Dibalik pintu apartemennya Mrs. Ann bersandar sambil memegang dadanya. Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah.
“Kenapa anak itu bisa ada disini?”
****
Di depan rumah Mingzhi sebuah truk pindahan sudah di parkirkan, beberapa orang keluar masuk dari rumah Mingzhi, bersamaan dengan Mingzhi yang mengemas barang berharganya sendiri di dalam kardus yang ia pegang.
Seorang pria paruh baya datang yang tidak lain adalah Paman Hwan.
“Bocah Bau! Kemana barang-barangmu akan dibawa?”
“Paman Hwan! Selamat sore Paman. Tadinya aku mau mampir ke rumah paman setelah aku selesai berkemas, siapa sangka aku akan bertemu Paman Hwan disini.”
“Apa kau mau pindah?”
“Benar, Paman! Kurasa aku akan pindah dari sini.”
Paman Hwan tersenyum namun wajahnya terlihat sendu.
“Tenang saja Paman, aku pastikan untuk selalu berkunjung ke rumah Paman dan membawakan makanan kesukaan Paman.”
“Apa ini berhubungan dengan orang-orang yang selalu mengganggumu?”
“Tidak, Paman. Ini tidak ada hubungannya dengan mereka, lagipula mereka tidak akan berani melakukan tindakan seperti itu lagi.”
Paman Hwan menyentuh bahu Mingzhi.
“Nak! Berjanjilah untuk selalu datang mengunjungi pamanmu yang sudah tua ini,” ucap Paman Hwan dengan mata yang berkaca-kaca.
Mingzhi lalu membungkuk di depan Paman Hwan untuk beberapa lama, Mingzhi mencoba menyembunyikan wajahnya yang saat itu terlihat sedih dengan air mata mengalir dan juga ingus yang tidak mau berhenti setelah melihat wajah Paman Hwan.
“Aku akan sering mengunjungi Paman!” kata Mingzhi, dengan nada yang bergelombang karena dia sedang menangis saat dia mengatakannya.
Paman Hwan menyentuh kepala Mingzhi yang sedang membungkuk dan mengelus rambutnya dengan lembut. Mengetahui Mingzhi sedang menangis dan tak ingin dia mengetahunya, Paman Hwan segera pergi meninggalkan Mingzhi.
“Jaga dirimu baik-baik Nak!”
“Um!” Jawab Mingzhi dengan Singkat.
Mingzhi melihat punggung orang tua itu membelakanginya, sinarnya bahkan lebih menyilaukan daripada matahari yang ada dihadapannya, yang memancarkan cahaya merah senja. Paman Hwan pergi dengan perasaan lega.
****
Mingzhi sudah memasukkan semua barang-barang dari rumah lamanya ke apartemen baru miliknya. Mingzhi hanya memiliki sedikit barang dirumahnya jadi berkemas rumah tidak memakan waktu cukup lama baginya. Setelah dia berkeringat dia pergi untuk mandi.
Mingzhi mengeringkan rambutnya dengan handuk dan membuka kulkasnya.
“Benar juga, aku kan baru pindah kesini. Kulkasnya masih kosong, aku harus ke Mini Market setelah ini. Yosh! Mari berangkat setelah berpakaian.”
****
Mingzhi pergi ke Mini Market yang tidak jauh dari apartemennya, disana dia mencari daging dan sayur juga beberapa bahan untuk dimasak malam itu dan besok pagi. Dengan mendorong kereta belanja Mingzhi berkeliling mengitari Mini Market itu.
Tanpa disengaja dia melihat seseorang yang tak asing baginya, iya! Itu adalah Mrs. Ann yang juga sedang belanja, di rak yang berisi berbagai macam Mie Cup dijual dengan berbagai macam rasa Mrs. Ann berdiri sambil terlihat memilih, jari telunjuknya menyentuh bibirnya beberapa kali, karena tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dia juga terlihat beberapa kali berjinjit.
Melihat tingkah yang menggemaskan itu dari jauh membuat Mingzhi tersenyum. Mingzhi lalu membawa kereta belanjanya ke tempat Mrs. Ann.
“Ya ampun... Kereta belanjanya hanya berisi Mie Cup saja, kah? Apa Kakak selalu makan malam dengan ini?” dalam hati Mingzhi.
“Aish... Kakak sepertinya tidak sadar aku ada di dekatnya, dia terlalu serius dalam memilih apa yang ingin dia Makan.”
Saat Mrs. Ann menyentuh Mie Cup yang ada di rak dan ingin mengambilnya, sebuah tangan menghentikannya dengan menyentuh bagian atas Mie Cup tersebut sehingga Mrs. Ann kesusahan untuk mengambilnya. Saat dia melihat siapa yang menghalanginya Mrs. Ann langsung terlihat kesal.
Mingzhi tersenyum sambil mengangkat alisnya pada Mrs. Ann. Mrs. Ann memukul tangan Mingzhi agar dia mau melepaskan tangannya dari Mie Cup yang Mrs. Ann pilih. Mrs. Ann langsung memasukkan Mie itu ke keretanya.
Mingzhi menekuk alisnya juga. Mingzhi melihat sekeliling dan dia melihat ke arah seorang pegawai Mini Market yang merapikan kereta dorong. Mingzhi mengeluarkan uang dari sakunya dan menaruhnya ke dalam kereta belanja Mingzhi, lalu kereta itu ditendangnya sampai bergerak ke arah pegawai itu.
Pegawai itu tersenyum pada Mingzhi dan dia segera mengambil kereta belanja milik Mingzhi. Di sela kejadian itu Mrs. Ann mencoba menarik keretanya tapi Mingzhi sudah menahan kereta itu dengan sebelah tangannya.
Wajah Mrs. Ann masih terlihat kesal saat menatap Mingzhi.
“Masih kesal kah? Bahkan Kakak tidak mau langsung memarahiku. Aissh... Perempuan ini,” pikir Mingzhi.
Mingzhi mengeluarkan semua belanjaan Mrs. Ann dan menaruhnya kembali ke rak. Mrs. Ann mengambil kembali belanjanya yang sudah di tata ulang oleh Mingzhi, Mingzhi mengeluarkannya lagi dari kereta dan Mrs. Ann memasukkannya kembali. Sampai akhirnya Mrs. Ann memukul bahu Mingzhi dua kali.
Mingzhi bahkan tak merasakan apapun kecuali dia menyadari betapa imutnya sikap yang di perlihatkan oleh Mrs. Ann. Mrs. Ann membuang muka sambil menyimpul kedua tangannya di bawah dadanya.
Mingzhi membawa kereta belanja milik Mrs. Ann, tapi Mrs. Ann tidak mau beranjak dari tempatnya. Mingzhi lalu menggenggam sebelah tangan Mrs. Ann secara tiba-tiba, hal itu membuat Mrs. Ann terkejut, bahkan saat Mingzhi menarik Mrs. Ann dia tidak menoleh pada perempuan yang saat ini wajahnya di penuhi oleh rona.
Mingzhi mengajaknya ke tempat daging segar
“Kakak mau makan ayam atau ikan?” kata Mingzhi sambil melihat pada Mrs. Ann.
Mrs. Ann langsung membuang mukanya ketika ditatap tiba tiba oleh Mingzhi, Mrs. Ann juga melepaskan pegangannya. Jantungnya berdegup kencang ntah kenapa.
“Baiklah... Kalau begitu keduanya saja.”
“Mari cari sayur dan bahan-bahan lainnya di sebelah sana!” sambung Mingzhi.
Mingzhi kembali berjalan mencari bahan makanan untuk dirinya dan Mrs. Ann.
“Astaga... Sudah sampai selama ini dan Kakak masih tidak mau mengatakan apapun, setidaknya dia masih mengikutiku, kurasa dia sudah tidak terlalu marah padaku. Kuharap!” pikir Mingzhi.
Mingzhi sudah membeli semua yang dia butuhkan dan dia bersama Mrs. Ann masih berdiri berdampingan di depan kasir dengan rasa canggung.
“Kakak! Tunggu disini sebentar!”
Mingzhi pergi sebentar dan mengambil beberapa Snack berukuran besar dan juga sebuah es krim stroberi.
“Tolong hitung semuanya!”
****
Mereka berdua masih bersama saat keluar dari Mini Market, berjalan berdampingan dan berdekatan. Mrs. Ann sambil menyimpul kedua tangannya dan Mingzhi yang memegang dua kantong penuh barang belanjaannya.
“Kakak masih marah, kah?”
“Lihat! Aku juga membelikan kakak es krim.” kata Mingzhi sambil mengupas kemasan es krim tersebut.
“Nah! Tadi siang aku menjatuhkan es krim Kakak, sebagai gantinya aku membelikan yang baru untuk Kakak.”
Mingzhi menyuguhkan es krim itu di hadapan Mrs. Ann. Mrs. Ann mengambilnya perlahan.
“Ah... Kakak terlihat masih marah juga ya, itu pasti karena aku menertawai Kakak saat es krim itu mengenai wajah Kakak.”
Mingzhi mendekatkan wajahnya pada es krim yang di pegang oleh Mrs. Ann yang secara tidak sengaja Mingzhi juga dekat dengan wajah Mrs. Ann.
“Lihat! Hidungku juga mengenainya. Kita satu sama sekarang! Jadi kakak... Berhentilah mendiamiku.” ucap Mingzhi dengan wajahnya yang terlihat menyesal.
Perasaan Mrs. Ann dibuat campur aduk oleh Mingzhi, dia tidak mengerti harus kesal atau harus senang diperlakukan dengan baik oleh Mingzhi.
“Apa Kakak kesal karena aku tidak memberitahu Kakak soal aku yang sudah berpacaran dengan Qi Qiu Wei?” tanya Mingzhi.
“Eh? Apa aku kesal karena hal itu? Apa aku memang kesal Mingzhi tidak memberitahuku soal dia yang berpacaran dengan Qi Qiu Wei? Atau... Aku hanya merasa kesal karena dia berpacaran dengan orang lain? Bukankah itu dinamakan kecemburuan? Apa aku telah mencintai Mingzhi tanpa sadar?”
Mrs. Ann diam mematung untuk beberapa lama.
“Kakak? Apa kau baik-baik saja?” tegur Mingzhi.
“Haish... Apa sih yang aku pikirkan, Su Mingzhi adalah muridku, terlebih dia sudah seperti adik bagiku, apa benar aku merasa cemburu padanya?” pikir Mrs. Ann.
“Aku tidak apa-apa.” jawab Mrs. Ann dengan singkat.
“Ha... Syukurlah...” Mingzhi mengelus dadanya sendiri.
“Apa dia bersyukur karena aku tidak apa apa?” pikir Mrs. Ann.
“Aku beryukur karena akhirnya Kakak mau mengatakan sesuatu padaku,” kata Mingzhi.
Wajah Mrs. Ann memerah melihat wajah Mingzhi yang terlihat lega.
“Jadi itu yang dia pikirkan? Kenapa kau harus mengatakan itu? jika seperti itu bukankah... Kau berusaha memberikanku sebuah harapan?” dalam hati Mrs. Ann.
****
Mingzhi sudah selesai memasak makan malam dan bahkan dia dan Mrs. Ann sudah makan sampai kenyang. Setelah melakukan itu mereka duduk di ruang tamu yang ada di apartemen milik Mrs. Ann sambil menyantap camilan ringan yang mereka beli dari Mini Market.
“Mingzhi... Ini sudah malam, kalau kau pulang sekarang ke rumahmu mungkin akan memakan waktu lama jadi...”
Mingzhi melihat ke arah Mrs. Ann
“Apa kau mau menginap di apartemenku?”
“Ah... Aku mengatakannya, bagaimana dia akan menanggapinya? Apa dia akan setuju? Aku tidak berharap dia setuju sih tapi... Aku tidak ingin dia pulang terlalu larut malam.” dalam hati Mrs. Ann.
“Pffft!” Mingzhi menahan tawanya lalu dia tertawa lepas.
“Kakak ini bicara apa, apa Kakak mau aku menginap di apartemen kakak yang seperti ini. Lihat! Kemasan camilan dimana-mana, wastafel penuh dengan gelas yang belum di cuci dan wadah Mie Cup tidak dibuang dengan benar, Kakak bahkan lupa melipat pakaian dan pakaian kakak bahkan... Ehem! Pakaian dalam kakak bahkan ada di kursi dan ditempat lainnya,” kata Mingzhi.
“Awawawa! Be be be beraninya kau mengatakan itu pada Gurumu!” kata Mrs. Ann yang lalu menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Hahahah... Kakak tak akan berubah jika aku tidak mengatakan ini secara terang-terangan.”
“Bodo!” jawab Mrs. Ann dengan wajahnya yang merona.
“Jadi apa kau akan pulang? Sudah malam, mungkin kau akan kesulitan mencari Bus di malam hari.”
“Kakak... Aku sekarang tinggal di sebelahmu.”
Mingzhi mengeluarkan ID Cardnya.
“Lihat! Ini apartemen nomer lima puluh sembilan. Kita sekarang adalah tetangga!”
“Ehhhhhhhhhhhhh?!!!!”