Mahesa tergugu, bingung harus mengatakan apa. Sementara hatinya merasakan dua perasaan sekaligus. Rasa haru dan bahagia, juga rasa tidak percaya bahwa ketakutannya selama ini tidak terjadi. Dulu ia pernah divonis mandul. Tapi sekarang? Athalia hamil. Mahesa mengerutkan dahi saat merasa ada sesuatu yang janggal dan mengingkari logikanya. Tapi peduli apa, perasaan bahagia lebih mendominasi saat ini. Mahesa tak bisa mengungkapkannya lewat kata-kata. Maka dari itu ia hanya membisu, bergeming dengan mata yang berkaca-kaca, bahagia. “Mahesa?” Athalia kembali memanggil saat Mahesa masih saja bungkam. “Tunggu di sana, Athalia. Aku akan segera ke kontrakanmu sekarang juga!” ucap Mahesa sebelum memutuskan sambungan telponnya. “Ya Tuhan! Benarkah semua ini? Tolong jangan katakan kalau aku hanya