Milik Mahesa

1001 Kata

Wanita itu juga ikut panik. Jika perusahaan Leuwis bangkrut, lantas bagaimana nasibnya bersama dengan kedua anaknya? Ditanya seperti itu, Leuwis hanya melirik sekilas ke arah Jessica, kemudian dia membuang napasnya kasar dan menatap lurus kembali ke layar monitornya. Tangan kanannya memijit keningnya yang terasa pening dan berdenyut. “Ini semua karena hasil produksi yang menumpuk di gudang, produk kita gagal di pasaran. Sebagian besar konsumen lebih memilih membeli produk perusahaan lain. Selain itu, hutang kita juga banyak ke bank. Aku sudah menjual empat puluh persen sahamku. Aku tidak tahu akan bagaimana nasib perusahaan ini ke depannya.” Leuwis mengacak rambutnya gusar, rasanya ia ingin marah, tapi pada siapa. Yang jelas, saat ini Leuwis sangat emosi dan kesal karena perusahaannya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN