Pagi itu, embun masih menempel di dedaunan, dan langit masih lumayan gelap saat Nixie terbangun dari tidurnya.
Dia menguap lebar dan meregangkan tubuhnya, merasa bahwa ini akan menjadi hari yang biasa saja. Namun, dia tidak tahu bahwa sebuah kejutan besar sedang menunggunya di depan pintu rumahnya.
Xaquille, kekasih barunya, berdiri di depan pintu dengan senyum lebar dan sebuah kue ulang tahun di tangannya.
Xaquille telah merencanakan kejutan ini dengan sangat hati-hati.
Sebenarnya, dia ingin mengejutkan Nixie pada malam hari sebelumnya, tapi dia takut mengganggu tidur sang kekasih.
Akhirnya, dia memutuskan untuk datang pagi-pagi sekali, saat matahari belum sepenuhnya terbit.
TOK
TOK
TOK
Nixie yang masih setengah sadar berjalan menuju pintu depan saat mendengar ketukan pelan. Dia membuka pintu dengan rambut yang masih acak-acakan dan mata yang masih setengah tertutup.
Begitu melihat Xaquille berdiri di sana dengan kue ulang tahun, matanya langsung terbuka lebar.
"Selamat ulang tahun, Sayang!" seru Xaquille dengan semangat.
Nixie terkejut, wajahnya berubah cerah seketika. "Xac! Oh my God!”
"Aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Dan, aku tidak mau mengganggu tidurmu tadi malam jadi aku baru datang pagi ini, maaf," jawab Xaquille sambil tersenyum.
Nixie tertawa dan merasa sangat tersentuh. "Terima kasih, kau benar-benar tahu cara membuatku bahagia.” Lalu Nixie meniup lilinnya dan menutup matanya untuk membuat permohonan.
“Apa yang kau harapkan?” tanya Xaquille tersenyum.
“Aku ingin selalu bersamamu,” jawab Nixie dan kemudian Xaquille mengecup bibir sang kekasih.
“Aku akan selalu bersamamu.” Xaquille mengusap puncak kepala Nixie dan mengecupnya lagi.
*
Kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah, dan Nixie segera menyiapkan teh panas untuk mereka.
Sambil menikmati kue ulang tahun yang lezat, mereka berbincang tentang banyak hal. Suasana hangat dan penuh keakraban mengisi ruang tengah itu.
"Terima kasih, Xaq. Ini benar-benar kejutan yang indah," kata Nixie dengan mata berbinar.
"Aku senang bisa membuatmu bahagia. Kau berhak mendapatkan yang terbaik di hari istimewamu," jawab Xaquille sambil tersenyum lalu memegang dagu Nixie dan mengecup bibirnya.
*
*
Setelah sarapan ulang tahun yang menyenangkan, Xaquille memberi tahu Nixie bahwa kejutan ini bukan satu-satunya hal yang dia rencanakan untuk hari ini.
"Kau siap untuk petualangan berikutnya?" tanya Xaquille dengan mata berbinar penuh semangat.
"Apa lagi yang kau rencanakan?" tanya Nixie penasaran namun antusias.
"Kau akan lihat nanti. Sekarang, kau harus segera bersiap-siap. Aku akan menunggumu di sini," jawab Xaquille penuh rahasia.
Nixie cepat-cepat mandi dan berpakaian, tidak sabar untuk melihat kejutan berikutnya.
Ketika dia kembali ke ruang tamu, Xaquille sudah siap dengan jaket dan senyum lebar di wajahnya.
"Baiklah, ayo kita pergi!" seru Xaquille sambil menggandeng tangan Nixie.
*
*
Mereka berjalan keluar dan naik ke mobil Xaquille. Nixie menatap ke arah mobil yang baginya itu sudah sangat mewah.
“Apakah ini mobil pemilik ranch?”
Xaquille hanya mengangguk saja tanpa mau membahasnya lebih panjang. “Ayo, naik.”
*
Selama perjalanan, Nixie terus bertanya-tanya apa yang sedang direncanakan kekasihnya itu, tapi Xaquille tetap bungkam, hanya mengatakan bahwa ini akan menjadi hari yang tidak akan pernah dilupakan Nixie.
Setelah beberapa saat berkendara, mereka tiba di sebuah danau yang tenang dan indah, dikelilingi oleh pepohonan yang hijau.
Di tepi danau, ada sebuah perahu kecil yang sudah siap menunggu mereka.
"Ayo naik," kata Xaquille sambil tersenyum sambil mengulurkan tangannya pada Nixie. "Kita akan menghabiskan hari ini dengan menikmati keindahan alam di danau ini."
Mereka menghabiskan beberapa jam berlayar di danau, menikmati pemandangan yang menakjubkan dan keheningan yang damai.
Nixie duduk di pangkuan Xaquille dan merasa begitu aman berada di dalam rengkuhan pria itu. Tangannya mengusap tangan Xaquille yang melingkar di perutnya, sambil melihat ke arah danau yang begitu tenang.
“Aku suka bersamamu. Berjanjilah tak akan pernah meninggalkanku,” bisik Nixie.
Xaquille mengecup leher Nixie. “Aku akan selalu menemanimu. Aku hanya ingin kau menerimaku apa adanya, siapa pun aku. Kau bisa melakukan itu?”
Nixie menoleh pada Xaquille dan menangkup pipinya. “Tentu saja aku menerima apa pun dirimu dan apa pun keadaanmu.”
“Tak akan pernah berubah? Selamanya?” tanya Xaquille.
Nixie tertawa pelan lalu mengecupi bibir Xaquille. “Aku tak akan pernah berubah.” Lalu mereka pun saling memagut di tengah danau yang begitu tenang itu.
Mereka saling berpelukan, merasakan kebahagiaan yang begitu mendalam. Hari itu, ulang tahun Nixie akan selalu menjadi hari yang paling indah bagi Nixie karena kejutan yang diberikan Xaquille.
Mereka kembali ke rumah dengan hati yang penuh kebahagiaan dan harapan.
Di bawah langit malam yang berbintang, mereka berjanji untuk selalu bersama, menjalani setiap petualangan hidup dengan penuh cinta dan kebahagiaan tanpa memikirkan status sosial.
Ulang tahun Nixie kali ini benar-benar menjadi hari yang tidak akan pernah terlupakan, sebuah awal dari cerita cinta yang baru dan penuh makna bagi Nixie yang selama ini memang haus kasih sayang.
*
*
Setibanya di rumah, Nixie begitu kaget dengan kedatangan ibu dan ayah tirinya. Mereka menunggu di beranda rumah dengan wajah serius.
Nixie menahan tangan Xaquille. “Kau pulanglah, aku akan bicara dengan mereka.”
“Tidak, aku akan menemanimu. Tenanglah, aku tak akan mengacau,” sahut Xaquille.
Nixie menatap Xaquille dan dia merasa aman jika Xaquille menemaninya untuk menghadapi orang tuanya.
Lalu mereka berdua keluar dari mobil dan berjalan ke arah rumah. Mariane melihat ke arah Xaquille yang di leher dan tangannya terdapat tato yang cukup besar.
Keningnya berkerut melihat penampilan Xaquille yang seperti seorang preman atau bahkan bos mafia.
“Ada apa kalian kemari?” tanya Nixie.
“Menjemputmu agar kau tak semakin terjerumus ke dalam pergaulan yang salah!” ucap Mariane dengan tegas dan menarik tangan Nixie agar terleoas dari Xaquille.
Namun Nixie justru menepis tangan ibunya dan mengeratkan tangannya pada Xaquille.
“Aku tak salah pergaulan. Aku di sini untuk mengurus peternakan nenek.”
“Mengurus peternakan? Dengan berandalan ini? Yang benar saja, Nixie. Jangan mempermalukan keluarga kita. Kau masih putriku!” Mariane emosi.
“Apa? Keluarga kita? Mereka keluargamu, tak termasuk aku. Dan Xaq bukanlah berandalan. Dia kekasihku dan jangan menghinanya hanya karena kau berpakaian lebih mahal, Mom!” Nixie melawan.
“Maaf menyela. Nixie baik-baik saja di sini bersamaku dan aku akan sepalu menjaganya,” ucap Xaquille dengan tenang tanpa terpancing sama sekali.
“Cih, aku tak membutuhkan pendapatmu. Menjauhlah dari putriku! Kau tak pantas dengannya! Kami akan menjodohkannya dengan pria yang lebih baik dan pastinya kaya raya.” Mariane terlihat merendahkan Xaquille dengan ucapan pedasnya dan pandangan mata yang meremehkan.
“Apa? Aku tak mau! Aku bukan barang dagangan yang bisa kau jual seenaknya. Aku tak akan pergi ke mana pun. Pergi dari sini!!” bentak Nixie.