Bab 5

2022 Kata
Pagi hari mereka sudah bersiap untuk kuliah, Diandra ada mata kuliah pukul delapan pagi sedangkan Abelano pukul setengah sembilan. Abelano tidak ambil pusing karena memang dirinya bisa jika harus mengantar Diandra sekalian saja karena tidak selisih lama mereka sama-sama masuk kuliah. "Sarapan kemana sayang?" tanya Abelano. "Di kantin aja Mas, lagian masih ada waktu buat sarapan kayaknya soalnya masih jam tujuh" jelas Diandra. "Oke sayang, Oh ya kamu nanti sampai siang aja kan? pulangnya tunggu aku dulu ya? kita pulang bareng Mama mau ketemu" ucap Abelano. "Mama mau ngajak ketemu aku mas? tentang apa?" tanya Diandra. Diandra tidak ingin banyak memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, bersama dengan Abelano itu hal yang sangat menyenangkan baginya karena orang tua Abelano mendukung hubungan mereka. Diandra tau pasti jika memang keluarga Abelano bukan orang biasa, dia juga sama sekali tidak matre dan meminta uang pada Abelano tetapi kekasihnya yang terus memaksanya untuk memakai uangnya. Orang tua Abelano pernah mengatakan jika tidak masalah Abelano memberikan uang pada Diandra apalagi membiayai kehidupan Diandra, mereka percaya jika pilihan anak mereka tidak akan salah apalagi setelah melihat sendiri Diandra seperti apa, mereka menyetujui keputusan Abelano untuk mendekati dan menjalin hubungan dengan Diandra, walaupun keluarga nya kaya tapi dirinya tidak pernah memusingkan anaknya dengan perjodohan keluarga, mereka membebaskan anaknya untuk menikah dengan siapapun yang memang benar-benar dicintainya. "Sayang, kok diem?" tanya Abelano yang masih fokus menyetir. "Engga, mama ada keperluan apa? tumben mau ketemu?" tanya Diandra. "Kayaknya mau bicarakan pertunangan, aku juga udah minta restu sama ayah ibu sekarang juga mama mau bertanya sama kamu apakah kamu bersedia atau engga" ucap Abelano. "Oke mas" jawab Diandra bahagia. Diandra hanya bisa berdoa semoga memang ini jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan untuk Diandra, kebahagiaannya bersama dengan Abelano pada akhirnya akan segera menuju jenjang yang lebih serius yaitu sebuah pertunangan, Diandra pikir setelah tunangan Abelano tidak ingin menunda-nunda pernikahan, karena memang lebih baik menyegerakan hal-hal baik. *** Mereka sudah berada di Fakultas ekonomi, memang Abelano masuk di jurusan bisnis sedangkan Diandra masuk di jurusan akuntansi, walaupun mereka beda jurusan tapi mereka selalu memiliki waktu bersama apalagi sebenarnya Abelano juga sangat sibuk dengan kerjaannya di kantor. Papa Abelano tau anaknya memang masih kuliah, tapi anaknya memiliki posisi penting di dalam perusahaan, awalnya memang papanya menguji coba apakah anaknya layak menjadi pemimpin perusahaan atau tidak karena memang dirinya benar benar tidak mau asal asalan, dia harus benar benar mengajarkan anaknya bisnis karena perusahaan miliknya bukan perusahaan biasa. Abelano datang dengan segala terobosan baru, dirinya berada di bagian pengembangan walaupun tidak selalu ada di kantor tetapi Abelano bisa bekerja dimana saja, tiap kali dirinya memiliki ide untuk kemajuan perusahaan dirinya langsung mengatakan hal itu pada papanya, memang dirinya baru semester lima tapi darah keluarga Abelano yang mengalir di tubuhnya tidak pernah bohong, dirinya benar benar sangat berbakat berada di perusahaan dan sebagai penerus kekuasaan keluarganya. "Mau makan apa sayang?" tanya Abelano. "Mau bubur ayamnya, sebenarnya Dian agak ga enak badan di tenggorokannya agak sakit mau batuk mungkin" ucap Diandra. "Habis pulang kuliah kita beli obat ya? kalau nggak langsung aja ke rumah sakit aku nggak mau kamu kenapa-kenapa" ujar Abelano. Selain Abelano yang posessive dirinya selalu bertingkah berlebihan jika melihat kekasihnya sakit seperti ini, Diandra selalu memiliki tempat tersendiri di hati Abelano dan dia selalu mengutamakan Diandra apapun yang terjadi. Abelano tidak suka jika melihat kekasihnya merasa kesakitan, karena hal itulah dirinya selalu berusaha untuk menjaga kesehatan Diandra dan rasa sakit sekecil apapun harus segera di sembuhkan karena takut jika ada hal yang terjadi di belakang nanti. "Mas, aku cuma mau batuk kok beli obat aja ya? Diandra nggak suka kalau bolak balik ke rumah sakit" ucap Diandra berkata lembut. Disaat seperti ini mana mungkin dia marah pada Abelano? laki-laki itu hanya melakukan tugasnya dengan sangat baik, menjaga Diandra seperti janjinya pada kedua orang tua Diandra. memang Abelano selalu berlebihan jika berkaitan dengan Diandra tapi semua itu merupakan wujud dari rasa sayang dan cinta Abelano pada kekasihnya. "Ya udah, Mas pesenin bubur ayam dulu kamu minumnya air mineral aja Mas larang kamu minum es dulu" ucap Abelano dan tanpa ada bantahan dari kekasihnya. Diandra merasa bersyukur memang terkadang kekasihnya sangat menyebalkan tapi dirinya sangat bisa diandalkan, Abelano yang selalu memprioritaskan dirinya membuat Diandra sebagai wanita yang beruntung di dunia ini. Diandra orang yang disayangi oleh Abelano hanya dia dan bahkan selama hubungan ini berlangsung dia sama sekali tidak pernah melihat Abelano bermain api di belakangnya, Abelano sangat setia padanya hal itu membuat Diandra semakin menyayangi laki-laki itu. "kenapa sayang? matanya berkaca-kaca kenapa? kamu mau pulang sekarang? nggak panas kok? kepala kamu pusing?" tanya Abelano heboh bahkan mengecek dahi Diandra dengan telapak tangannya pula. Diandra menggenggam tangan Abelano, dirinya berdoa semoga Tuhan tidak melepaskan tangan yang dia genggam saat ini, Diandra sangat menyayangi Abelano dan dia ingin selamanya seperti ini saling menyayangi satu sama lain dan dia harap perasaan Abelano kepadanya tidak akan pernah berubah sedikitpun. "Terima kasih," bisik Diandra dengan tulus. Abelano semakin kelabakan, tidak pernah kekasihnya seperti ini dia hanya takut jika nantinya kekasihnya meninggalkan dirinya karena itulah Abelano rasanya panik melihat kekasihnya menangis, dia takut jika Diandra tidak bahagia menjalin hubungan bersama dengannya. "Sayang, kamu ngomong apa? aku ada salah?" tanya Abelano kita menggenggam tangan Diandra. "Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita, terima kasih udah mau bersama aku yang banyak kurangnya Mas dan aku juga mau minta maaf karena aku sering kesal dengan segala sikap posessive kamu. kini aku sadar kamu seperti itu karena memang kamu benar-benar menyayangi aku, karena itulah kamu tidak ingin aku sampai salah jalan apalagi sampai meninggalkan kamu" ucap Diandra. Abelano merasa terharu, kekasihnya benar-benar mengoyak hatinya dengan pernyataan seperti ini. terkadang memang Abelano merasa jika Diandra sangat terganggu dengan segala sikap posessive nya yang seperti ini, dia takut Diandra tidak tahan kepadanya dan ingin meninggalkan dirinya, karena itulah Abelano selalu memposisikan bahwa memang dirinya harus selalu diatas Diandra, Abelano hanya ingin Diandra tetap ada di dekatnya, dia sama sekali tidak mau Diandra meninggalkan dirinya sendiri disini, memang rasa yang Abelano miliki ditunjukkan dengan sikap posessive seperti itu tapi percayalah Abelano benar-benar menjaga dirinya, dia tidak akan dengan mudah tergoda dengan wanita lain karena dia tau kesetiaan itu mahal hanya orang-orang berkelas yang mampu setia pada satu wanita. "Sayang, pagi pagi udah bikin aku sedih tau" ucap Abelano. Tidak ada yang melihat mereka karena memang posisi mereka saat ini ada di bangku paling pojok, karena itulah mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan dengan baik. kegiatan mereka kini terganggu dengan kedatangan mamang penjual bubur yang di pesan oleh Abelano tadi, Abelano mengusap pipi Diandra dengan rasa sayang, dia mengusap air mata di pelupuk mata Diandra dan tersenyum manis, sampai kapanpun dirinya akan bersama dengan Diandra dan dia tidak akan mengingkari janji yang telah dia buat sendiri. "Udah ya? jangan sedih lagi yang penting kamu tau hatiku hanya buat kamu sayang. Sekarang sarapan dulu, sebentar lagi kamu ada kelas kan?" ucap Abelano dan langsung diangguki oleh Diandra. Abelano orang yang paling mengerti Diandra, apapun yang terjadi dirinya akan selalu bersama dengannya, dia bersyukur Tuhan begitu baik mengirimkan Abelano kepadanya, karena hal itulah dia tidak akan menyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepadanya. "Nggak usah pakai sambal dulu ya sayang? Mas nggak mau nanti kamu makin nggak enak tenggorokan nya" ucap Abelano. "Iya Mas, Didi paham kok makasih ya Mas" ujar Diandra. setelah mengobrol dari hati ke hati kini mereka saling paham, walaupun memang mengobrol di kantin seperti ini yang terpenting apa yang ingin di sampaikan oleh Abelano bisa di cerna oleh Diandra dengan sangat baik, mereka berdua sama-sama paham dan hubungan ini semakin berjalan dengan baik kedepannya. "Mas makan soto ayam? tumben banget?" tanya Diandra. "Mas pengen yang anget-anget, padahal semalam udah peluk kamu tapi paginya masih pengen" goda Abelano. "Mas ih, kamu bisa aja sih" ucap Diandra yang malu, ucapan Abelano membuat dirinya memerah. Abelano sangat suka melihat kekasihnya merah seperti ini, dia berhasil menggoda Diandra dan dia sangat senang melihat raut menggemaskan kekasihnya itu. *** Setelah selesai untuk sarapan kini Abelano mengantarkan kekasihnya untuk masuk ke kelasnya, masih ada waktu sepuluh menit mereka bisa santai dan bahkan Diandra kini bisa mengobrol dengan teman-teman ceweknya. setelah bersama dengan Abelano dirinya sama sekali membatasi interaksi dirinya dengan teman lelaki di kelas ini, dia hanya tidak mau menambah gara-gara karena memang Abelano sangat posessive dirinya tidak mau jika Diandra berhubungan dengan lelaki lain selain dirinya. Sudah pernah Diandra alami, kerja kelompok seperti itu saja terus membuat Diandra tertekan karena Abelano yang seakan akan siap menerkam ketika dirinya banyak berinteraksi dengan mereka. Diandra hanya mengobrol dan hal itu cukup membuat Abelano kesal tiada Tara, untung saja Diandra mampu meredakan kemarahan Abelano jika tidak nggak paham lagi Abelano akan melakukan apa kepada dirinya ini. setelah melihat kekasihnya bersama dengan teman temannya kini Abelano langsung pergi dari sana, kelasnya berbeda satu lantai dari kekasihnya dan karena teman-teman nya sudah ada di depan kelas Abelano memutuskan untuk menuju kesana karena dia tidak ingin ketinggalan kelas dosen killer yang tiap kali membuatnya kesal dirinya. walau begitu Abelano tetap harus menghormati karena beliau yang membuat Abelano paham dengan mata kuliah saat ini. "Abis bucin ya Lu?" tanya Jovan pada Abelano. Abelano hanya tersenyum nggak jelas, bukan tanpa sebab dirinya tersenyum tapi karena memang Abelano memikirkan bagaimana manisnya Diandra ketika mengatakan segala yang ada di hati dan pikirannya. Abelano bukan orang yang bisa santai, dirinya terkadang overthinking dengan apa yang dia alami, walaupun Diandra saat ini masih ada di sampingnya pikirannya bahkan sudah kemana-mana dirinya takut jika suatu saat nanti Diandra meninggalkan dirinya sendiri, membayangkan seperti itu saja sudah membuat Abelano tidak sanggup. "Ya Tuhan, kesambet kayaknya dia" ujar Michel. "Apaan loh, temennya lagi bahagia malah dikira kesambet memang nggak ada akhlak kalian tuh" kesal Abelano. Jovan dan Michel tertawa keras, terkadang Abelano memang sensitif, dirinya suka sewot kalau teman-teman nya menggoda dirinya yang terlalu bucin dengan Diandra, memang benar dia bucin tapi hal itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka yang terpenting Abelano sangat bahagia bersama dengan Diandra seorang. "Gitu aja marah, kadang memang lebih sensitif dari wanita PMS" goda Jovan. "Eh tau nggak, sebentar lagi kayaknya bakalan ada apa sih yang kunjungan kerja pilih kemana emang kita?" tanya Michel. "Katanya mau ke Amerika, itu loh dosen wali kita kan mau melihat perkembangan bisnis model terbaru di sana tapi beneran gila banget ga paham lagi kenapa bisa se sukses itu?" tanya Jovan. Mereka memang terkadang banyak lawaknya tapi jika sedang serius maka memang seakan akan bisa membangun perusahaan pun gampang, mereka bertiga mahasiswa berprestasi walaupun memang wajahnya wajah orang slengean yang macam urakan seperti itu. mereka bertiga sama-sama orang yang berada dan memiliki bisnis yang berbeda-beda, keluarga Jovan menekuni bisnis kelapa sawit dan mereka memiliki ratusan hektar tanah yang dapat mereka tanami kelapa sawit dan memiliki omset yang fantastis setiap tahunnya. Michel anak dari salah satu pengusaha tambang yang memang sangat berpengaruh di daerahnya. Mereka dari berbagai daerah tapi karena kuliah disini bisa berkumpul menjadi satu dan saling berteman baik seperti ini, Abelano bukan orang yang memang hanya memilih teman dari kekayaan yang dimiliki keluarga tetapi dirinya hanya berteman dengan orang yang nyambung dengannya, mereka bisa bertukar pikiran dan saling mensupport satu dengan yang lainnya. Mereka juga walaupun kaya tidak sombong mereka tetap melakukan segalanya seperti mahasiswa pada umumnya, tapi terkadang pandangan orang lain sangat berbeda mereka sangat takut berteman dengan mereka karena merasa tidak selevel dengan mereka. "ikutan nih? kesana?" tanya Abelano. "Iya enak kan bisa sekalian jalan-jalan" jelas Jovan. "Bukan gitu Weh, aku mikirin gimana Diandra sendirian disini" ucap Abelano. "Ya ampun boy, kan bisa lu bilang sama Diandra buat nginep di rumah lu biar nggak sendiri, itung itung latihan jadi calon menantu" usul Michel. "iya bisa aja sih, tapi kadang Diandra orang nya ngga enakan, dia lebih memilih di rumah aja kayaknya. Tapi ya mending kalau dia di rumah aku harus siapkan pengawal untuk menjaga Diandra dengan baik tanpa harus ketahuan dengan orangnya, kalian tau sendiri Weh Diandra orangnya gimana" ujar Abelano. "Iya mandiri banget lah, dari awal kan gitu kalau ga lu paksa tinggal di rumah baru mana mau dia" jelas Jovan. Dua orang yang ada di depannya ini tau segalanya tentang hubungan mereka, bahkan mereka saksi perjuangan Abelano dalam mendapatkan cinta Diandra. bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN