Leuwis tak membahas lagi soal aroma harum nasi goreng yang menggoda di hidungnya. Matanya kini menatap Mahesa dengan serius. Tampaknya ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh lelaki paruh baya itu. "Mahesa. Papa datang ke sini karena ingin menegurmu. Kemarin kau sudah keterlaluan dengan memarahi Bianca. Kau harus tahu, sekarang Bianca sedih dan menyendiri di kamarnya karenamu." Mahesa menautkan kedua alisnya tak mengerti. "Dia sudah jelas bersalah, tetapi kau tetap membelanya. Ck! Aku harus mengakui kalau kau adalah ayah tiri yang luar biasa, Pa." Mahesa berdecak pelan, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya karena tak habis pikir. Leuwis masih saja membela orang yang bersalah. "Papa tidak mau tahu. Papa ingin kau bersikap baik pada Ibu tirimu juga pada Ayaz dan Bianca!" Leuwis berkata