Narsih hanya bisa mengusap punggungnya. Sementara itu, Ayaz yang akan melangkah masuk ke dalam ruangan itu, tiba-tiba terhenti. Matanya tertuju pada Athalia yang menangis di pundak ibunya. Wanita itu, wanita yang wajahnya selalu ia bayangkan sebelum terlelap, wanita pertama yang mampu memikat hatinya, kini sedang menangisi lelaki lain. Dan itu membuat hati Ayaz cemburu. Ayaz masih menatap lamat wajah itu yang telah basa oleh air mata. Namun suara Leuwis yang kepalanya muncul di balik pintu, menyadarkannya dari lamunan. “Ayaz! Apa yang kau lihat? Ayo masuk!” Ayaz mengerjap, segera menoleh, lalu mengangguk dengan wajah salah tingkah. “Iya, Pa.” tubuh jangkung lelaki itu pun menghilang setelah pintu ruang rawat Mahesa benar-benar ditutup. Suara deritnya membuat Athalia mendesah lem
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari