Bab. 7

1227 Kata
Ilham mengayun langkah menuju pintu keluar bandara, lelaki itu memilih segera enyah dari kursi kafetaria tempatnya istirahat sejenak, meninggalkan Shila yang masih terpaku di sana. Bukan tanpa alasan tak ingin berla-lama di sana, Ilham hanya tak ingin menjadi tempat sampah, atau tong curhat Shila tentang kisah hidupnya. Yakaliii, manis-manisnya sama orang lain, eh, giliran ada pahitnya dibuang ke dia. Kan ngeselin Vroh! Makanya Ilham selalu mewarning dirinya sendiri, kalau nyari jodoh jangan cuma yang manis, sebab yang manis belum tentu sayang, tapi cari yang serius dan beneran sayang saja, pasti apapun yang terjadi bakal tetap setia. Duduk di jok belakang taksi, Ilham bergegas menuju kost tempat tinggal Fazhura. Menemui Fazha lebih dulu sebelum Ilham sendiri akan mengurus tempat tinggalnya selama di Jakarta. Tersenyum semringah Ilham melangkah menuju kost Fazha yang sudah dekat, tidak lupa tentengan tas berisi pesanan gadis itu yang minta dibawakan cemilan. Lokasi kost Fazhura cukup strategis, berada di pinggir jalan raya, dekat dengan minimarket serta akses kemana pun yang dimau. Ekor mata lelaki itu memonitor sekitaran tempat yang akan ia singgahi, rumah yang lumayan besar dengan halaman yang luas dan asri. Di bagian depannya terdapat bangunan dengan beberapa pintu yang dicat warna-warni, sepertinya itu rumah khusus untuk kost para karyawan dan mahasiswa. Ilham melangkah ke rumah yang menjadi bangunan utama, tadi saat di jalan Ghaly sempat mengirim pesan serta memberi tahu kalau tempat tinggal Fazha berada di rumah utama, sengaja Ghaly dan Illyana memilihkan rumah utama untuk Fazha, selain lebih nyaman, juga fasilitas lebih lengkap, awalnya Fazha sempat ngotot ingin menempati petak kamar seperti yang lain, tapi Illyana tidak tega, lalu memberi syarat pada Fazhura, bahwa dia diijinkan kost sendiri asal menurut pada pilihan abi-umminya, atau tetap tinggal di rumah Satya dan Rissa. "Assalamu'alaikum," ucap Ilham saat sampai di depan pintu. Lelaki itu mematung serta menunggu jawaban salam dari dalam pintu yang terbuka lebar. "Wa'alaikumussalam, Ammiiii..." Fazha setengah berlari menghampiri Ilham, "Ammi kok lama sih! Kirain cuma becanda bilang mau ke sini." "Yee, GR kamu, Ammi ke sini bukan buat nemuin kamu keles!  Tapi emang lagi ada kerjaan di sini." "Yaudah balik aja sono! Nggak usah nemuin Fazha lagi." "Gitu aja ngambek, dasar abege!" "Ini apa sih, baru dateng kok udah ribut-ribut!!" Illyana datang dari dalam melerei keributan kecil antara Fazha dan Ilham. "Ammi lho Ummi," "Enak aja! Fazhura yang mulai duluan." "Fazha, Ammi baru datang jangan diajak ribut, ajak masuk, bikin kan minum dulu, Ammi pasti capek." Ghaly ikut menimpali. Ilham tersenyum penuh kemenangan, sementara Fazhura meski berdecak tapi tak membantah perkataan abi-nya. Gadis itu beranjak ke dapur, mengambil minuman kaleng jenis soda yang sempat ia isi di kulkas. "Makasih Fazha sayang, udahan kan ngambeknya. Jelek tauk!" goda Ilham. "Abang Ilham! Udahan juga jailnya." sela Illyana. Sudah bukan rahasia lagi kalau Ilham ketemu Fazha pasti akan tercipta keributan kecil, meski begitu Illyana sangat tahu kalau Ilham begitu menjaga dan menyayangi Fazha. "Sudah ada Ammi Ilham, bentar lagi Ummi sama Abi balik ke Surabaya ya Zha, nanti biar Ammi Ilham yang mengurus semua keperluan Fazha lainnya." cetus Illyana. Dia sangat percaya pada Ilham. Apalagi di rumah Illyana meninggalkan Ammar-Azra, perempuan itu tidak bisa berlama-lama berada di tempat ini. "Hei..hei!! Apaansih, kok jadi gue yang ngurusin si Fazha, kan anak lo berdua!" "Yaelah abang Ilham ini, nitip jagain sama perhatiin Bang, selama Illyana sama abang Ghaly nggak ada di sini. Emang Abang Ilham tega apa kalau Fazha sampai kenapa-napa?!" "Ya kagak sih! Tapi masa apa-apa gue, lama-lama gue nikahin juga anak lo ini." "Ih, Ammi ngawur aja kalau ngomong!" "Maklum Zha, Ammi kan jomblo karatan, jadi mikirnya nikah melulu." Candaan Illyana tak sepenuhnya salah. Seumur Ilham pantasnya memang sudah berkeluarga bahkan menimang buah hati. Tetapi takdir dan rencana Allah siapa yang tahu. Dan Tuhan kadang memang sengaja mematahkan hati lebih dulu demi menyelamatkan dari orang yang salah. "Ledekin aja terus. Seneng bener kalian semua liat gue sengsara." Protes Ilham. Sebersit rasa lain muncul dalam benak Ilham. Apalagi jika menengok ke belakang akan keinginan ummi Lila yang selalu tak sabar dibawakan calon menantu. "Jangan lupa kalau pulang nanti bawain Ummi THR ya Bang," pesan ummi Lila kemarin malam saat Ilham cerita akan pergi ke Jakarta. "Ummi nggak minta juga pasti Ilham transfer tiap bulan THR-nya, Mi." "Bukan THR yang itu Ham. Tapi Teman Hidup Resmi-nya Abang." Mulut Ilham terkatup rapat saat mendengar kelakar sang ummi. Bisa saja ummi Lila mencandai Ilham tentang calon istri untuk anak lelakinya itu. Otak Ilham berputar kembali akan nasihat abi Fariz padanya tentang perihal mencari pasangan hidup.  Abi Fariz dulu seringkali bercerita pada Ilham dan Illyana, tentang kisah-kisah yang menjadi suri tauladan, apalagi saat anak-anaknya menginjak usia akhil balig. Salah satu kisah yang melekat kuat di otak Ilham adalah kisah dari ayah  Sholahudin Al-Ayyubi, yaitu Najmudin Al-Ayyubi--yang berjuang mencari istri untuk calon anak hebatnya kelak. Diceritakan bahwa Najmudin Al-Ayyubi dijodohkan oleh wanita-wanita hebat pilihan saudaranya. Akan tetapi beliau berkata, "Dia tidak cocok untukku." Sang saudara pun bertanya, "Lalu perempuan seperti apa yang ingin kau pilih?" Najmudin Al-Ayyubi menjawab, "Perempuan shalilah yang akan menggenggam tanganku ke surga dan melahirkan anak yang dididiknya dengan baik, hingga menjadi ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan kaum muslimin." Nasihat yang sarat akan makna. Ilham meresapi setiap kata dari kisah tentang Najmudin Al-Ayyubi. Kelak ia pun sama, ingin mendapat perempuan yang tidak hanya memoles rupanya dengan Sapuan bedak dan make up semata, tetapi perempuan shalih yang senantiasa memoles hatinya dengan iman dan taqwa. Sebab raga bisa hancur, cantik pun akan pudar, tapi iman yang akan dibawa sampai mati. Lain abi Fariz, lain pula ummi Lila. Ummi selalu berpesan pada Ilham, bahwa carilah perempuan yang setia menemani sebelum kamu mencapai keberhasilan, bukan perempuan yang mampir dan singgah saat kamu sudah berhasil. Yang setia dalam keadaan baik-baik saja, mungkin banyak, tapi yang setia dalam keadaan apapun bahkan di titik terendah dalam hidupmu,  itu yang langka. "Diminum Ammi, malah ngelamun." Teguran Fazha menghadirkan pikiran Ilham yang sempat melayang pada kisah tentang pencarian jodoh yang pernah diceritakan abi Fariz. "Iya, makasih Fazha." "Fazha, Abi sama Ummi pamit sekarang ya, semua kebutuhan Fazha sudah Abi dan Ummi urus, nanti kalau ada kurangnya tinggal bilang saja sama Ammi Ilham." Ghaly membuka suara. Pamit akan kembali bersama Illyana. "Iya Bi, Mi. Hati-hati di jalan. Terima kasih sudah mengantar Fazha sampai sini." "Hati-hati ya Lo berdua. Nggak usah khawatir, gue pasti jagain Fazha." "Ammi, ini semua buat Fazha, kan?" Ilham mengangguk saat Fazha membongkar tas bawaannya. "Banyak banget Mi, makasih ya." "Nggak gratis. Habis ini bantuin Ammi beberes apartement." "Ih, perhitungan sekali sih." "Udah jangan bawel, buruan siap-siap, habis ini kita ke apartement Ammi." *** Ilham melangkah diiringi Fazha yang mengekori dari belakang. Setelah Ghaly dan Illyana pamit, Ilham juga tak lama kemudian mengajak Fazhura ke apartemant tempat tinggalnya selama di Jakarta. "Ammi, ini apartement siapa?" netra Fazha mengitari ruangan yang baru saja ia tapaki. Apartement dengan dua kamar, satu dapur yang menyambung dengan ruang  televisi serta ada meja makan sebagai sekat di sana. "Punya Ammi, lah! Kamu kira punya siapa Zha?" "Ih, Ammi boong, kok nggak pernah cerita kalau selama ini udah punya apartement?" "Ngapain cerita sama kamu, nggak penting Fazhura," sahut Ilham tapi bernada candaan. "Ammi, di sini nggak ada cemilan ya?" "Ada Zha, mau nggak?" "Mau Ammi, mana?" "Ngemilnya istimewa yang ini." "Apaan Mi?" "Ngemilikin kamu sepenuhnya." Ilham terbahak saat Fazha mendaratkan pukulan di lengan lelaki itu. Bibir Fazhura mengerucut, kesal. Ilham selalu saja tak pernah berhenti menjailinya. **************************** Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN