• SANG HEROINE?
****
Hari berikutnya Mingzhi tidak datang lagi ke sekolah, terbaring diatas kasur memikirkan cara agar dia bisa kembali kesekolah lagi.
“Percuma memikirkannya semalaman, tidak ada seorangpun yang mengenaliku disana, jelas saja... Bahkan ketika aku bangun tidurpun aku sempat kaget melihat diriku dicermin seakan aku melihat orang lain. Tapi aku ganteng cukk! Hehe... Tapi menjadi gantengpun percuma saja kalau aku tidak bisa menjalankan amanah mendiang ibuku. Hmmm... Awalnya kupikir si b******k iti mengenaliku, tak kusangka dia menggunakanku sebagai tameng untuk melindung reputasinya... Si b*****t itu... “ dengan wajah geram dan mengingat kejadian kemarin.
****
“Terima kasih, bung!” Saoqi menghadang Mingzi yang baru keluar dari ruang kelas.
“b******n!” dengan tatapan penuh emosi Mingzhi mengatakannya dengan nada lirih.
Saoqi mendekat pada Mingzhi dan bertatapan secara langsung dengan Mingzhi.
“Aku tak tau siapa kau, dan aku tak tau apakah kau memiliki hubungan dengan si sampah kerdil tidak berguna itu. Tapi jangan memberiku tatapan seperti itu, bung. Kau tidak tau berhadapan dengan siapa.” kata Saoqi dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua.
“Kau hanya b******n sombong yang selalu berbangga diri karna merupakan anak seorang gangster. Jangan pikir hanya karna ayahmu seorang pemimpin aku tidak bisa berbuat perhitungan padamu. Meskipun aku tidak bisa kembali ke sekolah ini, aku akan tetap meletakkan pengawasanku padamu.”
“Bung! Saat ini kubiarkan dirimu berbicara sombong, tapi saat aku mengetahui siapa dirimu maka, hal-hal yang tidak menyenangkan akan terjadi padamu.”
“Su Mingzhi! Sebuah perumahan kecil di Fuzhou, seratus meter ke utara dari taman Jinling, Rumah yang paling kecil!” Mingzhi mengatakannya lalu berjalan dan sengaja menabrak bahu Saoqi hingga sedikit terpental.
“Si b******n ini bukan omong kosong, tenaganya lebih kuat dariku, apa latar belakang yang dia miliki sehingga berani menantang putra Li Yifei!” pikir Saoqi dalam hati.
“Bre! Kau tak apa? Bukannya dia orangmu, apa dia tak tau siapa dirimu hingga bersikap kurang ajar. b******n!” sambil melihat ke arah Mingzhi yang berjalan menjauh.
“Biarkan saja! Dia memang sedikit sentimen.” kata Saoqi.
“Bajingan.... Orang yang berani menentangku,, MATI!” dalam hati dengan mood kesal.
Sementara itu sekumpulan kaum hawa yang memenuhi koridor menghambat Mingzhi ketika ingin pergi.
“Kakak manis, kau sudah mau pergi?!”
“Bisakah kamu tinggalkan kontakmu agar aku bisa menghubungimu secara pribadi.”
“Hei kau curang! Kakak Tampan... Aku juga bisa bermain basket, tapi tidak bisa sehebat kakak, kalau boleh.... Maukah kakak mengajariku beberapa tip? Kita bisa mengobrol dirumahku, Papa dan Mamaku sedang liburan ke bali.”
“Kau yang disana! Bagaimana kau dapatkan kartu pelajar ini? (Sambil menunjukkan kartu pelajar Mingzhi).
Mendengar suara yang familiar, Mingzhipun berbalik badan.
“Ibu Ann, apa dia akan percaya kalau aku bilang itu memang milikku? (Mingzhi tersenyum kecil) mana mungkin dia akan percaya, di matanya aku adalah orang yang berbeda sekarang.” pikir Mingzhi.
“Mungkin kakak tampan mendapatkannya dari Saoqi.”
“Saoqi selalu membully Mingzhi, kan. Mungkin dia mengambilnya saat dia membullynya.”
“Aku tau kalau anak itu selalu di bully oleh teman sekelasnya, tapi seperti dia tidak ingin aku terlibat masalah, makanya dia selalu memberikan alasan-alasan untuk menyingkupi pembullyan yang dia alami. Aku mengerti pasti, disisi lain Li Saoqi adalah anak dari penguasa wilayah sini. Mingzhi pasti berpikir seorang wali kelas sepertiku tidak mungkin bisa menghadapi kekuasan milik keluarga Li di kota ini.” pikir Mrs. Ann.
“Saya akan menceritakannya Mrs. Ann. Tapi pertama-tama anda harus mengembalikan kartu itu pada pemiliknya. Saya permisi.” kata Mingzhi dengan memberikan Mrs. Ann hormat.
****
“Mrs. Ann... Sorot matanya waktu itu... Aku yakin dia mencemaskanku, dia wanita yang sangat baik, dia tidak memandangku berbeda dari yang lainnya. Baginya aku tetaplah muridnya. Untuk orang sebaik itu bagaimana mungkin aku membiarkannya terseret dalam masalah yang kualami. Musuhku bukan hanya sekedar orang kaya yang mengandalkan uang dan pengaruhnya saja. Tapi orang yang mampu berbuat kasar dan tidak ragu untuk melukai orang, ayahnya Li Saoqi itu tidak bisa dianggap remeh. Aku harus menjauhkan Mrs. Ann dari orang-orang seperti itu.”
Mingzhi terbangun dari kasurnya.
“Berhentilah memikirikan hal itu, saking banyaknya aku berpikir aku sampai lupa hal penting. Aku kan baru mendapatkan sebuah skill, semoga skill ini bisa berguna melindungiku dan orang-orang terdekatku dari para orang yang bertindak di luar hukum.”
“System! Tunjukkan penjelasan mengenai skill Memory photography yang baru aku dapatkan!”
“Permintaan terkonfirmasi!”
“Memory photography merupakan skill pasif yang bisa membuat penggunanya mengingat sesuatu sedetail mungkin dalam waktu sekali pandang.”
“Pantas saja aku bisa mengingat sesuatu lebih baik akhir-akhir ini. Baguslah, meskipun tidak bisa digunakan melindung orang-orang disekitarku, tapi ini masihlah skill yang bagus.”
****
Orang-orang mulai membicarakan Mingzhi di kelas 1-3.
“Aku masih penasaran sama kakak tampan yang kemarin. Aku bermimpi menghabiskan malam bersamanya, hehehe...”
“Dihh... Ngayal.”
“Saat dia mengaku sebagai Mingzhi kemaren aku agak terkejut mendengarnya, bagaimana mereka bisa disamakan seperti itu.”
“Kalian pernah mendengar cerita beauty and the beast gak sih? Mungkin aja kakak itu memang Mingzhi, dia menerima cinta tulus dari seseorang gadis dan dia terbebas dari kutukan.”
“Hahahah.... Mana ada gadis yang mencintai pria gemuk kerdil yang miskin itu.”
“Bicara soal pria menjijikkan itu... Dia sudah seminggu tidak hadir ke kelas, apa yang Saoqi lakukan padanya, ya?”
“Siapa yang peduli?! Bukankah kalian pikir Li Saoqi itu hebat?! Dia memenangkan turnamen basket kemarin, tapi apa kalian menyadari sesuatu yang lebih luar biasa dari itu? Dia membuat si kerdil busuk itu tidak berani datang kesekolah kita lagi sekarang, artinya akademi Sanming sudah bebas polusi.” kata Ranran pacar saoqi yang tiba-tiba masuk obrolan itu.
“kau benar, lagian siapa yang peduli dengan apa yang terjadi padanya.”
Mrs. Ann masuk ke kelas dengan wajah sedikit murung, dia mendengar sebagian pembicaraan yang dilakukan oleh para murid.
“Tak ada satu orangpun yang akan peduli pada Su Mingzhi, anak malang itu...” dalam Hatinya.
“Selamat pagi semuanya.” Sapa Mrs. Ann
Semua yang dikelas menjawab salamnya. Mrs. Ann masih murung dan mssih kepikiran tentang masalah yang dialami oleh Su Mingzhi.
“Aku mungkin satu-satunya orang yang mencemaskannya, orang-orang tidak memperlakukan dia dengan baik. Sebaiknya aku pergi menemuinya sekalian aku kembalikan kartu pelajarnya dan memintanya untuk kembali ke sekolah.” pikit Mrs. Ann.
BZZZ! BZZZ! Smartphone berdering, Mrs. Ann mengangkat teleponnya di depan kelas.
“Anak-anak! Sepertinya ibu tidak bisa mengajar kalian saat ini, ada rapat mendadak yang harus ibu datangi di luar kota. Sepertinya akan lama.”
“padahal aku juga harus menemui Mingzhi hari ini, aku khawatir semakin lama aku bertindak maka sesuatu yang buruk mungkin terjadi padanya. Aku tidak bisa menyuruh orang lain untuk menemuinya karna begitu banyak orang yang tidak menyukainya... Seandainya ada orang yang baik hati disini.” pikir Mrs. Ann dengan pandangannya yang mengarah pada salah seorang siswi yang sedang duduk dengan tenang membaca buku pelajarannya.
“Itu dia! Wu Shuan merupakan gadis yang sangat baik, berkebalikan dari Su Mingzhi... Dia merupakan gadis yang disukai oleh para murid-murid di sekolah ini, bahkan para guru banyak membicarakannya. Nilai akademisnya bagus, penampilannya pun anggun dan yang terpenting adalah sikapnya yang santun. Akupun beranggapan bahwa dia anak yang ramah. Mungkin kalau dia orangnya, dia akan bisa membujuk Mingzhi.”
Wu Shuan merupakan murid dengan nilai terbaik di angkatannya, sewaktu SMP dia lulus ujian dengan nilai hampir sempurna, bahkan nilainya merupakan yang terbaik di Tiongkok. Dengan segudang prestasi yang terlalu banyak bila diceritakan. Suaranya yang lembut serta perasaannya yang hangat membuaf semua orang yang baru mengenalnya akan menyukainya dalam waktu sekejap.
“Ketua kelas Wu Shuan!” Mrs. Ann memanggil Wu Shuan.
Gadis itu berdiri dengan sigap.
“Iya Bu guru Ann, anda memanggil saya, apa ada yang Bu Guru butuhkan?” tanya Wu Shuan.
“dia memang sopan seperti rumornya, mungkin dia bisa membantuku.” pikir Mrs. Ann
“Bisakah kau mengembalikan kartu ini pada teman sekelasmu Su Mingzhi, ibu akan memberimu alamatnya jadi... Jika kau tidak ada hal yang harus dilakukan di jam kosong ini, bisakah kau membantu Bu guru melakukannya?” tanya Mrs. Ann.
“Saya tidak memiliki kegiatan mendesak untuk sekarang, saya akan melakukan sesuai permintaan Ibu Guru, Bisakah ibu memberikan kartu pelajarnya sekaligus alamat rumah teman sekelas Su?”
Para siswa dan siswi langsung gaduh mendengar Wu Shuan mengatakannya.
“Eh?! Serius kau mau menjenguk dia Wu Shuan?”
“Ya ampun dewiku akan pergi kerumah Mingzhi, bahkan dia tidak keberatan sedikitpun.”
“Bagaimana dia bisa tersenyum tulus seperti itu ketika dia akan pergi menjenguk si kerdil itu.”
“Ah.... Tau gitu aku hilang selama seminggu agar dewi Wu Shuan datang menjenguk ke rumahku.”
“Wu Shuan itu perempuan yang baik, dia tidak akan pilih-pilih untuk memberikan perhatiannya.”
“Ya ampun, bagaimana aku tidak jatuh hati pada dewi Wu Shuan.”
“Semua orang menyukai Wu Shuan.” dalam hati Mrs. Ann
“Oh! Iya... Ini dia kartu pelajarnya, ibu akan mengirimkan alamatnya nanti lewat Weechat.” Mrs. Ann mengeluarkan kartu pelajar Mingzhi dan dengan inisiatif sendiri Wu Shuan mengambilnya.
“Kalau begitu Ibu bisa mempercayakan hal ini kepada saya, Sampai jumpa, Bu. Saya harap rapatnya berjalan lancar dan ibu bisa segera mengajar kami lagi.”
“Ah... Sepertinya aku mempercayakan hal ini pada orang yang tepat. Aku tidak perlu khawatir.” dalam hati sambil bernafas lega.