bc

RUMAH TANGGA

book_age16+
1.0K
IKUTI
4.9K
BACA
age gap
fated
goodgirl
CEO
comedy
sweet
office/work place
twink
intersex
spiritual
like
intro-logo
Uraian

Ilham Al Insani tidak menyangka sama sekali akan terjebak pada pernikahan, dan hidup berumah tangga dengan seorang gadis yang bahkan tak pernah terlintas dalam pikirannya. Membayangkan saja tidak pernah. Apalagi ada rasa cinta?

Tidak terlintas sedikitpun dalam benaknya.

Jika rumah tangga adalah refleksi dari sebagian keimanan diri, lalu bisakah muara sakinah, mawadah warrohmah akan dapat bertepi tanpa adanya cinta yang menaungi?

Benarkah tidak ada cinta dari keduanya?

Atau malah, rasa itu tanpa sadar telah terselip lama diantara rasa nyaman yang selama ini meruangi hati.

Lalu bagaimanakah Ilham menjalani babak baru dalam hidupnya bersama gadis itu?

chap-preview
Pratinjau gratis
PROLOG
Rumah tangga itu... Kata-kata yang hampir setiap hari selalu menjejali pikiranku. Entah itu Abi-ummi, atau orang-orang disekitar, rasanya mereka tidak akan pernah bosan untuk bertanya, kapan aku menikah, kapan mengenalkan calon istri, dan kapan aku siap berumah tangga. Ah, entahlah. Mereka pikir menemukan jodoh dan pendamping hidup semudah order barang ke bukalapak. Tinggal nyalain WLAN, kemudian googling barang yang disuka, melakukan p********n, dan tinggal menunggu barang dikirim. Kalau mencari jodoh segampang itu, rasanya aku juga mau order, bahkan lebih dari satu. Pasti syaduh sekali, kan. Rumah tangga itu... Siapa sih yang tidak ingin? apalagi secara umur aku terbilang cukup matang, bahkan bisa dibilang kelewat matang. Asal tidak busuk saja ya, semua masih oke kok. Tiga puluh enam tahun, menurut mereka umurku terlalu tua untuk usia lelaki lajang. Peduli apa dengan omongan orang. Yang penting aku selalu happy dan tidak menyusahkan orang lain. Betul tidak? Lain di rumah yang selalu direcoki abi-ummi bahkan sampai adikku yang paling cerewet, agar aku secepatnya membawa calon istri ke hadapan mereka. "Ilham, ingat umur. Kapan kamu mau mengakhiri status jomlomu itu?" kata-kata ummi memang terdengar sadis di telingaku. Apalagi saat nyonya Fariz itu menekankan kata "jomlo" ah, sudahlah. Memikirkannya membuatku malah bertambah pusing saja. Yang penting kan Jofisa--Jomlo Fiisabililah. "Abang Ilham ini, sudah tua lho! kenapa sih belum menikah juga? jodoh itu dicari Bang! dikejar, bukan pasrah. Jangan kayak perempuan dong, masa nunggu dilamar. Ntar keburu jadi kakek-kakek, Bang Ilham nggak kebagian nikmatnya surga dunia." telingaku rasanya berdengung, sakit. Saat mendengar ocehan Liliput, adik perempuanku satu-satunya. Lihat saja. Sombong sekali dia, mentang-mentang dulu menikah muda dan melangkahiku. Tidak cukup ceramah mama Dedeh dan Ustadza Oky kawe, eh maksudku, ummi dan Illyana. Tetapi kembaran ustazd Maulana hari ini juga ikut-ikutan menyerangku, "Ingat Ilham, menikah itu hukumnya sunnah muakad, sunnah yang sangat dianjurkan untuk segera dilaksanakan. Apalagi jika sudah mapan dan siap, mau menunggu apalagi? Abi saja dulu menikah dengan ummi-mu waktu umur 25 tahun." Abi juga ikut-ikutan menjejali otakku dengan doktrin menikah padaku. Hei, aku anak laki-laki, kenapa kalian begitu cemas. Sudah seperti Atheis saja, yang tidak mempercayai adanya Tuhan. Jodoh, rejeki dan maut, semua kan sudah diatur sama Allah, kenapa pula harus dipusingkan. Aku menggerutu sendiri karena kesal. Itu di rumah, lain lagi di kantor. Rasanya semua orang menjadi sangat peduli dan antusias jika sudah membahas diriku sebagai topik utamanya. Tidak sekali dua kali, telingaku mendengar slentingan yang kurang mengenakkan, atau juga bahkan godaan para karyawati kantor tempatku bekerja, karena mereka pastinya mendengar kabar tentang diriku yang masih melajang. "Pak Ilham serius masih jomlo? nggak ada rencana buat cari calon istri gitu? gue juga nggak bakal nolak kalau misalnya pak Ilham mau." Sintya yang ku tahu seorang staff acoounting berkata dengan sangat frontal saat aku tak sengaja melewati gerombolan para karyawati yang sedang makan siang di kantin. Atau slentingan lainnya seperti... "Ilham kenapa sampai sekarang masih betah sendiri ya?" "Normal nggak sih?" "Jangan-jangan GGG lagi! Ganteng-Ganteng-Gayung." Yabuseet! jangan ditanya bagaimana rasanya diomongkan dibelakang seperti itu. Rasanya jari-jariku gatal sekali, ingin menyumpal para mulut usil itu. Apalagi bukan hanya staff perempuan yang bisik-bisik tetangga, tapi juga beberapa staff laki-laki ikutan nimbrug. Tidak sekalian saja mereka itu menjadi wartawannya si hengpon jadul, untuk akun gosip si lambe njedir. Sepertinya mereka cocok. Iya, memang benar ternyata. Maha benar netijen dengan segala nyinyirnya. Dan karena Allah cuma menganugrahiku dengan dua tangan, mana cukup untuk membungkam semua para mulut jail mereka. Jadi kedua tanganku sebisa mungkin kupakai untuk menutup dua telingaku saja, arti lain dari berusaha untuk cuek dan tidak peduli. Kembali ke topik awal, bahwa Rumah tangga itu... Kata-kata yang sempat skeptis dan memberi ingatan buruk dalam otakku. Kelebat ingatan akan rentetan kejadian beberapa waktu yang lalu, masih sangat membekas. Aku takut? iya, aku agak takut saat teringat dengan kata "rumah tangga" seperti sebuah bom yang siap meledakkan ku kapan saja. Jadi, wajar kan, jika aku selalu antipasi dengan kata-kata itu. Iya, dua kali sudah aku merasa gagal. Gagal mewujudkan impian, gagal melangkah ke tahap pernikahan, dan tentu saja gagal membina sebuah hubungan yang kata orang hubungan paling berkah, paling sakral. "Sudah ya Ammi, jangan sedih terus. Kan masih ada Fazha, yang akan setia nemenin dan menghibur Ammi." Bibirku refleks menyunggingkan senyum, saat teringat kata-kata Fazha. Meskipun cuma keponakan angkat, tapi Fazha sudah sangat dekat denganku sejak umur lima tahun. Dan, ya kurasa hanya Fazha saja yang paling memahami keadaanku saat ini. "Ammi nggak usah dengerin kata-kata orang, kalau Ammi mau cepat ketemu jodoh, nggak usah berharap sama manusia, Ammi tinggal japri saja sendiri." Lagi, rentetan celoteh gadis kecil yang kini beranjak dewasa itu memenuhi selubung otakku. "Japri siapa Fazha?" sahutku saat itu. Sedikit penasaran. "Ya japri sama Allah, dong. Yang Maha Pemberi segala permintaan," Ulasan senyumku masih belum tandas. Fazhura Altafunissa yang dulu sering kugendong di punggungku, sekarang sudah tumbuh menjadi gadis-----yang cantik, manis, dan selalu kritis. Safira dan Ghaly telah berhasil mendidik Fazha menjadi gadis yang taat dan paham tentang kewajiban sebagai seorang muslim. Entahlah, teringat Fazha, rasanya seperti habis mengkonsumsi dopamin, lega, tanpa beban, dan menyenangkan. *** "Ilham, sini duduk. Ada yang mau ummi tunjukan sama kamu." Ah, sudah bisa kutebak. Pasti si nyonya Fariz ini akan merecokiku lagi dengan sederet nama perempuan serta setumpuk foto gadis pilihannya, yang katanya siap untuk ditaaruf olehku. "Lihat Ham, ini namanya Rosita, cantik, umurnya baru 25 tahun. Hobby memasak. Kayaknya cocok sama kamu." aku hanya berdecak. Ini bukan yang pertama kali. "Ada yang lebih wow dari itu lho Ummi, pintar memasak, rajin beberes rumah, rajin belanja ke pasar, dan pastinya nurut apa kata Ummi." jawabku asal saja saking kesalnya. Ummi sontak menoleh dengan pandangan berbinar ke arahku, "Siapa Ham? kok kamu nggak kenalin sama Ummi?" tukasnya antusias sekali. "Itu, si bik Endang, kan sama saja, malah melebihi kriteria yang Ummi cari. Rajin masak, beberes rumah, dan pasti nurut apa kata Ummi." tawaku pecah saat menjelaskan pada Ummi. Sedetik kemudian tangan ummi sudah berpindah pada daun telingaku. "Kalau bercanda jangan kelewatan Ilham Al Insani! Ummi sudah serius, kamu malah cengengesan." katanya sambil menjewar sebelah telingaku. Dan sudah bisa dipastikan, kali ini aku membuat sebuah kesalahan, karena detik berikutnya ummi sudah mendengung bak ustadzah yang sedang menceramai jamaahnya. Halah! Rumah Tangga itu... Katanya ibadah terlama, menjalankannya sepanjang hidup. Lalu, yang namanya ibadah mana bisa disuruh cepat-cepat. Nanti nggak khusuk dong, iya, kan? ****************************

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
107.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
220.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.3K
bc

My Secret Little Wife

read
116.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook