5. Prajurit Bayaran

1456 Kata
Juli 2046 Di atas perairan Pasifik Leo duduk di dalam pesawat pribadi miliknya. Berbentuk segitiga dengan tiga mesin di masing-masing sayapnya dan dua mesin di bagian bawah pesawat yang memungkinkan pesawat bergerak horizontal maupun vertikal. Pesawat propotype dengan teknologi terbaru yang dikeluarkan oleh salah satu pabrik senjata terbesar di dunia, Alpha Bridge, yang kemudian di modifikasi sendiri oleh Leo dengan menambahkan software S.O.U.L. Tidak membutuhkan pilot, Leo hanya perlu memasukkan koordinat tujuannya dan duduk hingga tiba di tujuan. Mengingat tidak tahu apa yang menanti mereka di San Jose, Logan membawa empat tentara bayaran bersama mereka.  Mutan berkekuatan level 5 tidak akan mudah untuk ditangkap, pikir Logan. Karenanya ia tidak mau mengambil resiko. Lagipula ke empat tentara bayaran yang di gaji Logan juga bukan pria sembarangan. Ke empatnya adalah teman baik Logan ketika masih berdinas di militer. Bekas tentara militer sama seperti Logan; Bryce Mack, Patt Leblanc, Jordan Kent, dan Grant Lee adalah yang terbaik dari yang terbaik dalam situasi apapun. Berbeda dengan Senjata Pemecah Partikel milik Leo, senjata yang dipakai kelima tim berkekuatan plasma. Bertujuan lebih untuk melumpuhkan daripada membunuh, senjata mereka bercahaya biru sementara Senjata Pemecah Partikel bercahaya putih. Bukan hanya itu, baju pelindung yang dipakai semua anggota tim juga dilengkapi dengan nanoteknologi. Yang selain tahan peluru, juga mampu memanipulasi susunan atom dari baju pelindung sesuai dengan perintah pemakainya, seperti kamuflase, menjaga suhu tubuh pemakainya agar tetap stabil, dan memastikan pertolongan pertama jika sampai pemakainya terluka. Logan, Bryce, Jordan, Patt, dan Grant lah yang selama berhasil meringkus mutan yang ditemukan S.O.U.L, satu per satu. Tanpa banyak kesulitan, karena tentu saja, selama ini mutan yang mereka temukan tidak pernah lewat dari level 3. Logan menjelaskan kepada tim nya apa yang sedang menanti mereka begitu mendarat. “Level 5 mutan,” jelasnya. “Jadi aku minta kalian untuk jangan lengah. Dan pastikan Leo tidak berkeliaran sendirian,” lanjutnya sambil melirik ke arah adiknya yang sedang duduk sambil mengerjakan sesuatu di tablet transparannya. Wajahnya yang tertutup topeng putih, menunduk kebawah menatap benda persegi yang sedang menyala di pangkuannya. Gambar hologram berbentuk 3 dimensi dari peta kota San Jose terlihat menyala keluar dari dalam tablet. Kelima pria itu sedang berdiri di area lounge pesawat agak jauh dari tempat Leo duduk. “Apakah Leo tahu untuk tidak berkeliaran sendiri?” tanya Bryce. Seumuran dengan Logan, keduanya adalah teman sejak bangku SMP. Ia tumbuh dewasa bersama kedua saudara Dalton, dan sudah sangat mengenal sifat Leo yang suka seenaknya sendiri. Logan mendengus mendengar celetukan Bryce. “Kau tahu sendiri bagaimana Leo. Patt, kau bertanggung jawab atas adik ku,” ucap Logan kearah pria berkumis mirip logo di kripik Pringles itu. Patt menunjuk dadanya sendiri dengan mata membelalak, “Aku? Mengapa aku selalu harus menjadi pengasuh Leo?” “Karena dirimu satu-satunya yang bisa sabar mengatasi Leo selain Logan,” jawab Jordan sambil menepuk punggung Patt. “Ish… Baiklah. Aku lebih baik menghadapi mutan berkekuatan level 5 daripada Leo, tapi oke. Kaulah bos nya,” jawab Patt mengangkat kedua tangannya ke atas tanda menyerah. Leo mendadak berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kelima pria yang berada di lounge. Tangannya memegang tablet di tangannya. “Lihat ini.” Leo meletakkan tablet keatas meja bar, dan menekan beberapa tombol diatasnya yang membuat peta hologram 3 dimensi terpancar keluar dari dalam tablet. Ia menunjuk sebuah rumah yang terlihat di dalam peta hologram yang melayang diudara. “Ini rumah kita.” Leo kemudian menunjuk titik lain. “Disini pria itu pertama kali muncul.” “Pria?” tanya Bryce tidak paham siapa yang dimaksud oleh Leo. “Pria yang membunuh kedua orang tua kami. Mutan nomor satu. Manusia gelembung,” sahut Logan. “Ohh… mutan yang membunuh kedua orang tua kalian?” angguk Bryce. Leo yang tampak tidak mengindahkan pertanyaan Bryce meneruskan apa yang hendak diucapkannya. “Koordinat terbaru yang ditangkap S.O.U.L, ada di rumah lama kita. Sekarang jika kita masukkan semua mutan yang kita tangkap selama ini.” Leo mengetikkan beberapa perintah dan angka ke dalam tabletnya, yang langsung membuat titik merah di peta hologram bertambah. Ia ke titik-titik merah yang baru muncul. “Semuanya tersebar secara acak. Kecuali mutan pertama dan yang baru saja muncul. Keduanya berasal dari San Jose.” “Kebetulan?” celetuk Grant sambil mengedik kan bahunya. Leo berdecak, “Ck! Tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya ada sebabnya. Kebetulan hanyalah penjelasan yang digunakan oleh orang yang bodoh atau pembohong. Semuanya berkaitan. Semuanya beralasan.” Grant mendengus mendegar ejekan dari Leo yang merendahkan tebakannya. “Oh ya? Lalu apa alasan mengapa semua mutan ditemukan secara acak, kecuali mutan pertama dan yang muncul hari ini?” balas Grant. Dari ke empat teman Logan, Grant adalah satu-satunya yang tidak punya kesabaran untuk menghadapi Leo. Bagi Grant, Leo adalah pria paling angkuh yang pernah dikenalnya. Sombong, dan mau menangnya sendiri. Arogan. Narsistik.  Segala sifat negatif yang dimaklumi oleh yang lain karena kondisinya, tapi tidak oleh Grant. Mungkin yang lain bisa memahami Leo. Mengapa pria itu suka bertingkah dan berucap semaunya sendiri.  Jika Leo dikaruniai kecerdasan yang berlebihan, maka empati adalah hal yang tidak dimiliki dan dipahami oleh pria itu. Tuhan tidak memberi dengan dua tangan, Logan sering beralasan ketika Grant mengomel tentang pria itu. Satu-satunya alasan Grant ada di situ adalah karena ia segan pada Logan dan uang yang ditawarkan keduanya tidak bisa ditandingi oleh pekerjaan manapun. “Alasan?” tanya Leo menoleh ke arah Grant. Untung saja wajahnya tertutup topeng, karena jika Grant bisa melihat wajah Leo yang mencemooh saat ini, bisa ditebak akan susah bagi Grant untuk menahan keinginannya menghajar pria itu. “Bukankah sudah jelas alasannya? Kadang aku heran bagaimana orang seperti kalian bisa berfungsi. Semuanya pasti terlihat bagaikan sulap bagi kalian huh?” “Leo!” hardik Logan. “Kau bisa menjelaskan tanpa perlu menghina.” Leo menggelengkan kepalanya tidak paham bagaimana hal yang sudah jelas baginya, masih memerlukan penjelasan. Sambil menarik nafas, ia akhirnya menjawab, “Mutan pertama dan terakhir dilepas secara sengaja, dan bukan sebuah kebetulan. Artinya, sama seperti yang pertama, mutan kali inipun memiliki misi. Apa misi itu, aku masih belum tahu secara pasti. Tapi mungkin akan lebih jelas ketika kita menemukan mutan itu.” Leo meraih tabletnya dari atas meja bar dan berlalu meninggalkan kelima pria itu. Grant yang pertama berkomentar setelah kepergian Leo. “Adikmu itu… Jika bukan karena mu, tanganku pasti sudah melingkar di lehernya.” Logan berjalan ke arah kulkas yang ada di belakang meja bar dan meraih 5 botol bir yang kemudian di bagi-bagikannya pada keempat temannya dan dirinya sendiri. “Dan sekali lagi kau berkomentar macam itu, bisa kupastikan, botol ini akan berakhir pecah di kepalamu, Grant,” sahut Logan tidak suka akan komentar temannya yang mengancam adiknya. “Berlaku juga untuk kalian semua.” Logan kemudian menoleh ke pada ketiga temannya yang lain. “Aku perlu memastikan kalian akan menghargai Leo seperti kalian menghargai diriku.” Bryce menepuk bahu Logan, berusaha menenangkan teman baiknya. Dari ke empatnya, Bryce lah satu-satunya yang paham perjuangan dari kedua kakak beradik itu. Dan seberapa over protektifnya Logan kepada adiknya. “Aku paham. Aku yakin Patt, Jordan, dan Grant juga paham,” balas Bryce sambil mengangguk ke arah ketiga rekannya, membuat ketiganya ikut mengangguk setuju. “Baguslah,” sahut Logan sambil menenggak bir di dalam botolnya. “Sekarang beristirahatlah. Kita masih punya waktu beberapa jam sebelum tiba di San Jose. Bryce, bisakah aku bicara denganmu empat mata?” tanya Logan sambil menunjuk ke kursi kosong di sudut ruangan. Pesawat yang mereka tumpangi memiliki ruangan yang bisa menampung paling tidak 30 orang. Kini hanya ber 6, mereka bahkan bisa bermain bola di dalamnya jika berminat. Bryce mengangguk dan berjalan mengikuti Logan, menggenggam botol bir di tangannya. Pria bertubuh kekar itu menghempaskan tubuhnya di kursi sebelah Logan. “Ada apa, Logan? Kau mencemaskan mutan yang akan kita hadapi?” tanya Bryce kini keduanya terpisah dari yang lain. “Bukan hanya itu. Aku cemas akan Grant,” jawab Logan sambil melirik ke arah rekannya yang kini sedang duduk membereskan isi tasnya. “Kenapa dengan Grant? Aku tahu ia sering tidak sabar dengan Leo, tapi selama ini ia menjalankan tugasnya tanpa masalah.” “Hm… mungkin kau benar, aku mungkin terlalu cemas tanpa alasan. Tapi kita sedang berada di tahap penting dalam rencana Leo. Aku hanya ingin tidak ada tali yang terurai secara mendadak. Pastikan kau mengawasi Grant?” Bryce mengangguk, “Tentu saja.” “Terima kasih, Bryce,” ucap Logan sambil menyandarkan punggungnya ke belakang dan menatap ke luar jendela pesawat. Awan yang membentang di bawah mereka terlihat menggumpal keemasan. Memantulkan cahaya matahari yang datang entah dari mana. Mungkin ia tidak sepandai adiknya dalam hal teknologi atau ilmu pengetahuan, tapi Logan lebih paham dalam membaca watak seseorang. Dan ia mulai mencemaskan kekompakan dari rekan-rekannya.   ===== Note: Sepinya kolom komen. Ada yang baca gak nih?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN