Sebastian Yang Mengadu

845 Kata
Sebastian duduk di dalam mobil sportnya yang mewah, memandang keluar jendela dengan hati yang dipenuhi kemarahan dan kebencian. Rumah tua yang megah di depan matanya adalah tempat tinggal Nixie, gadis yang selama ini ia cintai. Matanya terfokus pada jendela yang tirainya terbuka, di mana Nixie dan Xaquille kini sedang berciuman. Mereka tertawa bersama, terlihat begitu dekat dan mesra. Sebastian tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Hatinya serasa tercabik-cabik ketika melihat Xaquille mendekat, memegang wajah Nixie dengan lembut, dan mencium mesra bibir Nixie kembali. Ciuman yang begitu hangat dan penuh kasih, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Sebastian meremas kemudi dengan keras. "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi," gumamnya pada dirinya sendiri. "Nixie tidak pantas berada di sini, terkurung di desa kecil itu. Nixie tampaknya sudah menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang berbeda di sana, jauh dari hiruk-pikuk kota. Dan di sanalah ia bertemu Xaquille, seorang pria sederhana yang hidup dengan tulus dan penuh kasih. Sebastian merasa tersisih, seolah-olah Nixie telah menemukan sesuatu yang tidak bisa dia berikan. Sebastian tahu bahwa dia harus mengambil tindakan cepat. Ia tidak bisa membiarkan Nixie semakin jauh darinya. Dia kemudian melajukan mobilnya dan di perjalanan dia mengambil ponselnya dan menelepon keluarga Nixie, memastikan mereka semua bisa berkumpul besok pagi di rumah keluarga besar mereka. "Kita harus bicara tentang Nixie. Dia berada dalam pengaruh orang asing yang mencurigakan," kata Sebastian dengan nada serius pada ayah tiri Nixie, Alan. "Apa? Dari mana kau tahu kabar itu?" tanya Alan. "Ada seseorang yang memberitahuku, Paman. Kebetulan dia juga memiliki peternakan yang ada di daerah tempat tinggal nenek Nixie," sahut Sebastian. "Baiklah, besok pagi kita bertemu dan aku akan memberitahukan hal ini pada istriku." Kemudian mereka mengakhiri panggilan telepon itu. Keluarga Nixie, yang selama ini memandang Sebastian sebagai pria yang bertanggung jawab dan sangat dipercaya, setuju untuk bertemu. Mereka tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi, tetapi percaya bahwa Sebastian hanya ingin yang terbaik untuk Nixie karena sudah menganggapnya sebagai adik. * * Di peternakan, Nixie merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Hidup bersama Xaquille, meskipun sederhana, memberikan kebahagiaan yang tulus. Xaquille memperlakukannya dengan penuh cinta dan perhatian. Namun, perasaan cemas selalu mengintai di hatinya. Ia tahu bahwa Sebastian tidak akan tinggal diam dan pasti akan memberitahukan keadaannya saat ini pada Mariane, ibunya. Nixie duduk di beranda, menatap bintang-bintang di langit malam. Ia merasa tenang, tetapi juga tahu bahwa badai mungkin akan datang. Xaquille duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan lembut. "Apa yang kau pikirkan? Kau masih ragu hidup bersamaku di sini?" kata Xaquille dengan suara lembut dan penuh perhatian. Nixie menoleh pada Xaquille dan tersenyum padanya. "Tidak, aku sama sekali tak ragu padamu." Xaquille menyeret kursi kayu yang diduduki oleh Nixie dan kemudian menatap lembut matanya. "Kenapa kau begitu yakin padaku?" Nixie tersenyum dan kemudian menarik kerah kemeja Xaquille. "Entahlah, aku suka hidup denganmu di sini. Di sini tak akan ada wanita mana pun yang melirikmu. Aku cukup pencemburu." Xaquille tertawa lirih lalu memagut bibir Nixie yang kini tampaknya sudah membuatnya candu. "Jadi kau wanita yang posesif, hah?" Nixie mengangguk. "Kau milikku dan tak akan kubiarkan wanita lain mengganggumu." Kemudian mereka saling memagut panjang dan menikmati malam itu berdua di beranda rumah Nixie. * * Pagi hari berikutnya, Sebastian tiba di rumah keluarga Alan. Mereka semua duduk di ruang tamu, suasana tegang dan penuh tanda tanya karena tak tahu apa yang akan disampaikan oleh Sebastian. Sebastian membuka pembicaraan dengan nada serius dan penuh emosi. "Aku mendapat kabar bahwa Nixie tinggal di peternakan itu bersama seorang pria berandalan. Apakah kalian sudah tak memperhatikannya lagi? Bagaimana jika Nixie bertindak di luar kendali dan mempermalukan keluarga ini?" Ibu Nixie, yang terkejut dengan hal itu, akhirnya mengeluarkan suara. "Apa maksudmu? Nixie tinggal bersama berandalan?" "Ya, seseoran melaporkan hal itu padaku. Ini aku mendapat fotonya juga." Sebastian mengeluarkan ponselnya dan memberitahu foto Nixie dan Xaquille yang berciuman. Mariane terkejut melihat hal itu. "Siapa pria ini? Mengapa Nixie bisa berhubungan dengan pria rendahan seperti ini?" Kemudian Tina juga melihat foto itu. "Kurasa Nixie sudah terlalu putus asa dan kembali melakukan kenakalannya lagi, Mom. Jodohkan saja dia dengan pria lain jika tak ingin dia mempermalukan keluarga kita." Sebastian tak setuju dengan usul Tina namun dia tak bisa mengatakan apa pun karena takut Tina curiga padanya. "Kau benar, Tina. Kurasa kita harus mencarikan seorang pria yang bisa membimbingnya. Dia sudah terlalu liar dan bertindak sesuka hatinya. Bahkan dia berhenti kuliah di saat akan hampir selesai. Apakah pria ini pacarnya yang sudah mempengaruhinya untuk pindah ke peternakan itu?" Mariane tampak berpikir. "Ya, itu bisa jadi. Bukankah Nixie pernah berteman dengan anak-anak berandalan di jalanan? Mungkin dia salah satu anggota geng berandalan itu. Dan sekarang mereka hidup dengan bebas di sana," sahut Tina. "Aku akan mencarikannya pria dari keluarga kaya yang bisa menjaganya dan kita tak perlu risau lagi tentang Nixie." Alan akhirnya memberikan pendapatnya. "Ya, itu ide yang bagus, Dad. Nixie memang harus diberikan tindakan tegas agar tak semakin liar," sahut Tina setuju dan Mariane pun setuju. Sebastian masih terdiam. Untuk saat ini setidaknya dia harus membawa Nixie kembali ke kota dan akan berpikir langkah selanjutnya bagaimana dia bisa bersama Nixie pada akhirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN