Mahesa merasa kesal, tentu saja. Waktunya terbuang dengan sia-sia. Ia paling malas saat berurusan dengan orang yang tak profesional seperti Tuan Andres. Setelah menyisir rambut, Mahesa berjalan pelan menuju tempat tidur, mendudukan diri di tepi ranjang. Tapi ketika akan menarik selimut, benaknya teringat akan sesuatu. “Buku n****+ itu?” Mahesa melirik ke arah laci nakas, ia melupakan sesuatu. Buku n****+ yang dulu pernah dibelinya di toko buku, sama sekali belum pernah ia buka. Padahal saat itu Mahesa sangat penasaran dengan isinya, yang entah mengapa, buku itu berhasil memikat mata. “Biasanya buku n****+ macam ini sangat disukai para wanita. Aku juga tidak tahu, mengapa tiba-tiba terpikat dengan buku ini dan ingin membacanya.” Mahesa menegakan duduknya, menepi ke kepala ranjang. Sa